Kamu?

41 2 3
                                    

"One..two.. one..two..one change! Sekali lagi girls! One..two.. Hap hap hap jump!! Good job!" teriak pelatih cantik keturunan chinese itu. Tubuhnya yang gemulai dan gerakannya yang energic membuat aula tari sore itu sangat bersemangat.

Dreams, grup dance yang dinaungi oleh ke enam gadis belia yang masih mencari jati diri, pada sore hari itu terlihat sangat bersemangat dan menikmati latihan dance terakhir mereka. Ya, hari ini adalah latihan terakhir bagi mereka. Sebentar lagi mereka akan melepas seragam putih biru, menjadi Putih abu-abu.

Tak terasa Ujian Nasional telah di depan mata, kini mereka hanya tinggal menghitung jari untuk menghadapi musuh terbesar bagi murid akhir se- Indonesia.

"Haaaah, akhirnya selesai juga!!! Capekkk"celetuk Zia sembari mengipas-ngipaskan badannya yang sedang berselonjor di ruang istirahat.

"Yah Zi, semangat dong! Ini kan latihan terakhir kita"seru Calista yang ikut berselonjor di samping Zia.

"Iya-iya bener kata Caca tuh zi, kapan lagi kita bisa latihan kaya' gini?"timpal Thea yang baru datang bersama Vela, Veli dan Denia lalu ikut bergabung bersama Calista dan Zia.

"Iiih iya deh iya Thea dan Cacaku sayang, gak jadi capek"

"Haha gitu dong dari tadi zi, tapi sayangnya kan kita udah selesai. Jadi, kalau capek sih gak masalah"celetuk Veli lalu terkikik geli melihat ekspresi Zia.

"Dasar kurang ajar kan emang, ngambek ah gue" jawab Zia sembari melipat kedua tangannya.

"Ya udah kalau ngambek, kita tinggal ya dah Reiziaa" seru Vela, Veli, Thea, Zia. Denia, dan Calista serentak.

"Tuh kan kalian betein, tunggu dong!!" jawab Zia kesal lalu berlari menuju kelima sahabatnya.

***

Jalanan ibu kota seperti biasa, macet tak terkira. Matahari telah mengucapkan selamat tinggal sampai bertemu esok hari, langit biru pun sudah berubah menjadi gelap gulita. Hanya setitik bintang yang berani menampakkan diri, menemani dinginnya malam...

Calista duduk di balkon kamar, menikmati hembusan angin malam. Pikirannya melayang entah kemana. Ia masih bingung, SMA mana yang akan dia tuju. Sebenarnya, dia ingin tetap bersama kelima sahabatnya. Melanjutkan karir dance mereka di Sekolah Menengah Atas.

Namun sempat terbesit dipikirannya untuk melanjutkan Sekolah di Pelita Raya, sekolah asrama terbaik yang ada di Jakarta.

Calista ingin belajar mandiri, jauh dari kedua orangtuanya, mencoba peruntungan diri dan mempersiapkan mental sematang-matangnya karena saat itu ia telah berfikir jauh tentang kuliahnya nanti. Ia telah mantap untuk menjatuhkan hatinya ke salah satu Universitas fashion terkenal di Jepang, maka dari itu ia harus menyiapkan mentalnya sedari SMA karena memang dari dulu Calista adalah anak yang cukup manja dan tak bisa jauh dari kedua orangtuanya.

Dibukanya laptop Acer kesayangan mililknya. Dibenamkan fikirannya ke dalam layar laptop ukuran 10.1 inch itu. Tangannya menari di papan keyboard, mencari sebuah nama di search engine kenamaan itu, Pelita Raya begitu tulisnya.

Terpapar segala macam gambar, bentuk, ukuran dan berita tentang sekolah itu. Ya, sekolah itu memang sekolah ternama. Berlomba-lomba murid dari penjuru Nusantara memperebutkan kursi yang hanya tersedia 94 buah di tiap angkatannya. Matanya tertuju pada blog formulir pendaftaran siswa baru. Pendaftarannya telah dibuka dari sekarang!

Buru-buru Calista mengisi formulir penerimaan siswa, diisinya tiap kolom pertanyaan dan biodata. Tanpa berfikir panjang, malam itu Calista telah mendaftarkan dirinya untuk ikut tes masuk SMA Pelita Raya.

Kepedihan Cinta [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang