SATU

135 8 4
                                    

========================================================================================

TOLONG BACA SAMPAI AUTHOR'S NOTE, YA! ;))

==========================================================================================


SATU


Attention, please!

Hi, guys, apa kalian anak seni yang cinta puisi tanah air? Yuk, kembangkan bersama klub kami. Apa sih manfaatnya ikut Klub Karuta yang akhir-akhir ini jadi beken?

1. Wawasan kalian bertambah luas tentang betapa indahnya puisi dan macam-macam puisi

2. Melatih ketangkasan otak

3. Menyeimbangkan otak

4. Melatih kegesitan tubuh

5. Olahraga untuk diet bagi cewek dan menguatkan otot bisep bagi cowok

6. Mendapat penghargaan, piagam, piala dan bahkan nilai tambahan bila mengikuti turnamen resmi

Menarik, kan? Jadi tunggu apa lagi? Hubungi segera ya jika kalian berminat!

Contact:

1. Karatinka Kinesvari selaku Ketua Klub (KaraKinesvari)

2. Cindy Armelita selaku Sekretaris Klub (Carmelita)

Kara menatap puas pada selebaran yang barusan dia tempel di papan mading ERS. Beberapa anak yang bersliweran di sekitarnya membaca sekilas isi selebaran, ada yang berhenti sejenak dan mengamatinya lekat-lekat seolah selebaran pengumuman tersebut adalah hal magis yang mengeluarkan sihir, ada juga yang langsung memasukkan kontak registerasi di ponsel. Kara tersenyum senang, itu artinya akan ada banyak calon anggora baru yang tertarik. Namun seketika senyumnya pudar, berganti dengan wajah muram. Dia sudah kelas 12, sebentar lagi dia harus melepas jabatan ketua klub yang disandangnya dan keluar sebelum kemudian memfokuskan diri menjelang UN. Hmm, dia belum siap meninggalkan kepuasannya saat memamerkan keahlian karutanya di depan junior-juniornya, terlebih dia belum ingin meninggalkan ERS lengkap dengan kebiasaan berangkat kesiangannya.

"Pagi-pagi tampang nggak boleh kusut, ntar gebetan lo kabur," Kara merasa bahunya ditepuk seseorang dari belakang, lantas dia menoleh dan menemukan sepasang gigi kelinci Vio yang tersenyum jahil.

"Rese lo, ah." Kara memberengut. "Gue cuma intermezzo,"

"Soal?"

"Soal Fisika," jawab Kara asal, "ya, soal klub gue, lah."

Vio mengeluarkan kata 'oh' dengan nada super panjang dengan muka minta ditowel. "Kenapa klub lo? Bukannya mau merekrut anggota baru?"

"Iya sih, tapi kan bentar lagi gue pensiun dari klub."

"Kalau lo pensiun, lo juga berhenti sekolah? Selama ini lo sekolah apa kerja, sih? Kok, pakai pensiun, segala?"

Kara melotot mendengar jawaban Vio yang nyeleneh. Vio ini betulan goblok—atau kalau terlalu kasar boleh disebut tulalit—apa kurang cerdas memahami suatu kata, sih? Melihat ekspresi kurang sedap dipandang milik Kara, tawa Vio langsung menggema.

"Gue bercanda, kali. Serius amat," kata Vio di sela-sela tawanya yang otomatis membuat Kara mendengus kesal. "Jadi masalahnya karena lo bentar lagi pensiun dan nggak bisa main di klub atau karena lo nggak bakal bisa ketemu lagi gebetan lo, yang siapa tuh namanya... Nico?"

Nyatanya Kara mengiyakan pertanyaan Vio di dalam hatinya, dua-duanya adalah alasan paling tepat kenapa dia tidak mau buru-buru angkat kaki dari ERS. Selama sepersekian menit, Kara bergeming tidak memberi jawaban membuat Vio menarik bibir. Sesuai dugaannya, sahabatnya itu belum mampu berpaling dari Nico, anak kelas sepuluh mantan kecengan Kara—mungkin sampai sekarang, meski Kara bersikeras dia telah menemukan junior baru yang lebih keren.

MISS CHOCOPIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang