PROLOG

177 9 5
                                    

PROLOG


Langit gelap, hawa dingin, ditambah secangkir cokelat panas merupakan kombinasi super oke, setidaknya menurut seorang Kara. Cewek itu tengah duduk diam di teras rumah dengan jaket tebal membebat tubuhnya. Ini malam Minggu, tapi yang dilakukannya hanya termenung dengan ditemani suara bising nyamuk. Gara-gara laptop kesayangannya nginap di tempat reparasi, alhasil dia tidak bisa berselancar di dunia maya untuk mengusir kesan menyedihkan predikat seorang jomblo. Hmm, berlebihan sih, toh nyatanya Kara nggak pernah mempermasalahkan statusnya yang belum pernah berubah sejak dia lahir itu.

Actually, dia milik kedua orangtuanya. Jadi jangan ditanya kenapa dia tidak keluar sebagaimana pasangan muda-mudi yang dilanda asmara.

"Sayang, untung kamu ingetin aku bawa jaket, kalau nggak aku pasti udah kedinginan, deh." Sayup-sayup Kara menangkap suara yang sangat familiar baginya, suara yang selalu menimbulkan matanya memicing tidak suka. Itu jelas suara Pricilla, tetangganya yang super centil dan sok cantik, yang sayangnya juga merupakan adik kelasnya. Ah, masa SMA-nya mendadak terasa suram sejak kehadiran Pricilla tahun ajaran baru lalu. Kara tidak perlu menjelaskan seberapa bosannya dia melihat wajah bulat dengan pipi chubby itu.

Benar, tak lama kemudian Pricilla dengan seorang cowok yang kemungkinan pacarnya, berjalan dengan mesra di depan pagar rumah Kara. Pagar rumah Kara tingginya hanya sebatas pinggang orang dewasa, membuatnya bisa leluasa menginvasi keadaan sekitar rumahnya.

"Sayang, aku seneng banget punya pacar kamu, yang tiap malming ngajak aku keluar," Pricilla melirik Kara sekilas dan senyum mengejek tersungging tak kentara.

Halah, paling ngeronda kan jatahnya tiap malming, dengus Kara di dalam hati lalu melengos. Dia yakin kalau Pricilla sengaja memamerkan acara kencannya dengan pacarnya yang—mata Kara masih normal jadi dia yakin pengamatannya tepat—usianya jauh lebih tua darinya. Dan Kara sering menjuluki Pricilla dengan sebutan penyuka bandot. Well, setiap weekend tiba Kara sudah terbiasa dengan pemandangan memuakkan itu.

Cara berjalan Pricilla terlihat dibuat-buat, berjalan selambat mungkin seperti seekor siput lapar yang kekurangan tenaga, belum lagi kedua tangannya yang memeluk erat tangan pria di sampingnya. Ih, emang lo pikir gue doyan bapak-bapak kayak lo? Kara tidak bisa menghentikan benakknya untuk tidak mencibir, mencela selera Pricilla yang jauh di bawah standar.

"Eh, nggak keluar, Kak?" kata Pricilla begitu berada di depan Kara yang mengalihkan tatapan. "Oh iya, lupa, selama ini kan Kakak nggak pernah bilang punya pacar, ya." Lanjut Pricilla dengan intonasi menjemukan, kemudian terkikik dan melanjutkan langkah tanpa berniat mendengar balasan Kara.

Sementara Kara melotot, egonya sebagai cewek cantik tersakiti. Sialan, batinnya kesal. Ponselnya tiba-tiba bergetar di dalam saku jaket. Tangan cewek berambut sepunggung itu segera mengambilnya dan membaca chat dari Vio, salah satu sobatnya.

Viola: Kar, gue harus pake baju apa? Benjamin ngajak gue makan bareng,

Kara mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam dan kembali ke kasurnya. Baru saja dia akan mengetikkan balasan untuk Vio, chat baru muncul, kali ini dari Alyssa, sobatnya yang lain.

Alyssa: Pulsek bsk kt ke Magic Cafe, ngerayain 3 bln gue jadian sm Galih.

Jari-jari Kara mendadak sekaku batu es. Sebersit perasaan iri hinggap di hatinya. Duh, apa cuma dia yang kehidupan percintaannya nggak berjalan normal? Kenapa semua cewek yang ada di sekitarnya—bahkan yang lebih jelek dari itik buruk rupa pun—pada punya cowok, minimal gebetan yang juga perhatian, sih? Sedangkan dia tidak. Pernah sih waktu kelas sebelas ada kecengan, juniornya. Awalnya cuma sekadar menyapa, nanya-nanya soal hobi mereka yang kebetulan sama. Namun lama-lama juniornya menunjukkan gelagat proses pedekate. Kara sih accepted niatnya, toh dia juga suka dengan perhatian yang diberikan juniornya itu. Seriring berjalannya waktu, juniornya itu jarang komunikasi lagi dengan Kara lantaran sibuk mengurusi klub ekskulnya, padahal proses pedekate baru seperempat jalan, dan akhirnya pupus begitu saja harapan Kara punya cowok untuk pertama kalinya.

Sekarang, dia dihadapkan dua chat yang isinya nggak jauh-jauh dari topik cowok. Pertama, Viola atau yang lebih akrab disapa Vio, salah satu sobatnya yang punya wajah cantik dan sifat kalem di depan publik, idaman para cowok yang pengin punya pacar penurut. Jadi, pantas dia punya kecengan, namanya Benjamin. Kara hanya tahu namanya dan belum pernah melihat wujud aslinya, menurut Vio sih ganteng kayak dewa Yunani. Ih norak, komentar Kara saat itu.

Yang kedua Alyssa, menurut pengamatan Kara, Alyssa nggak cantik-cantik amat, tapi kata-kata Alyssa itu lho bikin penasaran tiap cowok yang jadi incarannya. Sebetulnya Kara masih punya ketiga sahabat lainnya, yaitu Giana, Revita, dan Elma. Singkatnya, mereka bertiga juga cantik.

Giana, meski badannya pendek dan agak berisi, namun memiliki mata yang tajam dan mampu membuat cowok manapun terbius dalam sekali pandang. Lain halnya dengan Elma yang katanya punya darah bule dari opanya, tapi kalau dilihat dari tinggi tubuhnya yang paling jangkung dan paling putih, sepertinya memang akurat. Selain itu, Kara ngefans berat sama tubuh proporsional Elma yang sudah mirip model Victoria's Secret atau pramugari-pramugari pesawat yang bertubuh ramping. Sedangkan Revita, menurut kelima sobatnya yang lain, cewek itu kayaknya jadi-jadian, karena hobinya marah-marah nggak jelas, ditambah sifatnya yang rada boy-ish. Over all, Revita paling asyik kalau diajak bercanda. Dan terakhir, dia sendiri, Karatinka Kinesvari, sifatnya paling ngambang dan susah ditebak, wajahnya tiap hari diliputi keceriaan yang bikin iri kelima sobatnya karena dinilai nggak punya beban hidup. What the heck, kata siapa dia nggak memikul beban hidup? Mari kita intip apa sih yang sebenarnya jadi beban hidupnya, selain kekurangan cokelat dan nggak lihat berondong gebetannya di sekolah.


====================================================================================================================

Halo, salam kenal! Ini adalah cerita pertama yang saya post disini dan ini merupakan sekuel sebuah cerita yang masih saya simpan di lepi. Saya nggak tau ini bagus atau jelek, tapi menulis adalah hobi saya. Tolong beri vote, coment, atau follow saya; saya ingin tahu readers saya. Yang jelas tulisan ini masih sangat amatir, dan ya saya adalah orang awam disini, namun kalau boleh jujur saya telah mempelajari tentang kepenulisan yang benar. Saya harap kalian bersedia membaca tulisan absurd buah pemikiran saya  terima kasih telah berkenan membaca. Saya akan kembali lagi secepat kalian memberikan vote dan coment, juga tambahan followers. Haha.

p.s. suatu saat saya akan membongkar sebuah rahasia di balik kepenulisan cerita ini ;)) xx


MISS CHOCOPIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang