"Ayo naik." Rafa mengulurkan tangannya pada Alin, namun cewek itu terdiam sebentar, dan setelahnya ia menyambut tangan Rafa.
Alin naik, duduk di belakang jok motor sport milik Rafa, lantas tanpa aba-aba, cowok itu meraih tangannya agar melingkari pinggangnya. Tanpa di tahan kedua pipi Alin bersemu malu, jantungnya mendadak berdebar kencang.
"Kamu mau kemana?" tanya Rafa sejenak, dia menghidupkan mesin motornya.
"Terserah kamu aja," jawab Alin, untung saja Rafa tidak melihat kondisi wajahnya yang merah saat ini.
"Mau nonton gak?"
Alin mengangguk di punggung cowok itu, membuat Rafa mengulum senyuman. Di perjalanan Rafa melajukan motornya dengan kecepatan sedang, sesekali tangan kirinya mengelus punggung tangan Alin dengan lembut yang masih memeluknya dari belakang.
Hati Rafa menghangat, Alin bahkan tidak menolak dan sampai sekarang Alin tidak melepaskan pelukan, bahkan cewek itu menyandarkan pipinya di punggungnya.
Ah, Rafa tidak dapat menahan gejolak bahagia yang ia rasakan saat ini.
Dua puluh menit setelahnya, mereka kini tiba ditempat tujuan. Rafa mengajak Alin untuk membeli cemilan sebentar, barulah setelahnya cowok itu memesan tiket.
Dan mereka mendapati kursi yang berada di pertengahan, sementara Rafa membiarkan Alin memilih film yang cewek itu sukai.
Film romantis, yah.. meskipun Rafa kurang suka, pasalnya ia lebih suka nonton action, bahkan Rafa tidak begitu gemar menonton. Tapi selama Alin di sampingnya, bagi Rafa itu bukan masalah besar.
Film terus berlanjut, keduanya fokus menonton. Tidak.. lebih tepatnya hanya Alin yang fokus, sementara Rafa terus mencuri pandang menatap Alin.
Sesekali tangan Alin terulur menyomot popcorn yang berada di tengah-tengah antara ia dan Rafa, tangan mereka bersentuhan tak sengaja, keduanya menatap sejenak lalu tersenyum malu.
Wajah Alin memanas, kembali menatap kedepan dengan senyuman tertahan, begitu pula dengan Rafa, cowok itu berdehem malu menutupi kegugupannya.
Beberapa menit kemudian, keduanya kembali menatap kedepan, namun tiba-tiba mereka mendadak salah tingkah ketika menyaksikan aktor pria dan aktor wanita sedang berciuman panas diakhir film.
Sontak kedua wajah Rafa memerah hingga menjalar ketelinga, entah kenapa dia merasa malu sekali melihat itu. Sama dengan Alin, cewek itu malah pura-pura melihat ke arah lain.
"Filmnya udah selesai, sekarang kamu mau kemana lagi?"
"Hah? Em, aku gak tau, terserah kamu aja," jawab Alin gugup.
Rafa tersenyum tipis, tangannya terulur mengacak-ngacak rambut panjang Alin. Ulah Rafa tentu saja semakin memperburuk kerja jantung cewek itu.
"Mau ke mall? Belanja, hm?"
"Eh, jangan! Maksud aku ketempat lain aja," ucap Alin.
"Katanya terserah aku, jadi so.. kamu gak boleh nolak." Rafa berdiri menarik tangan Alin agar segera meninggalkan bioskop.
Alin hanya pasrah ketika mereka sampai di Mall, Rafa tetap menggenggam tangannya. Entah Rafa sengaja atau tidak, namun begitu Alin menyukainya. Tangan Rafa besar, terasa hangat dan nyaman.
"Ayo, kamu pilih apa yang mau kamu beli, terserah mau baju, skincare, tas, apapun yang kamu mau." Rafa berkata, membuat Alin menggeleng pelan.
"Eh gak usah, Raf. Ara udah beliin aku baju kok, aku juga masih punya baju lama aku dirumah," ucap Alin gugup.
Rafa tersenyum tipis, rupanya sifat Alin tidak berubah sedari dulu, cewek itu selalu rendah hati, dan tidak mau menghambur-hamburkan uang. Tapi Rafa tidak bertujuan begitu, dia memang tulus dan berharap Alin bahagia.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Romance"Enghh, Raf. Geli ih, udah gue mau ke kamar mandi." "Nanti aja, Al. Boleh gue masukin bentar gak?" Rafa meraih tangan istrinya membawa untuk segera menyentuh miliknya yang selalu tegang di pagi hari. "Dingin, cutie. Dia butuh kehangatan," "Tuh kan...