Chapter V

968 62 3
                                    

"Tambahkan lagi injeksinya,"

"Jangan! Kalau melebihi dosis anak ini akan mati."

"Lakukan saja sebelum otaknya kembali berfungsi."

"Ta-tapi kalau terjadi overdosis bagaimana? Kita sudah berulang kali mencobanya. Namun, tidak ada satupun yang berhasil"

"Kuharap ini yang terakhir. Lakukan saja sesuai perintahku. Kita masih punya 4 persediaan lagi."

"Ba-baiklah. Saya akan menginjeksinya di bagian pembuluh darahnya."

Dua cermin bulat bertengger di sepasang mata yang sedang tengah saling bertukar pandang. Senyuman getir dan harapan semu yang kedua-duanya sama-sama membisu, menanti kemujizatan dan keajaiban.
Cahaya lampu menyinari setiap insan yang berdiri sambil bersungut meminta doa.
Tetesan air mata sebagai bukti kesakitan yang tak bisa di lukiskan dengan kata-kata, itulah yang di rasakannya ketika gunting itu melukai lapisan kulitnya.
Memegang teguh pada satu-satunya harapan yang tersisa demi menghirup udara walau sedikit saja, tapi semua orang yang berdiri di situ tidak membiarkan anak itu membuka mata. Terbiarkan menutup selamanya.
Hanya saja bunyi detakan jantung sebagai pengiring lantunan doa sang Kuasa masih memberikan napas untuknya.
Terkulai lemas diatas ranjang berseprai putih dan di baluti selimut sebersih hati iman orang percaya.

Terlalu banyak wajah bersemu pucat disini, tapi perlahan berubah menjadi seringaian bengis dan tatapan lapar. Banyak sepasang mata sedang memandang sosok ringkih yang tidak terbaluti kain sehelai itu.
Meringkuk, memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya sendiri, layaknya terlihat seorang bayi kecil yang baru lahir.

Sosok itu membisu dalam naungan obat bius yang baru di berikan oleh dokter tadi. Kini pria berkaca mata itu sedang sibuk menyiapkan perlengkapan bedah, pria satunya lagi sedang berusaha membuat obat penawar racunnya. Sekarang tinggal dua dokter itu sedang membenahkan objek percobaannya.

Mereka terlihat saling bertukar pandang, lalu di susul dengan anggukan dari pihak satunya lagi, memberi isyarat bahwa permainan akan segera di mulai.

"Sudah kau siapkan gunting dan pingsetnya?"

"Ya"

"Siapkan kapas dan pisaunya," ia menyuruh pada sosok dokter berambut hitam klimis itu.

"Semua sudah kupersiapkan. Kalau begitu aku mulai injeksi pertamanya."

Ketiganya mengangguk.

Pemuda berkaca mata tersebut mulai siap ambil posisi untuk menempatkan jarum suntik ini pada kelinci percobaannya. Dengan bibir bergetar melantunkan doa yang tanpa di minta, sebuah eksperimen yang sudah berkali-kali di lakukan pada puluhan dan ratusan orang selalu sama hasilnya.

Tangannya bergetar sejenak ketika benda itu melayang di atas tubuh anak itu. Keringat mulai menetes, dan membiarkan mulut tetap membungkam dari balutan masker. Sepasang mata memandangnya-menyaksikannya penuh harap. Namun, berubah menjadi raut arogan yang mengerikan.

Tidak ada suara apapun di dalam sana.

Sunyi. Sungguh terlalu lama kesunyian itu meredam di ruangan itu. Terlalu lama. Bunyi percikan air menggelembung di dalam tabung yang terisi oleh mahluk-mahluk kecil berwujud setengah manusia. Semua benda itu terekspos liar bagaikan hiasan rumah.

Sedikit lagi dan sedikit lagi benda itu mulai menusuk kulitnya.
.......
.......
.......
Setelah injeksi pertama berhasil, yang lainnya sedang mempersiapkan injeksi berikutnya. Masih ada tiga serum lagi atau bahkan lebih. Cairan tersebut telah memasuki kedalam pembuluh darahnya dan menunggu beberapa saat untuk menunggu hasilnya.

EDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang