Chapter VIII

857 62 9
                                    

Flashback

"Kalau kau sudah dewasa, apa yang akan kau lakukan nanti?" Tanya Kagami

Kuroko masih asik menatapi ubun-ubun langit birunya dengan penuh hayat. Terlintas dalam benaknya bertanya, 'akankah aku bisa bebas-sebebasnya seperti burung yang terbang di langit itu', dan mata sapphirenya berpaling pada pemilik suara berat itu.

"Hanya satu yang kuinginkan." Lanjutnya, ia berpaling lagi pada awan-awan.

Kagami menatapi dalam-dalam bola mata biru itu, terlihat bahwa ia sangat menginginkan jawabannya.

"Aku cuma ingin hidup bebas."

"Bebas? Bukankah kita telah hidup bebas. Buktinya kita tidak di kekangi aturan-aturankan?"

Sebuah senyuman merekah di wajah berkulit pucat Kuroko, ia bangkit berdiri.

"Kita masih hidup dalam ketakutan." Jedanya, ia menepis poninya, "Pada suatu saat nanti waktupun pasti akan berbicara pada kita. Tapi, tidak ada seorangpun yang tau apa yang akan terjadi pada hari itu. Karena, kita hidup hanya berada dalam dua pilihan."

Mendengar rentetan kalimat Kuroko, kerutan alis di wajah Kagami mulai menampak, rupanya Kagami sulit menerjemahkan maksud dari perkataann itu. Kagami ikut berdiri dan bersejajar dengan bocah biru tersebut.

"Aku cuma tidak tau bagaimana harus mewujudkan impianku."

"Kalau kau ingin mewujudkannya, kau harus bekerja keras." Balas Kagami mantap.

"Bukan itu." Senyumannya meredup, kemudian hembusan angin perlahan membelai surai rambutnya.

"Huh? Maksudmu?"

"Karena, aku sudah terlalu nyaman hidup dalam mimpi." Kata Kuroko sedikit berbisik.

"Aku tidak begitu mengerti maksudmu. Tapi, jika ada yang kau inginkan kau harus wujudkam dengan usaha kerja kerasmu sendiri." Begitu katanya di ucapkan dengan mantap dan lantang.

Kuroko masih menundukan kepala, senyuman pilu itu tergambar walau samar di sudut bibirnya. Entah hal apa yang membuat suasana ini menjadi tampak terlalu dramatis. Tapi, Kuroko begitu tersentuh dengan kata-kata Kagami.

Tanpa di sadari olehnya, sudut matanya terasa ada sesuatu yang berlinang. Mungkinkah 'air mata' gumam Kuroko. Dan begitu sesaat ia menyadari, ia berkeras hati untuk tidak menunjukan ekspresinya.

Lalu, tiba-tiba muncul sosok rupa seseorang yang telah mendominasi pikirannnya.

"Ada apa Kuroko? Apa kau tidak enak badan?" Kagami segera lekas menahan tubuh mungil itu hendak mendapati Kuroko yang agak goyah.

Wajah penuh semangat perlahan mulai meredup di telan oleh kekhawatiran, Kagami panik.

"Aku baik-baik saja." Lirihnya

Kagami menggeram, "Jangan berbohong! Aku tau kau sedang kenapa-napa-kan, jawab!"

Yang didapatkan Kagami malah senyuman khasnya Kuroko dengan diiringi tatapan sendu. Angin menerpa kedua wajah itu secara lembut, dan Kuroko terjatuh dalam pelukan Kagami.

'Aku teringat oleh seseorang waktu itu. Tapi, aku tidak pernah bisa mengingat wajahnya. Dia selalu menemaniku bermain, mengajaku mendayung bersama dan kami sama-sama berteduh di bawah pohon saat turun hujan. Namun, setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi. Yang masih tersisa dalam ingatanku adalah sosok bermasker biru muda sambil mengenggam gunting berwarna merah. Dia menyakitiku.'

EDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang