Chapter X

622 45 7
                                    


Lanjutan Extra Story

Apa yang ia lakukan saat ini di pinggir danau itu? Walau langit telah senja dan tetesan hujan mulai berjatuhan, yaa anak putih itu masih asyik bermain dengan seruling bambunya. Tanpa disadari rupanya telah tertangkap oleh kedua mata anak si kerudung merah itu dalam diam. Bibirnya melantunkan sebuah doa yang sama sekali ia ta mengerti jelas artinya. Matanya hampir ta berkedip.

Begitu yang tertangkap olehnya sebuah cahaya terang bersinar di seluruh pakaian yang ia kenakan pada si anak putih tersebut. Ia bahkan lebih mirip seperti seorang malaikat tanpa mahkota.

"Indah sekali..." kalimat itu saja yang terucap dari bibir si kerudung merah.
Tapi, setelah apa yang di ucapkan si putih menyadari bahwa ada seseorang yang sedang menontonnya.

Matanya langsung menoleh kebelakang tanpa tanda-tanda. Mata kilat bersih berwarna biru embun dipagi hari menyapu seluruh apa yang dilihatnya sebagai objek yang di curigainya.

Tapi, ia tidak menemukan apapun.
Perasaan kewaspadaan meningkat setelah apa yang barusan didengarnya. Seketika setelah itu terdengar sebuah tiupan seruling entah berasal dari mana, tiba-tiba langit yang begitu gelap menjadi terang seketika. Terlihat bahwa seperti ada jalan keatas langit yang di sinari oleh cahaya dan di sekilingnya di penuhi awan hitam. Mungkin kau bisa membayangkan bahwa ada mahluk aneh yang jatuh dari cahaya langit dan turun dengan kedua sayap yang patah.

Si kerudung merah itu melihatnya dengan takjub. Suatu saat ia teringat dipelajaraan Agama. Ia pernah membaca tentang seorang malaikat jatuh dari surga karena di usir oleh kesombongannya. Dan ia beranggapan apakah sosok putih yang dilihatnya sekarang adalah malaikat jatuh itu?

Ia semakin tersakiti oleh rasa penasarannya. Dan pada akhirnya ia memutuskan untuk bertanya langsung padanya. Ia tahu betul bahwa ia akan terancam atau sesuatu yang terjadi padanya setelah mahluk itu melihatnya. Namun, sangat disesali juga bila ia memilih diam dan duduk menyaksikannya.

Dengan berani ia melangkah keluar sedikit dari persembunyiannya. Ia memangil si putih itu tanpa nama dengan bibir bergetar. Wajahnya telah basah kuyup oleh hujan.

"Hei!"

Suaranya sukses sampai pada telinga si putih itu. Ia kemudian menoleh pada si pemilik suara.

Setelah manik mereka saling bertemu, tapi tak ada tanggapan langsung dari bibir pucatnya itu. Ia masih bergeming menatap sosok mahluk merah dalam tatapan yang dingin. Mulutnya membungkam seolah ada jahitan yang sangat kuat. Cahaya dipakaiannya mulai meredup, dan warna biru dimatanya berubah menjadi merah menyala. Sosok abnorma itu masih bergeming dan akhirnya si merah membuka mulut lagi. Ia ingin mencairkan es didalam tatapannya.

"Aku Akashi. Siapa kau?" Tukasnya parau

Dalam hitungan menit ia masih mengunci mulutnya. Tatapanya semakin dingin. Suara seruling semakin tak terdengar dan cahaya langit mulai memudar. 'Ada apa?'

"Tenanglah aku bukan orang jahat. Apa yang kau lakukan disini? Dari tadi aku melihatmu bermain seruling. Kau menyukainya?"

"Pergilah."

"Maksudmu?" Akashi merasa kikuk
"Pergi!!"

Tiba-tiba nadanya meninggi dan seluruh tubuhnya bersinar berwarna putih. Kedua sayapnya mengepak, berderai dengan indah dan selendang putihnya berkibar-kibar. Matanya semakin berwarna merah dan setelah itu terdengar jeritan kesakitan yang berasal dari bawah tanah.

Akashi panik. Tubuhnya bergemetar hebat, ia seperti terkena demam tinggi yang sudah cukup parah.

Demi dewa neptunus (?) Apa yang sedang terjadi. Batin Akashi demikian. Manik merahnya tak luput dari jangkauan kepakan sayap indah itu.

Dan seketika ia terbangun dari halusinasinya, dentuman seruling meredup dan cahaya putih menghilang. Semua mendadak berubah menjadi hitam pekat. Suara gemuruh yang dahsyat entah datang dari mana membangunkan jantungnya dalam hitungan detik. Tak berapa lama kemudian tetesan air dingin menghujam kulitnya yang pucat itu, ia meringis kesakitan.

Sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya, kini terulang lagi ditempat yang sama. Apa yang terjadi?

Akashi membuka mata perlahan. Sedikit demi sedikit matanya terbuka dan menangkap apa yang ada di sekelilingnya.

Gelap....

Basah....

Dingin....

"Apa aku sudah mati?"

-A/N-

Haiiiii ketemu lagi sama kurochan di chap ini. Maaf kurochan baru bisa lanjutin cerita ini yang sudah jadi tumpukan file trash selama 3bulan lamanya. Tadinya saya pikir saya bakal hiatus selamanya (?) Tapi niat itu hilang seketika setelah melihat beberapa review dan votingan kalian semua. Saya senang sekali ada yang menantikan cerita saya >.< *jadi merasa bersalah*

Dengan waktu 3 bulan yg cukup lama, saya menghabiskan waktu bermain jenis game Android yg bikin saya candu :v jadi lupa deh ama cerita ini. Tapi, nantikan terus ceritanya ok. Sekitar 3/4hari(semoga) bakal update next chapnya. Untuk chap ini memang pendek karena lanjutan dari extra story, tapi tenang, extra storynya berkaitan dgn cerita utama.

Dan spoiler sedikit, next chap selanjutnya akan diperbanyak wordsnya dan tamat. Janji!! >.<

Okiee sampai disini saya pidatonya, sampai jumpa lagiii

(;'ຶДຶ ') Salam Kurochan untuk semua :)

EDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang