Pertemuan pertama

13.6K 194 12
                                    

Nb : cek mulmed : D

***

"Emma, ini anak bibi, Jared dan Kalila"

Aku menyipitkan mataku dan menatap dua makhluk asing di depanku. Yang satu bocah lelaki yang terlihat cuek bahkan tanpa ekspresi, dan disebelahnya ada bocah perempuan  yang memandangku dengan wajah super sinisnya.

Siapa dua bocah aneh ini? Anak bibi Angel? Kenapa rasanya seperti lelucon. Bagaimana tidak, bibi Angel yang kukenal adalah seorang wanita yang sangat lembut dan ramah. Bagaimana bisa ia memiliki anak seperti mereka.

Aku menegakkan dagu menatap bibi Angel dengan mengangkat kedua alisku meminta penjelasan.

"Mereka anak bibi,  Emma"

Aku memutar kedua bola mataku. Jelas sekali dua bocah aneh ini akan menjadi saudara tiriku.

Oh papa..  Apa ini serius??

"Hai.. " Sapaku canggung. Keduanya tidak bergeming,  hanya anak lelaki bibi Angel yang membalas sapaanku dengan kekehan kecil dan sedetik kemudian kembali sibuk dengan gadget di tangannya.

Dasar aneh!

Tapi demi menghormati bibi Angel dan papa,  aku mencoba untuk bersikap baik.

Aku kembali memusatkan perhatianku pada gadis didepanku yang nampaknya sejak tadi penasaran akan sesuatu. Hei lihat rambutnya, apa warna ungu sedang tren sekarang?

"Ma mana kamarku?  Kau ingat permintaanku kemarin kan bahwa aku ingin kamar yang... "

Gosh! Dasar kurang ajar. Dia tidak berfikir kalau dia itu menumpang?

"Kalila sayang. Kau akan sekamar dengan Emma, saudari barumu"

Ya benar,  papa sudah memohon untuk ini selama lebih dari empat bulan agar aku mau berbagi kamar dengan saudari tiriku.

Kalila menatapku tak suka,  "Apakah benar aku sekamar dengamu? "

Dia kira aku suka?

"Ya,  papa yang mempunyai ide itu" selorohku yang kemudian melirik papa untuk beberapa saat. Aku tidak ingin dia berfikir akulah yang memintanya. Yang benar saja!

"Ya benar sayang. Papa harap kalian bisa akrab dan saling berbagi"

Kulihat Kalila memutar bola matanya tanda ia tidak sependapat dengan ide papa.

"Baiklah,  jadi dimana letak kamarnya? Aku butuh untuk membersihkan badanku yang lengket"

Papa menunduk dan membisikkan sesuatu padaku,  "Maukah kau mengantar Kalila ke kamar sayang?  Sepertinya dia butuh istirahat"

Papa tampanku selalu saja bersikap manis setiap ia meminta sesuatu padaku. Aku mengangguk tanpa pernah bisa membantahnya.

Aku berjalan menuju kamarku yang terletak di lantai dua. Sehari sebelum pernikahannya,  papa memang sudah merombak kamarku dengan menambahkan satu ranjang lagi untuk saudari tiriku.

Kalila mengikutiku dan saat tiba dikamar,  tanpa mengucapkan apapun ia menjatuhkan dirinya di salah satu ranjang. 

"Jika sudah selesai tolong tinggalkan aku,  aku ingin sendirian di kamar baruku" Kalila mengeluarkan nya dan sedetik kemudian ia sudah terhanyut di dalamnya.

Ia kembali menatapku karena merasa aku hanya diam tak bergeming.

"Kau tidak mendengarku? "

Aku melotot. Seenaknya saja membentakku.

"Bersikap baiklah padaku,  sebelum aku marah dan melemparmu keluar dari rumah ini"

Sikap sinis yang ditunjukkan Kalila jelas bahwa ia tidak menyukaiku.

Charming Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang