Kebahagiaan lain

3.8K 133 5
                                    

Saat aku sakit, papa akan menuruti semua keinginanku seperti makanan yang ingin kumakan ataupun mainan yang ingin kubeli. Rasanya sangat membahagiakan jika keinginan kita terpenuhi.

Dan sekarang aku mencoba untuk memenuhi permintaan Jared. Entah mengapa aku merasa kasihan terhadapnya. Ia sangat berbeda dengan Kalila yang cenderung blak blak an dan ekspresif. Jared adalah tipe orang yang hanya menyimpan apapun untuk dirinya sendiri. Terlebih, perbedaan perlakuan bibi Angle terhadap Kalila dan Jared membuatku merasa kasihan padanya.

Berbeda saat kita menginap di hotel yang pada waktu itu Jared memunggungiku, saat ini jelas berbeda. Ia bahkan menghadap ke arahku yang sedang duduk di kursi sebelah ranjangnya. Meskipun tanpa percakapan yang berarti, kami berdua berhasil mengusir rasa bosan.

"Hei, kau tidak lelah ? Aku tidak akan marah jika kau ingin berbaring disini" aku mendongak menatapnya, wajahku seperti kepiting rebus hanya dengan membayangkan aku kembali tidur seranjang dengan seorang Jared. Padahal lelaki itu murni menawariku dan bukannya menggodaku.

"Aku baik baik saja disini"

Jared mengangguk, ia meraih remote tv dan menyalakan layar kaca flat di depan ranjangnya. Kami terdiam untuk beberapa saat.

"Ngomong ngomong, kemana Kalila dan bibi Angle pergi? "

"Mereka ke rumah ayah kandungku. Mungkin besok baru pulang"

"Mereka akan menginap? "

"Sepertinya begitu"

Dan aku sangat menyesalkan kenapa aku tidak mengiyakan tawaran Max untuk pergi bersama karena sepertinya pria disebelahku ini sudah baik baik saja.

Dan what, apa kita akan "bermalam" berdua lagi?

Kami tak banyak berbincang, dan hanya saling diam sambil menonton acara tv. Aku juga tak ingin membuka topik perbincangan karena kurasa Jared juga perlu istirahat.

Tv masih menyala saat Jared sudah terlelap. Aku berinisiatif mematikannya dan karena mataku terasa sangat mengantuk, aku ikut terlelap. Aku tidurkan kepalaku di kasur sementara badanku masih terduduk di kursi.

Aku tidak mempedulikan apa apa lagi sejak aku tertidur pulas kecuali irama nafas yang menerpa wajahku. Otakku memproses dan mataku langsung terbuka dengan cepat.

Wajahku saat ini sangat dekat dengan wajah Jared, bahkan lengan kirinya berada di atas pinggangku. Aku melihat posisiku dan ternyata seperti dugaanku bahwa tubuhku sepenuhnya sudah berada di atas ranjang Jared dengan lelaki itu memelukku, ah tidak maksudku menumpangkan sebelah lengannya di pinggangku.

Tak banyak yang bisa kuperbuat kecuali diam dan hanya menatap lurus di depanku. Jared dengan wajah pucatnya sedang tertidur pulas.

Dengan posisi seperti ini aku menjadi bebas mengagumi wajah tampannya yang jarang tersenyum di depanku.

Bagaimana bisa seseorang tetap dikatakan tampan padahal ia jarang tersenyum?

Kulirik jam di dinding dan sekarang menunjukkan pukul dua malam. Dan bodohnya sekarang aku sama sekali tidak merasa ngantuk, malahan aku merasa aku tidak akan bisa tidur sampai aku bangun untuk berangkat sekolah jam tujuh nanti.

Aku kembali terkejut saat Jared membuka matanya dan hanya menatap kegelisahanku dalam diam.

Kami hanya saling bertatapan dalam diam,

Aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya.

"Apa kau yang memindahkan aku disini? "

Ia membuka pelukannya, aku terduduk dan disusul ia yang juga meraih bantal dan dibuatnya menjadi sandaran.

Charming Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang