Disarankan membaca chapter ini sambil putar mulmed 😉
...
Hujan deras kembali membasahi kota ini, aku merapatkan jaketku dan bersiap untuk lari ke halte depan sekolah.
Hujan kali ini membuat hatiku sedikit hancur, lagi lagi bayangan tentang papa muncul. Di saat saat seperti ini biasanya ia akan menjemputku, turun dari mobil masih dengan setelan jas kantornya, ia akan membawa satu payung untuk digunakannya bersamaku. Ia akan tersenyum teduh kepadaku kemudian rasa kesal akibat merajuk padanya seharian akan hilang. Lalu aku akan dengan senang hati memeluknya sampai masuk.
Kenangan akan papa kembali hinggap. Sedikit lega orang orang disekitarku tidak menyadari bahwa gadis malang ini sedang menangis dengan konyol. Terimakasih hujan sialan.
Yang kurasakan sekarang hanya hawa dingin yang menusuk ke tulang. Kurapatkan kembali jaketku karena badanku mulai menggigil kedinginan, kemudian kutatap langit yang sudah gelap berharap bus yang kutunggu segera datang.
Beberapa menit yang lalu Max ijin pulang duluan karena ia ada urusan, dan menjanjikan pesta kecil padaku untuk merayakan beasiswaku.
Mataku berbinar saat bus yang kutunggu datang, mataku mencari cari tempat kosong untuk kududuki. Kemudian terpaku pada seseorang yang sedang memejamkan mata seolah sedang bingung dengan masalah hidupnya.
Apa Jarrd baru saja pergi ke suatu tempat ?
Mata kami bertemu saat ia membuka matanya.
Aku teringat akan kejadian tadi siang, saat ia dengan nyaman keluar bersama dengan Emily. Kemudian aku menyapanya dan yaa, ia sedikit mengabaikanku.
Aku tersenyum kikuk untuk mengatasi kecanggunganku. Namun diluar dugaan wajahnya tetap datar dan itu membuatku sedikit terkejut. Apa aku melakukan kesalahan lagi padanya ?
Ponselku berbunyi, Max menelpon. Tangan kiriku berpegangan erat pada pegangan di atap bus sedangkan tangan kananku memegangi ponsel.
"Ya Max.."
Seseorang menarikku dan mendudukkanku di kursi bus. Aku mendongak dan menyadari bahwa Jared menukar posisinya, ia berdiri agar aku bisa duduk di tempatnya.
Ekspresi Jared masih datar.
"Aku sedang perjalanan pulang Max"
Jared sedikit melirikku. Aku melirihkan nada bicaraku.
"Baiklah setelah sampai rumah akan kucarikan"
"Bye Max.."
Aku memasukkan ponselku ke dalam tas dan mendongak menatap Jared. Sejak tadi kami bahkan saling diam seolah tak saling kenal.
Aku tersenyum kecil karena tersentuh akan kebaikannya barusan.
Pada akhirnya Jared kembali menatapku, dan diluar dugaan ia membalas senyumanku.
Meski hanya senyuman kecil tapi sukses membuat hatiku bahagia.
***
"Kau dari suatu tempat ?"
Saat ini kami berdua berjalan menuju ke rumah. Jared lebih banyak diam. Ia memang tipe orang yang irit dalam berbicara.
Jared mengangguk, "Emily memintaku menemaninya membeli gaun untuk prom night"
Aku mengangguk paham. Emily sangat menyukai Jared, gadis itu pasti bahagia bisa bersama Jared seharian ini. Kurasa mereka berdua akan berpasangan saat prom night tiba.
"Apa kau akan datang ?" langkahku terhenti. Bahkan saking pusingnya memikirkan beasiswaku, aku tidak sempat memikirkan acara prom night yang akan dilaksanakan minggu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Charming Step Brother
Romance21+ Emma, harus menjalani hidup layaknya cinderella dalam dongeng. Setelah ayahnya meninggal, ibu dan saudari tirinya memperlakukannya dengan tidak adil. Jared, saudara tiri Emma sedikit menaruh simpati pada penderitaan Emma dan menjelma menjadi sos...