Part 3

38 1 0
                                    

ZAHRA POV

"Waaah, untung banget lo tadi kena bola basket, gue jadi bisa kenalan sama cowok-cowok cakep!" senyum lebar tercetak di wajah sahabatku ini saat mengucapkan kata-kata itu.

"Lo teman apaan sih? Masa gue kena bola sampai pingsan gitu di bilang untung?" balasku tidak terima dengan perkataannya.

"Haha lebay banget sih lo baru juga pingsan bukan mati"

"Tadi aja lo nangis bombay di UKS, sekarang lo nyumpahin gue mati dasar!" aku menatap tajam ke arah Sasa.

"Tadi itu gue panik, biasalah cewek kece kalau lagi panik emang gitu hehehe"

"Bodo ah!" aku kemudian mengambil ponsel dan memutuskan untuk mendengarkan musik daripada mendengarkan ocehan Sasa yang tidak jelas selama perjalanan pulang ini.

Rumah kami dari sekolah tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu kira-kira 15 menit dengan menggunakan bus. Aku dan Sasa selalu berangkat dan pulang bersama. Yaa, walaupun setiap bertemu kami sering meributkan hal yang tidak jelas, tapi kami tetap tidak bisa dipisahkan.

------

Sudah dua minggu lebih sejak aku masuk ke sekolah ini. Hari ini Sasa tidak masuk sekolah, katanya lagi sakit. Tapi sepertinya kemaren dia masih baik-baik saja. Kenapa bisa mendadak sakit begitu? Aku jadi sendirian sekarang, karena aku belum cukup akrab dengan teman sekelasku. Aku memang agak susah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

"Hei, tumben sendirian kembaran lo mana?" suara seseorang itu membuyarkan lamunanku. Alfian.

Alfian, belakangan ini memang sering menggangguku. Bukan berniat jahat, sepertinya dia hanya ingin lebih dekat denganku. Haha aku jadi besar kepala. Padahal dia cowok populer, pasti banyak cewek yang ingin mendekatinya. Kenapa malah mendekatiku yang sama sekali tidak tertarik padanya.

"Apaan sih lo ganggu deh, sana jauh-jauh jangan ganggu gue!"

"Elaah, galak banget sih jadi cewek. Jangan galak-galak ntar cantiknya ilang haha"

"Bodo!" aku beranjak pergi karena merasa tidak nyaman bersama Alfian. Apalagi melihat tatapan tidak suka dari kakak kelas perempuan yang sepertinya adalah fans Alfian? Mungkin. Ya, Alfian adalah kakak kelasku murid kelas 11.

"Hei, lo kenapa sih? Kayaknya anti banget sama cowok?" Alfian mengejarku yang sudah berjalan mendahuluinya.

Aku memang lebih tertutup pada cowok sejak kejadian itu. Bukannya aku memutuskan untuk menyukai cewek atau semacamnya. Hanya saja aku tidak mau memulai hubungan baru lagi karena tidak ingin disakiti untuk yang kedua kalinya. Lebay memang, tapi itulah pilihanku.

"Bukan urusan lo!" aku terus berjalan tanpa mempedulikannya.

"Bakalan jadi urusan gue, karena gue cowok dan gue mau dekat sama lo." aku tersentak mendengar perkataannya tapi memutuskan untuk kembali berjalan menuju kelasku.

"Zahra! Gue suka sama lo! Jadi pacar gue yaa!" teriakannya membuatku menghentikan langkahku dan berbalik menatapnya dengan tatapan heran. Para murid perempuan yang dari tadi memperhatikan kami dengan tatapan tidak suka mulai melihatku dengan tatapan tajamnya.

Bagaimana tidak, cowok paling populer di sekolah sekarang sedang menyatakan perasaan padaku dengan lantangnya.

Aku kemudian kembali berbalik dan berjalan menuju kelas tanpa mempedulikan ucapan Alfian tadi.

"Songong banget tu cewek, Alfian dicuekin gitu aja"

"Bagus deh, kalau Alfian ditolak berarti gue masih ada kesempatan"

"Siapa sih tu cewek? Murid baru deh kayaknya gue baru lihat"

Aku tidak mempeduliakn bisikan-bisikan mereka dan terus berjalan menuju kelasku.

-------

Akhirnya bel pulang berbunyi. Aku merasa sangat bosan dengan pelajaran hari ini. Ya, walaupun aku bisa di bilang pintar tapi aku paling tidak suka belajar. Aneh memang, walaupun aku malas belajar tapi nilaiku selalu bagus. Ya, aku sangat berterimakasih kepada Tuhan karena sudah memberiku otak yang pintar ini.

"Hai, pulang bareng yuk! Lo sendirian kan?" Alfian sudah berada di depan kelasku.

Aku hanya berjalan pergi tanpa mempedulikannya, tapi dia langsung menahan tanganku.

"Kita harus nyelesaiin urusan yang tadi" katanya menatap tajam ke arahku.

"Urusan apa?" aku mengernyitkan dahi heran.

"Lo belum jawab ajakan gue tadi"

Oh, aku ingat ini pasti tentang ajakan pacaran tadi.

"Gue nggak mau dekat sama lo dan maaf gue juga nggak mau jadi pacar lo!" jawabku tegas.

"Kenapa?" dia menatapku heran, mungkin baru kali ini ditolak biasanya kan dia di kejar-kejar cewek.

"Kenapa gue harus ngasih lo alasan? Gue nggak suka sama lo dan nggak mau jadi pacar lo! Itu aja. Udah lepas, gue mau pulang!" balasku sambil menyentakkan tanganku.

"Kalau gitu kasih gue kesempatan buat dekat sama lo dan bikin lo suka sama gue" kali ini dia menahan bahuku dan menatap mataku dalam.

Ada apa dengannya? Kenapa dia sangat tertarik padaku? Padahal banyak cewek yang mengejar-ngejarnya. Aneh.

"Nggak! Dan lo nggak bakalan bisa bikin gue suka sama lo jadi nggak usah buang-buang waktu lo!"

Aku juga balas menatapnya. Aku melihat ada sedikit kekecewaan di matanya. Tapi aku tidak peduli. Hatiku sudah terkunci rapat untuk sesuatu yang bernama cinta atau sejenisnya.

"Gue nggak bakalan nyerah gitu aja dan gue pastiin lo akan suka bahkan jatuh cinta sama gue!" katanya sambil tersenyum penuh arti.

"Serah lo!" aku kemudian berjalan pergi menjauhinya.

--------

Saat aku turun dari bus, aku sangat terkejut melihat Alfian sudah duduk manis di atas motornya yang diparkir d samping halte. Dia mengikutiku? Dasar stalker.

"Hai!" sapanya sambil tersenyum manis.

"Ngapain sih lo ngikutin gue? Kayak nggak ada kerjaan aja lo!" jawabku dengan nada ketus kemudian berjalan pergi.

"Gue cuma mau pastiin calon pacar gue ini sampai di rumah dengan selamat" dia sekarang berjalan mengikutiku.

"Nggak usah mimpi deh, pulang sana jangan ganggu gue" usirku

"Eh, lo pindah? Bukannya rumah lo arahnya kesana?" aku menghentikan langkahku. Kenapa cowok ini bisa tahu arah rumahku? Aku memang tidak berniat pulang karena ingin ke rumah Sasa dulu.

"Kenapa lo bisa tahu arah rumah gue?" aku menatapnya curiga.

"Oh, masa gue nggak tau rumah calon pacar sendiri? Hehe" jawabnya sambil tersenyum kikuk.

"Kayaknya lo emang stalker sejati. Gue mau ke rumah Sasa jengukin dia yang lagi sakit. Lo mau ikutan? Pasti dia bakalan girang banget dijengukin sama lo" terdengar sangat jutek. Tapi kenapa juga aku menjelaskan padanya? Dan kenapa juga aku mengajaknya?

"Nggak usah, gue cuma mau nganterin lo aja. Ini rumahnya? Yaudah, lo masuk deh. Sampai ketemu besok!" ucapnya sambil tersenyum manis. Eh, manis?

Aku kemudian langsung masuk ke rumah Sasa tanpa membalas ucapan Alfian. Dalam hati aku masih bertanya-tanya kenapa dia bisa tahu rumahku. Apa dia sudah mengikutiku sejak dua minggu lalu?

Tapi selama ini aku tidak pernah merasa diikuti. Aneh. Ada satu hal lagi yang membuatku heran, cara dia menatapku. Dia menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Pandangannya itu seperti ingin menyampaikan perasaan yang sangat dalam padaku? Entahlah.

Apakah mungkin dia sudah mempunyai perasaan seperti itu padahal kami baru kenal dua minggu yang lalu? Aneh.

Sudahlah, kenapa aku harus pusing-pusing memikirkan cowok aneh seperti Alfian? Tidak penting!

TBC

--------

Hai hai !
Gimana pendapat kalian tentang part ini ? Aneh ? Garing ? Nggak jelas ?
Maafkan yaa ^^
Maklum masih baru hehe
Nb : itu yang di mulmed alfian yaa, cakep maksimal kan ?
Oh iya, satu lagi jangan lupa voment ny ^^
Bye bye !!!

Not A Beautiful First Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang