Part 6

37 2 0
                                    

ZAHRA POV

"Lepasin tangan lo dari pacar gue!" suara berat seorang cowok membuat kami berdua menoleh ke arah sumber suara.

Tak jauh dari tempat kami berdiri, seorang cowok sedang menatap tajam ke arah David sambil mengepalkan tangannya. Dia sepertinya terlihat sangat marah. Alfian!

Dengan langkah cepat dia berjalan ke arah kami, kemudian melepaskan tanganku dari genggaman David dengan kasar.

"Jangan coba-coba lo ganggu pacar gue lagi atau lo bakalan berurusan sama gue!" ucapnya sambil menatap tajam ke arah David. Aku belum pernah melihat Alfian semarah ini, biasanya dia selalu tersenyum dan ramah pada semua orang terutama padaku.

Kemudian dia menarik tanganku dan berjalan pergi meninggalkan David tanpa memberi David kesempatan untuk membalas perkataannya.

-------

"Hmm. . . tangan gue dilepasin sekarang udah bisa kali! Nggak enak di lihatin fans-fans lo tuuh!" ucapku saat kami sudah berjalan cukup jauh dari David.

"Oh, maaf!" ucap Alfian datar.

"Lo kenapa sih? Kok kayaknya marah banget tadi?" tanyaku

"Siapa juga yang nggak marah kalau calon pacarnya pegang-pegangan tangan sama mantannya" balasnya tanpa menatap ke arahku.

"Gue nggak pegang-pegangan tangan! Dia yang nahan tangan gue!" jawabku sedikit marah karena dituduh seperti itu. Tapi tunggu, darimana Alfian tau kalau David mantanku aku kan tidak pernah menceritakan apapun padanya.

Bahkan sejak kejadian beberapa bulan lalu di taman kota, dia tidak pernah menanyakan tentang David lagi. Cowok ini memang aneh. Apa dia sebegitu sukanya padaku sampai mencari informasi tentang diriku dari orang lain? Tapi siapa? Sasa? Tidak mungkin, walaupun orangnya begitu, sahabatku itu sangat bisa menjaga rahasia.

"Lo tau darimana dia mantan gue?" tanyaku dengan wajah penasaran.

"Eh, nggak penting! Gue cuma mau bilang kalau nanti nggak bisa nganter lo pulang soalnya ada latihan basket. Yaudah, sana masuk kelas!" dia mengabaikan pertanyaanku tadi. Menyebalkan!

Yaa, akhir-akhir ini kami memang sering pulang bersama. Berkat seseorang, siapa lagi kalau bukan sahabatku tercinta Sasa. Dia selalu saja punya berbagai alasan untuk meninggalkanku sendirian, sehingga aku terpaksa menerima ajakan Alfian untuk pulang bersama.

"Siapa juga yang mau pulang bareng lo?" balasku ketus kemudian langsung berjalan menuju kelasku.

--------

Aku kembali ke kelas dan langsung duduk di bangku tanpa mempedulikan David yang tersenyum ke arahku.

Kenapa waktu pulang sekolah terasa sangat lama? Aku sangat tidak nyaman berada di kelas ini karena cowok yang duduk tepat di belakangku. Berkali-kali aku mencoba fokus mengikuti pelajaran, tapi tidak berhasil. Aku merasa seseorang di belakangku terus-terusan menatapku, membuatku tidak nyaman. Apa itu hanya perasaanku saja? Atau dia memang sedang memperhatikanku saat ini? Aku harap pelajaran hari ini segera berakhir!

Akhirnya bel pulang yang kutunggu dari tadi berbunyi, tanpa sadar aku meghembuskan nafas lega.

"Waah, kayak nya lo lega banget denger bel pulang, Zaa!" celetuk Mia teman sebangkuku.

"Hehe kayak lo nggak aja" balasku sambil nyengir.

"Yaudah, gue duluan yaa! Lo bareng pangeran lo kan? Daah!" ucapnya sambil melambai pergi.

"Idih, pangeran apaan? Dasar lo!" protesku tidak terima padahal orangnya sudah menghilang.

"Zaaaahraaa!" teriakan cempreng seseorang membuatku menghentikan aktivitas beres-beresku. Siapa lagi kalau bukan Sasa.

Not A Beautiful First Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang