ZAHRA POV
Setelah puas menangis akhirnya aku pulang diantar Alfian. Sepanjang perjalanan aku berpikir apa maksud ucapan Alfian tadi. Kenapa dia berkata seperti itu ? Seperti sudah mengenalku sangat lama. Padahal kan kami baru berkenalan setelah insiden hari itu. Insiden bola basket.
Kami sampai di depan rumahku, kemudian aku segera turun dari motornya.
"Makasih." ucapku pelan hampir terdengar seperti bisikan.
Entah kenapa setelah menangis di pelukannya tadi aku merasa sedikit malu. Kenapa bisa-bisanya aku seperti itu di depan cowok aneh ini. Sangat memalukan!
"Iyaa, jangan nangis lagi. Sampai ketemu besok beeeb!" balasnya sambil tersenyum.
Aku hanya mendengus kesal mendengar ucapannya.
"Tuh kan, juteknya keluar lagi. Tapi lo lebih cantik jutek begini daripada nangis."
Aku langsung berbalik tanpa mempedulikan ucapannya. Saat ingin memasuki halaman rumah tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku kembali berbalik menghadap Alfian.
"Kenapa?" tanyanya heran.
"Maksud ucapan lo tadi apa? Emang lo udah kenal gue dari kapan?" aku langsung bertanya tanpa basa-basi.
"Ucapan gue yang mana?" dia kembali bertanya dengan wajah heran.
"Ternyata lo masih belum bisa ngelupain dia. Tadi waktu nangis gue dengar lo ngomong gitu." jawabku menirukan ucapannya tadi.
"Kapan gue ngomong gitu? Lo salah dengar deh kayaknya" balasnya datar.
Apa iya aku salah dengar? Tapi aku sangat yakin mendengarnya bicara seperti itu.
"Yaudah, gue pulang dulu. Sana masuk! Sampai ketemu besok, Zaa!" Alfian langsung pergi sebelum aku sempat bertanya lebih lanjut.
Sudahlah. Mungkin aku memang salah dengar tadi. Anggap saja begitu. Daripada penasaran.
Aku kemudian melangkahkan kaki memasuki rumah. Seperti biasa tidak ada siapapun. Ayah selalu sibuk bekerja sejak bunda meninggal 5 tahun lalu.
Aku belum pernah menceritakan tentang keluargaku kan? Baiklah, aku akan menceritakannya sekarang. Aku adalah anak tunggal. Ayahku bekerja sebagai seorang CEO disebuah perusahaan yang cukup besar, milik kakek. Sepertinya sebentar lagi perusahaan itu akan diwariskan kakek pada ayah karena ayah juga anak tunggal sama sepertiku.
Bundaku adalah wanita yang sangat cantik, lemah-lembut dan baik. Mungkin itulah yang membuat ayahku masih sendiri sampai saat ini karena bunda adalah wanita yang sangat sempurna dimata kami, walaupun bunda sudah lama meninggal. Lima tahun lalu, tepatnya saat aku saat aku masih kelas 5 SD.
Tapi, sejak kepergian bunda ayah berubah. Ayah selalu menyibukkan diri dengan bekerja, jarang ada di rumah. Aku mencoba memahami sifat ayah itu, mungkin ayah ingin mencari kesibukan agar tidak selalu memikirkan bunda. Terkadang aku merasa kesepian juga, untungnya aku punya sahabat seperti Sasa yang selalu bisa menemaniku. Sasa juga sering menemaniku ke makam bunda, jika aku merasa sangat rindu pada bunda. Aku sangat beruntung punya sahabat sepertinya, walaupun kami sering meributkan hal yang tidak jelas saat bertemu. Tapi aku sangat menyayangi Sasa yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri.
Lamunanku dibuyarkan oleh suara ponsel yang ada di meja dekat tempat tidurku. Dengan malas aku mengulurkan tangan mengambilnya. Ternyata pesan dari Sasa, panjang umur sekali anak ini baru juga dipikirin.
"Zaa, gue ntar nginep di rumah lo ya! Mami lagi pergi k rumah oma nih, males sendirian."
"Yaelah, biasanya lo juga langsung dateng. Kenapa sekarang pake ijin segala?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Beautiful First Love Story
RomanceAzzahra Nafiza, gadis yang tidak percaya pada cinta lagi sejak dikhianati cinta pertamanya. Apa jadinya saat dia bertemu cowok tampan, baik dan perhatin seperti Alfian Wijaya. Apakah Zahra mau membuka hatinya kembali ?