Alice Diary's

63 9 2
                                    

Malam itu setelah pulang dari kerja, Watson segera masak untuk buah hatinya. Watson sedang di dapur memasak cream sup lembut untuk Kaisha -anaknya-. Sedangkan putrinya sedang asyik bermain boneka di ruang TV.

"Kaisha, bagaimana sekolahmu?" Tanya Watson.

"Baik." Jawaban yang singkat dan jelas.

Watson terdiam. Ia bingung akan memulai percakapan seperti apa lagi pada Kaisha. Ia adalah wanita karir yang sibuk sehingga hubungannya dengan Kaisha merenggang. Sedangkan Kaisha malah terlihat lebih dekat dengan Mrs.Wendy, pembantunya yang hanya datang saat ia kerja.

"Kaisha, bagaimana kalau--"

"Mom, apa masaknya sudah selesai? Aku merasa tidak enak menyuruh Mom masak. Mom kan selalu sibuk. Andai Mrs.Wendy ada disini, aku pasti tidak akan menyuruh Mom-"

"Mom sedang tidak sibuk kok. Jadi biarkan Mom masakin cream sup ini buatmu." Selak Watson.

Kaisha terdiam, "o-oh...okay."

Suasana kembali sepi. Kaisha kembali sibuk dengan bonekanya.

"Mom masih menangani kasus penculikan?"

Watson terkejut saat anaknya memulai percakapan terlebih dahulu. Karna itu jarang terjadi.

"Iya. Ada apa sayang?"

"Setelah diculik, apa yang akan dilakukan si penculik mom?"

Watson terdiam untuk memilih kata yang tepat untuk putrinya yang masih belia itu.

"Hm... Kalau anaknya tidak melawan mungkin tidak diapa-apakan. Jika orangtuanya memenuhi janji dengan si penculik."

"Apakah kasus anak hilang selalu dianggap diculik?"

"Biasanya begitu. Karna sang anak tidak mungkin keluar rumah tanpa tahu jalan pulang kerumahnya."

"Bisa jadi kasus anak hilang bukan karna diculik. Tapi karna anaknya yang mau kabur dari rumah dan tak mau kembali lagi."

"Mengapa kau berbicara begitu? Memang ada apa dirumahnya sampai anak itu harus kabur?"

"Karna dirumahnya ada monster yang bertopeng. Ketika keluar rumah ia memakai topeng itu, sedangkan saat dirumah ia memperlihat wajah seramnya yang membuat anak itu takut."

Watson terdiam.

~~~

Vilace membuka matanya.

Kali ini di mana dia?

Dia berada di ujung tebing. Dan tepat di bawahnya terdapat laut. Angin laut berhembus kencang. Menggerakan helai-helai rambut Vilace.

Ini aneh. Dia tidak merasakan kebingungan saat terbangun di tepi tebing. Seakan-akan ini adalah hal yang...

Wajar.

Lalu tiba-tiba Vilace di dorong oleh sepasang tangan mungil dari belakang.

BYUR!

Vilace tenggelam. Tenggelam pada dasar laut yang gelap. Dingin. Vilace dapat merasakan dingin yang teramat sangat. Tapi yang ia bingung ia tidak merasa takut.

Vilace dapat merasakan air laut memasuki hidungnya. Ia tidak bisa bernapas. Hidungnya perih karna garam. Diikuti tenggorokan dan paru-parunya yang seperti terbakar.

Vilace kesakitan.

Walaupun begitu ia pasrah. Jika benar ini bukan mimpi. Ia siap menyambut kematiannya.

"Kakak..."

Samar-samar ia mendengar suara Alice. Segera ia membuka matanya dan menemukan sosok adiknya sedang menuju kearahnya.

09.09Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang