8. Flawed

5 1 0
                                    

Aku bosan dengan semua rutinitas ini, semua bau obat-obatan ini dan juga orang-orang ini pula. Sudah delapan belas tahun aku selalu melakukannya setiap satu bulan sekali, kapan semua ini akan berakhir ?

Kulitku memerah dan aku sangat haus, ini selalu terjadi setelah aku melakukan proses pengobatan ini.

"Minum sayang" mama mengulurkan segelas air padaku yang langsung ketenggak habis.

"Mana zee ma ?" sialan tuh anak nggak ada disini, pasti dia lagi seneng-seneng sedangkan aku menderita disini.

"Masi di perjalanan, dia habis kuliah tadi" jawab mama sambil duduk di kursi yang terletak disebelah ranjangku.

"Memang nggak bisa izin gitu"

"Dia ada kuis fan, kamu juga harus ngerti dong sama kegiatan zee"

"Jadi fanny yang harus mengerti soal kegiatan zee ma ? zee bisa melakukan kegiatan apapun diluar sana yang dia mau ma, sedangkan aku ? aku bisa apa ma ? aku cuma bisa berbaring dan berdiam diri dirumah karena penyakit sialan ini"

"Bukan itu maksud mama sayang" mama mulai menangis lagi "zee sayang sama kamu nak"

"Trus dengan zee sayang sama fanny, fanny bisa terlepas dari semua ini ? enggak ma tidak ada efeknya sedikitpun untuk kesembuhan fanny"

"Zee juga merasakan hal sama seperti kamu sayang"

"Mama memang selalu belain zee"

Aku berbalik dan memunggungi mama yang semakin terisak.

"Ada apa ?" aku mendengar ayah masuk dan duduk tepat disebelah mama.

"Bagaimana keadaan kamu sayang ?" ayah mengusap punggungku pelan. Aku hanya diam malas menanggapi pertanyaan ayah yang aku rasa ayahpun sudah tau bagaimana keadaanku. "Fanny mau apa sayang ?"

Aku langsung berbalik dan menghadap ayah "fannya mau zee ada disini sekarang yah"

Ayah menatap mama dengan alis berkerut "memangnya zee belum disini ma ?" mama menggelengkan kepalanya yang masi menunduk menahan tangisnya, sebenarnya aku tidak suka melihat mama menangis seperti ini tapi aku lebih tidak suka jika zee berada di tempat lain sedangkan aku harus menjalani proses pengobatan yang memuakkan ini.

"Ayah akan telfon zee dulu" ucap ayah lalu bangkit dan keluar dari kamar.

*****

Author POV

"Pak bisa agak ngebut dikit nggak ?" zee sangat tidak tenang karena sampai jam dua siang ini dia belum juga sampai di rumah sakit sedangkan pengobatan fanny sudah selsai dari jam satu tadi, dia khawatir fanny akan marah jika dia tidak berada disamping fannya sekarang.

Ponsel yang sedari tadi bergetar dalam saku celana dia abaikan begitu saja, karena zee tau pasti yang menelfonnya saat ini adalah byan karena dia tadi sudah berjanji akan pergi kerumah sakit bersama byan tapi karena kelas byan yang belum juga selsai akhirnya zee memutuskan pergi kerumah sakit tanpa menunggu byan.

"Pak cepetan dong"

"Sabar neng, neng nggak tau kalo jakarta itu macet" lama-kelamaan supir taksi yang dinaiki zee hilang kesabaran karena zee yang sedari tadi tidak sabaran dan menyuruh si supir taksi untuk ngebut. "kalo neng nggak mau macet naik ojek aja sana" zee berjengit kaget karena perkataan si supir taksi yang lantang.

"Nih pak saya turun sini aja" zee mengulurkan beberapa lembar uang lalu dengan cepat turun dari taksi dan mencari ojek.

Zee memasuki kamar rawat fanny dengan tergesa.

"Sorry fan gue habis ada kuis trus jala-"

"Shut up! banyak alasan lo"

"Tapi-"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 04, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PreciousWhere stories live. Discover now