5. Dia yang jauh

18 2 0
                                    

Zeefana's POV

Aku yakin semalam kak rey tidak pergi dari kamar inapku sampai aku tertidur dengan pulas, karena sebelum aku tidur aku masi bisa merasakan dia masi duduk disebelah kanan tempat tidur walaupun posisiku saat itu sedang memungunginya. Sumpah deh malu banget, kenapa gue semalem bisa nangis sampe segitunya sampai-sampai pagi ini aku bangun dengan mata yang bengkak. Tapi aku memang selalu begitu jika bersangkutan dengan dandy.

Ah! aku jadi teringat dandy, apa yang akan dia fikirkan tetang aku dengan kak rey ?, gimana kalo dia percaya kalo kak rey beneran cowok aku ?, nah loh ? kenapa gue masi mikirin perasaan si dandy, dia aja pasti uda nggak mikirin perasaanku setelah semua ini.

Bener kata kak byan, menjalani hidup itu nggak semudah mengucapkannya, memang aku pernah bilang kalo aku pasti akan baik-baik saja dan akan dengan mudah melupakan semuanya dan menjalani hidupku yang baru, tapi kenyataannya tidak semudah itu, dengan hanya melihatnya sekilah saja sudah bisa meruntuhkan semua benteng yang aku bangun. Kak byan juga pernah bilang kalo sebenarnya aku tidak perlu membangun benteng pertahanan itu, karena semua itu hanya bisa menyembunyikan apa yang ada di baliknya, bukan berarti semua itu akan hilang dengan adanya benteng, dan kak byan benar semua itu tidak ada gunanya. Ngomong-ngomong soal kak byan, kenapa dia semalem nggak jemput aku, apa dia lupa ?.

Aku mengambil handphoneku dari atas meja sebelah tempat tidurku, aku berniat menelfon kak bayan tapi sebelum aku mendial nomor kak byan di layar handphoneku tertera,

Kak byan calling...

"Kakak udah urus semuanya, lo uda bisa pulang, sebentar lagi kakak kesana"

"Iya kak cepetan"

Aku langsung memutuskan sambungan dan bergegas bersiap-siap untuk pulang.

*****

Sampai dirumah aku langsung menghempaskan tubuhku di atas sofa ruang tengah tanpa mencopot sepatuku terlebih dahulu.

"Mau minum nggak ?" triak kak byan dari dapur.

"Mau kak"

Rumah ini terasa sangat sepi tanpa ada kedua orang tuaku dan fanny, apalagi sekarang mbok lin dan anaknya mbak dina sedang pulang kampung karena harus mempersiapkan acara pernikahan mbak dina yang akan dilaksanakan sebulan lagi.

Dulu sebelum mama, ayah dan fanny pindah ke malang kak byan lah yang sangat jarang sekali dirumah, kak byan lebih sering berangkat pagi dan pulang malam sejak kak byan masuk SMA, perubahan kak byan yang jarang dirumah membuat aku semakin kesepian, tapi dandy selalu menemaniku dirumah, menghiburku dan menghilangkan rasa kesepianku.

Dari kecil dandy memang sering main di rumah karena memang mama dandy adalah sahabat mamaku jadilah kita dari kecil sering bermain bersama, tepatnya bertiga dengan fanny. Kami sangatlah dekat layaknya saudara, bahkan aku dan dandy selalu sekolah di sekolah yang sama. Tapi sejak keputusan bodoh yang aku pilih dandy seperti sangat jauh walaupun aku masi bisa melihatnya di sekitarku.

Flashback on

"Pulang bareng yuk zee" reno teman sekelasku berjalan disampingku sembari menunggu jawabanku.

"Sorry ren gue pulang sama dandy"

"Dandy lagi" keluhnya dan aku hanya menaggapinya dengan senyuman. "kalian berdua pacaran nggak sih sebenernya ?"

"Enggak ren, dandy cuma sahabat gue"

"Nggak ada namanya cewek sama cowok sahabatan zee"

"Terserah lah ren apa pendapat lo"

Aku langsung berjalan cepat meninggalkan reno dan menuju ke kelas dandy yang terletak dilatai tiga gedung ini.

PreciousWhere stories live. Discover now