BAB 6. DI UJUNG PEDANG

847 23 6
                                    

"Apa Paduka Ratu tidak ingin bertemu dengan para remaja tawanan kita itu?" tanya seorang dayangnya ketika sedang menyisir rambut indah Ayunda sore itu.


Ayunda tidak menjawab, matanya melempar pandangan ke luar jendela kamarnya. Mencoba menerawang keagkuhan sore kala itu, mencoba membius udara sore yang kering. Angin kering. Beberapa ekor burung kecil berjejer terbang melintasi udara di luar kamar Ayunda yang memang berada di lantai atas istananya yang megah. Ayunda melempar senyum cantiknya pada barisan burung yang sedang menyapa angkasa itu, burung-burung tersebut berkicau mesra menyambut senyum sang Ratu.


"Seluruh pelosok negeri tahu jika anda memiliki senyuman yang mampu membuat pohon yang kering kembali menuai bunganya, Paduka..." kata dayang tersebut seraya mengurai rambut Ayunda.


Ayunda menoleh ke arah dayangnya sambil tersenyum, "Dan kau adalah sahabat terbaik yang aku miliki, Riani..."


Riani, Dayang tersebut, melangkah pelan mengambil sebuah sisir kecil yang agak berbeda bentuknya dengan sisir pertama tadi, lalu kembali membelai lembut rambut Ayunda dengan sisir tersebut.


"Hamba dengar para tawanan itu berasal dari Palangka Raya, Paduka..."


"Aku belum berpikir untuk menemui mereka, Riani.."


"Paduka terlalu menutup diri, nampaknya..."


"Mungkin iya. Tapi aku masih berusaha mencari jalan terbaik untuk menyelamatkan negeri ini dari serangan kerajaan Adighana, dan mencari kembali pusaka kalung Gajahsora.."


"Apakah paduka ingin mengutus pasukan khusus kembali...?"


"Entahlah..." Sahut Ayunda sambil memberi isyarat kepada Riani agar sudah cukup menyisir rambutnya, lalu ia berjaalan perlahan mengambil jubah istananya. "Aku khawatir..."


"Apa gerangan yang paduka khawatirkan..?" tanya dayang cantik itu sambil memasangkan jubah kebesaran kerajaan pada Sang Ratu


"Aku mengkhawatirkan semua hal, rakyatku, negeriku, keluargaku, diriku sendiri..."


"Baru kali ini paduka serisau ini..."


Ayunda tersenyum. "Soal tawanan tadi, bagaimana kabar mereka?"


"Saya tak pernah ke rumah Ramina, Paduka. Mereka diurus oleh Bibi Jumara dan Paman Sandanu. Sepertinya mereka baik-baik saja."


"Syukurlah. Beritahu pada Bibi Jumara dan Paman Sandanu jika sidang mereka akan dilakukan lusa, sediakan mereka pakaian yang layak."


"Baik, Paduka..."


"Dan....." Ayunda menatap Riani, "kumohon tinggalkan aku sendiri dulu. Katakan pada ayahku, aku akan ke balairung istana sekitar 15 menit lagi.."


Riani menunduk memberi hormat, lalu keluar perlahan dari kamar Ayunda meninggalkan Ayunda sendiri.

SINGGASANA KERAMAT : PUSAKA SENGKETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang