BAB 2. PESAN DARI RUSA BERSAYAP

943 17 3
                                    


Siang hari yang begitu terik. Memanggang jalan-jalan beraspal seperti memanggang sepotong ikan nila tanpa ampun di balik besi-besi pipih. Kendaraan bermotor berseliweran bergantian di lintasan jalanan yang begitu panas. Puluhan petugas parkir dengan segala kesusah payahannya terus mengatur sistem keluar masuk kendaraan. Sesekali mereka mengelap keringat yang mengucur dari mukanya dengan topi atau rompi orange-nya. Peluit-peluit saling susul menyusul memberikan suara cemprengnya, berharap mendapatkan lembaran-lembaran rupiah dari itu, setidaknya hanya itu yang bisa mereka lakukan.


Saat itu padahal telah hampir sore, sekitar pukul 3 lewat. Suasana di kawasan itu memang sangat ramai di jam-jam seperti ini hingga malam hari. Tak salah jika warga Palangka Raya menyebutnya pasar besar, karena semua yang diperlukan tersedia di pasar ini. Dan di jam-jam seperti itu, biasanya para pedagang mulai sibuk menggelar dagangannya.


Puluhan bahkan ratusan gerobak besar beraneka muatan memenuhi sepanjang rute pasar. Para pedagang memang menyimpan barang dagangannya di dalam sebuah atau bahkan beberapa buah gerobak besar yang setiap kali mau membuka dagangan, gerobak tersebut di dorong dari tempat penyimpanannya ke tempat atau lokasi tempat berdagang mereka. Tidak luas, mungkin lebih kecil dari sebuah kamar tidur sederhana. Karena itu pula biasanya para pengunjung pasar harus berdesak-desakkan untuk mencari barang yang mereka inginkan.


Selain itu, jalan umum yang ada di situ juga sangat sempit, kalau kau berjalan sambil meregangkan kedua tanganmu, kau tentu tahu bagaimana sempitnya. Namun, meski begitu, pasar ini tetap menjadi tempat favorit sebagian besar warga Palangka Raya saat mencari barang, terutama pakaian. Karena kau tak bisa melakukan tawar menawar harga serendah mungkin seperti di pasar ini apabila di mall atau di pusat perbelanjaan modern lain.


Uniknya, pasar ini juga memiliki tiga nama yang berbeda. Pasar besar mungkin menjadi nama yang sesuai dengan statusnya sebagai pasar terbesar di provinsi Kalimantan Tengah, selain itu ada nama pasar bawah untuk menyebut tempat ini, entah mungkin karena pasar ini sering tergenang air apabila ada hujan lebat yang berlangsung cukup lama. Namun di antara semua itu, Pasar Blauran adalah nama yang paling familiar bagi warga, entah apa yang melatar belakangi pemberian nama seperti itu, yang jelas, nama Pasar Blauran lebih sering digunakan menyebut pasar ini ketika jam sore sampai jam malam hari.


Meskipun saat ini masih menjelang sore, sudah ada juga pedagang yang telah menyelesaikan membuka tempat dagangannya. Dan juga telah banyak pula para pengunjung yang mulai berjalan pelan dan agak berdesakan melewati lapak demi lapak para pedagang di pasar tersebut.


Dalam sebuah desak-desakkan tersebut, sebelah tangan dengan hati-hati dan waspada meraba saku celana seorang pengunjung pasar yang sedang ikut berjejal melewati beberapa pedagang. Tangan tersebut perlahan-lahan masuk ke dalam saku yang tadi dirabanya. Dan dengan gesit mengeluarkan sebuah dompet tebal berwarna cokelat tua, secepat kilat tangan tersebut mengamankan dompet tersebut. Beberapa detik kemudian, tangan tersebut sudah tak kelihatan lagi, betul-betul pergerakan yang sangat cepat dan terencana dengan baik. Seseorang yang sakunya diraba tadi agak curiga, ia menoleh dengan cepat ke belakangnya, ia seorang laki-laki dengan kumis tipis dan kacamata tebal. Bodohnya lagi, ia sama sekali tak mencoba untuk memeriksa saku celananya, setelah ia merasa tak ada yang mencurigakan, ia kembali ikut berjalan perlahan. Sudah dibayangkannya sepasang baju superhero untuk kedua putra kembarnya. Laki-laki yang malang.


Dan tak lama kemudian, tidak cukup jauh dari tempat itu, seorang remaja laki-laki duduk dengan muka sumringah di sebuah pelataran toko yang tak terpakai dan juga tak terawat. Tak ada yang ingin melewati toko yang menyedihkan itu, setidaknya ketika remaja itu berada di situ. Dan hal itu tentu saja membuat sang remaja merasa lebih baik.

SINGGASANA KERAMAT : PUSAKA SENGKETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang