Keesokan harinya, Yuu dan Joseph tiba di rumah keluarga Benjamin pukul setengah lima sore. Mereka berdua berboncengan naik motor Joseph.
Yuu langsung turun begitu mereka sampai di halaman rumah Immanuel yang luas. Ia memperhatikan halaman rumah yang dulu pernah ia tinggali. Rasanya seperti sudah bertahun-tahun ia tidak kesini. Yuu membetulkan letak tas ranselnya dengan sekali sentak selagi Joseph memasukkan motornya ke dalam garasi, dibantu oleh pak sopir yang dulu pernah menjemput Yuu ketika ia pertama kali menginjakkan kakinya disini.
Begitu Joseph selesai, ia berjalan menuju Yuu dan menggandeng tangannya. Mereka berdua berjalan ke pintu depan rumah keluarga Benjamin yang terlihat sangat megah. Sesampainya disana, Yuu langsung menekan tombol bel pintu dua kali sebelum akhirnya seorang pembantu wanita membuka pintu untuk mereka. Yuu belum pernah melihat pembantu ini. Mungkin saja dia pembantu baru.
"Immanuel ada?" tanya Yuu langsung.
Tepat saat pembantu wanita itu hendak menjawab, terdengar suara seseorang dari arah tangga. "Oh, Yuu! Kau sudah datang?"
Itu suara Noah. teman laki-laki Immanuel yang waktu itu mengantar Yuu dan Immanuel. Entah hanya perasaan Yuu saja, atau memang Noah selalu terlihat bergaya walaupun hanya memakai pakaian yang tidak terlalu mencolok. Ia hanya memakai kaos hitam berkerah, dan celana jeans selutut warna putih. Pas sekali ditubuh Noah yang tinggi dan ramping. Laki-laki itu langsung bersalaman dengan Yuu dan Joseph. Melihat hal tersebut, pembantu wanita tadi langsung meminta ijin untuk kembali ke belakang.
"Dimana Immanuel?" tanya Yuu.
"Immanuel sedang tidur sekarang. Lebih baik aku antar kalian ke kamar kalian dulu," jawab Noah sambil memiringkan kepalanya, sebagai tanda supaya Yuu dan Joseph mengikutinya.
Noah membawa mereka ke kamar yang dulu pernah ditempati oleh Yuu, membuat anak itu bernostalgia. Yuu mendaratkan pantatnya ke tepian kasur dengan santai seperti sedang berada di kamarnya sendiri. Joseph ikutan duduk di samping kanan Yuu sambil melepas tas ranselnya.
"Errmm, Yuu, bisa kau ikut aku sebentar? Ada sesuatu yang harus aku bicarakan padamu," tanya Noah dengan sedikit gugup.
Yuu melepas tas ranselnya sambil mengangguk paham. "Kau tunggu disini sebentar ya, Jo."
"Kenapa aku tidak boleh ikut?" tanya Joseph kesal. Yuu menoleh pada Noah seakan meminta jawaban atas pertanyaan yang baru dilontarkan Joseph padanya.
"Sebenarnya ini berhubungan dengan Immanuel. Tapi.... Ya sudahlah, aku akan jujur saja pada kalian berdua," Noah membasahi bibirnya. Ia tidak bisa membiarkan Immanuel dan Yuu berduan saja di kamar, "Immanuel sebenarnya sedang tidak tidur sekarang. Dia tidak bisa istirahat sejak tadi siang karena menunggu kedatangan kalian. Terutama kau, Yuu. Dan lebih baik kau temui Immanuel sekarang."
Yuu menyengir. Apa-apaan maksudnya? Kenapa Noah harus berbicara empat mata dengan Yuu hanya untuk hal seperti itu? Ia dan Joseph datang ke sini memang untuk Immanuel dan tentu saja mereka berdua harus menjumpai sang tuan rumah. Itu wajib.
"Baiklah. Ayo, Jo, kita temui Immanuel sekarang, setelah itu aku akan mengantarmu keluar untuk membeli celana dalam baru seperti janji kita tadi," ujar Yuu yang membuat Noah terbatuk-batuk.
"Sepertinya aku harus pulang. Immanuel sudah tidak membutuhkanku sekarang. Sudah ada kau dan Joseph. Lagipula nanti setelah ini aku harus menjemput adik perempuanku dari bandara," ujar Noah dengan senyum kecut.
"Baiklah. Hati-hati di jalan, Noah," ucap Yuu.
***
Ketidak-berdayaan seperti ini benar-benar membuat Immanuel muak. Kegiatannya cuma tiduran di atas tempat tidur hampir sepanjang hari. Sebenarnya ia sudah bisa berjalan, tapi pundaknya sangat sakit untuk dipakai berjalan, walau lengannya sudah digantung sekalipun, karena setiap melangkah, getarannya saja sudah kerasa sampai pundaknya. Jadi dia beranjak dari tempat tidurnya hanya untuk hal-hal tertentu saja, misalnya ke toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Troublemaker (boyxboy)
RandomSelama hidupnya, Yuu selalu berusaha bersikap baik dengan semua orang. Ramah, sopan, murah senyum. Sampai akhirnya ia merasa sangat sial dan menjadi manusia paling menyedihkan di muka bumi seusai ayahnya meninggal dan membuatnya menjadi yatim piatu...