5 - Sekelas

134 8 0
                                    

Kami berteman akrab 6 bulan ini, but nothing special. Sampai akhirnya besok adalah hari pertama masuk sekolah dan aku duduk di kelas XI.

Aku mencari namaku di madding seperti pada awalnya karena akupun tak tau ada di kelas berapa. Yang pasti aku kelas IPA.

Aku tertuju pada kertas yang tertempel di madding dan itu kelas XI IPA 1. Ku lihat nama yang berinisial H.

'H.. H.. Han.. Han.. Hanifa! Yesh, aku di kelas ini!' Aku berteriak-teriak dalam hati saking senangnya.

Pikiranku langsung tetuju pada Faldi. Oh ya, dia di kelas mana ya?

Ku lihat pada daftar nama XI IPA 1 dan mencari nama berinisial R.

'R.. R.. Ref.. Refal.. Refaldi!'

JADI AKU SEKELAS SAMA FALDI?!
Ya tuhann, doa ku terkabul untuk lebih dekat dengannya. Terimakasih.

Tanganku masih menunjuk namanya. Lalu tanganku dan bahuku tersenggol oleh tubuh orang lain dan jarinya menunjuk tepat di nama lengkap Faldi.

"Duh. Gimanasih?! Antri dong!" Nada marahku keluar dan muka judes pun tertera.

"Loh? Han? Lu ngapain nunjuk nama gue? Nyari gue di kelas mana ya? hahaha".

Yaampun Faldi. Malu lah aku ketahuan nyari nama dia.

"Ih nggak sih. Ge'er amat lagian yeu. Kan lo temen gue, ya jadi sebagai teman yang baik, gue cariin nama lo juga deh."

Matanya langsung tertuju pada kertas yang tertempel di madding itu.

"Kita sekelas, Han? Asik kannnn. Yaudah yuk masuk kelas. IPA 1 dimana dah?"

Aku yang sebenarnya kegirangan karena sekelas bareng Faldi. Kami masuk kelas dan melihat sudah ada Uty dan Daniel.

"Lah?! Kita satu kelas lagi, Ty? Asiiiikkk!" Kataku berteriak kegirangan.

"LAH?! KITA SATU KELAS LAGI,  NIEL?! ASIIIKK!" Faldi berteriak mengalahi suara kegiranganku.

"Apaansih, Di. Kita 'kan baru kali ini satu kelas. Lu kenapasih, Di?" Daniel heran dengan gelagat Faldi.

"Bukan gitu. Gua bete aja nih belum keliatan temen satu kelas gue lagi. Kan gue pengen gitu kayak Hanifa girang-girang sama temen sekelas dulu."

"Oohh, jadi lu gak seneng sekelas sama kita, Di?" Uty menceletuk.

"Bukan gitu, Ty. Haduhhh. Yaudah lah gue laper belom sarapan. Ke kantin yuk!" Ajak Faldi.

"Ayo." Kataku bersamaan dengan Uty dan Daniel.

***

Hari-hariku di kelas 11 sangat menyenangkan. Semoga saja tak berubah.

Jujur saja aku belum mengenal semua anak kelas ini. Yang duduk di depanku, mukanya jutek. Asli. Tapi temen sebangkunya nggak.

Pulpenku jatuh ke kolong mejanya. Jauh banget. Gak mungkin aku ngambil sendiri. Kebetulan aku pun tahu namanya karena dengar dia tersebut pada absen kelas.

"Emm.. Nes? Maaf. Boleh minta tolong ambilin pulpen gue gak di kolong meja lo?" Aku menyusun kata-kata sopan agar dia mau mengambilkan dan gak masang muka jutek lagi.

Dia mengambil. Memberikannya padaku. Lalu duduk seperti pada awalnya. Buset. Tapi, teman sebangkunya tersenyum padaku.

Nama yang jutek itu Nessa Arvelinda, dan teman sebangkunya itu Annie Azvarie. Susah juga namanya.

Aku dan Uty berusaha mengajak mereka ngobrol agar menjadi teman dekat. Faldi dan Daniel ikut nimbrung pada obrolan kami.

Mungkin ini adalah awal persahabatan kami. Mungkin. Dan semoga.

Faldi tersenyum kearahku.

'OMG, Di. I fall in love with you and all your little things.' Aku tersenyum seraya membisik di dalam hatiku.

Mata kami saling menatap satu sama lain. Pada pandanganku kepadanya, hanya satu kalimat yang ada di otakku yang sangat ingin aku utarakan.

'Dosakah jika diam-diam ku selipkan lembaran cinta dalam tiap tatapan untukmu, sahabat?'

Sudah satu tahun dan mungkin berjalan dua tahun. Entah sampai kapan hati ini tertutup rapat untuk cinta yang lain.

***

Persahabatan kami berenam sudah berjalan 3 bulan. Ujian Tengah Semester sudah di depan muka.

Kami masuk ke ruang yang berbeda. Annie, Daniel dan Faldi di ruang 1, sedangkan Aku, Nessa dan Uty di ruang 2. Kelas 11 satu ruangan dengan kelas 10. Yap. Kami masing-masing duduk dengan adik kelas.

Kami diberi santapan pagi yang nikmat. Yeah. Math. I. Wanna. Die. Aku gak belajar!!! Aku benci matematika. Aku tengok sana, tengok sini sampai pada akhirnya aku ditegur pengawas.

Malu banget. Asli. Adik kelas juga ngeliatin. Anjir.

Sisa dari tengok sana tengok sini adalah mengarang bebas. Ya. Aku isi sisanya dengan mengasal dan hanya mengandalkan feeling.

Bel istirahat berbunyi, tanda ujian pertama selesai.

"Aaaaaakkkkhhh gua kesel sama matematika!" Aku berteriak kencang tepat setelah pengawas pergi.

"Haaaaai. Gimana ulangannya?" Annie bertanya.

"Gimana tadi?" Uty bertanya juga.

Aku hanya diam.

"Bisa ngerjainnya?" Nessa bertanya juga.

"Bisa 'kan?" Daniel pun juga bertanya.

Aku tetap diam dan lebih cemberut.

"Ah, Hanifa ditanya! Udah tau dia gak suka matematika, elo-elo pada nanya pula! hahaha"

Aku langsung menatap sinis ke orang yang berbicara itu. Ya, Faldi. Aku pun membalasnya.

"Lo jangan sok pinter! Gue juga yakin lo nyontek! Woh!". Ada rasa ingin tertawa sebenarnya.

"Sampe nilai matematika gua lebih gede daripada lo? Lo bikinin gua bekel yak? Dan jadi babysitter gua selama seminggu!"

"Idih. Babysitter? Bakal jadi Babi sitter iya! hahaha" Aku terawa lepas.

"Liatin aja ampe nilai gue lebih gede!"

"Terserah!" Aku menarik Uty, Uty menarik Annie, dan Annie menarik Nessa. Kami bejalan berderet sampai kantin, meninggalkan Faldi dan Daniel.

To Be Continued•

~~~

Sudah 20 hari?!?!?! Maafkan dirikuuu ;(
Baru sempet buka wattpad lagi huhu
yang next gak bakal lama lama kek yg ini dehh hehe

Don't forget to give vote and comments!

August, 26th 2015

FRIEND (ZONE) SHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang