Musim panas. Hokkaido. Ladang Bunga Matahari. Bukit-bukit dan gunung. Dusun-dusun kecil. Dirimu, dan memori kita
Shiratori Natsu, si tampan berumur 17 tahun, yang merupakan tuan muda sebuah perusahaan terkenal Jepang, sedang dalam perjalanan menuju Hokkaido bersama ibunya. Sebenarnya, ia sama sekali tidak senang ataupun bangga mempunyai seorang ayah sukses dan ibu yang terkenal. Menurutnya, ayahnya hanyalah seorang ayah yang tidak bertanggung jawab dan ibunya hanyalah seorang monster yang menciptakan kepribadian sombong dalam dirinya. Natsu memandang ke arah jendela pesawat. Bunga bunga matahari mekar di bawahnya terlihat seperti miniatur kecil. Bunga Matahari. Selalu mengingatkan dirinya pada seseorang. Alasan mereka pergi ke Hokkaido setiap musim panas, untuk menemui kakek nenek mereka. Tapi, alasan utama Natsu bukanlah itu, melainkan, untuk bertemu dengan seseorang. Seorang gadis yang mengajarkannya cinta, pertemanan, dan hal-hal yang tak bisa dibeli dengan uang. Matsuda Kako. Ia teringat kembali masa kecilnya bersama gadis itu. Sejak kecil, ia tahu ia adalah boneka ibunya untuk membalas dendam pada ayah mereka yang sering berselingkuh. Baginya itu tidak masalah. Menurutnya, nilai seorang manusia hanya berbataskan pada kehormatan, uang, dan garis keturunan. Tapi, semuanya berubah sejak 10 tahun terakhir. Musim panas pertama ia dan ibunya pergi ke Hokkaido, mereka langsung dibenci karena kesombongan ibunya. Sebenarnya, ia merasa kesepian. Tapi, dengan sifatnya yang buruk, ia yakin dia tidak akan mendapatkan satu temanpun. Semuanya sama saja, di Tokyo pun juga seperti ini. Kesepian. Natsu kecil yang ditinggal ibunya yang berkumpul dengan wanita kaya lainnya semakin merasa kesepian. Dan pada saat itulah malaikatnya datang. Seorang anak laki-laki mendatanginya dan mengajaknya bermain sambil mengulurkan tangannya. Natsu yang tidak percaya, malah memalingkan muka, dan jujur saja, dia menyesal dan berharap anak itu tidak meninggalkannya. dan beruntungnya, harapannya terkabul, anak itu tetap bersikukuh mengajaknya bermain. Dan itulah, teman pertamanya. Musim panas berikutnya, ia baru mengetahui bahwa teman pertamanya adalah seorang perempuan. Ironis sekali. Natsu selalu tertawa jika mengingat hal itu. Kemudian musim panas tahun-tahun berikutnya, perasaannya semakin berkembang menjadi cinta. Dan dia berniat menyatakannya pada Festival Tanabata tahun ini, berserta dengan satu rahasia kecil yang dibencinya.
"Natsu, kita sudah sampai"
Suara ibunya menariknya ke alam sadar.Ternyata mereka sudah sampai di Bandara Shinchitose, bandara di Hokkaido. Natsu turun dari pesawat pribadinya tanpa barang-barang bawaannya. Tidak perlu lagi membawanya. Untuk apa? Bukankah ia memiliki pegawai-pegawai yang seharusnya membawakan barang-barang itu untuknya? Dan tidak seperti orang-orang pada umumnya, ia dan ibunya tidak perlu mengurus kedatangannya di Hokkaido. Seluruh Jepang sudah tahu siapa dirinya. Seorang anak perusahaan ternama yang sudah pasti akan menjadi penerus ayahnya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Satu pesan suara. Natsu berharap bukan ayahnya yang mengirim pesan itu. Dengan malas ia membuka ponselnya dan seulas senyum tersungging di bibirnya setelah mengetahui nama pengirimnya.Gadis itu. Natsu baru saja menempelkan ponselnya ke telinganya ketika terdengar teriakan dari sana.
"Natsuuu!!! Sudah berapa lama kau tak mengangkat teleponku?! Apa kau sudah ada di Hokkaido?! Aku masih di sekolah! Kalau sudah sampai, jemput aku ya di sekolah, jangan gunakan mobilmu. Jalan kaki saja! Bye!"
Apa?! Jalan Kaki?! Yang benar saja?! Memangnya dia orang kampung yang terbiasa jalan kaki atau naik sepeda?! Tapi, demi gadis itu Natsu tetap menurutinya. Tapi, sebelum itu, ia harus terlebih dahulu membohongi ibunya.
***
Lama sekali. Memangnya lelaki itu kura-kura?! Matsuda Kako, si cantik bermata coklat itu sedang menunggu seseorang di depan gerbang sekolahnya. Beberapa senior lelakinya yang ada di sana mengajaknya pulang bersama, tapi, tentu saja ia tolak. Karena, hari ini adalah hari kedatangan seseorang yang spesial di hidupnya. Shiratori Natsu. Jujur saja. Perasaan pada teman kecilnya sudah berubah menjadi sesuatu yang melebihi itu semua. Entah apa namanya. Kako melihat jam di ponselnya. Lama sekali. Kako memencet nomor lelaki itu dan hendak menelepon ketika seorang lelaki tampan datang berlari sambil terengah engah. Lelaki itu. Kako tersenyum sambil melambaikan tangannya.
"Natsu!!! Kau sudah datang! Tapi kenapa lama sekali?! Memangnya kau siput?!"
Natsu melirik kesal melihat ocehan gadis itu. Dasar! Sudah bagus ia mau berlari-lari demi gadis itu. Tapi, kekesalannya segera lenyap ketika gadis itu menggandeng tangannya dan mengajaknya berlari lagi melintasi bukit-bukit dan ladang bunga matahari. Beberapa orang desa menasihati mereka agar berhati-hati, tapi, mereka tak peduli. Angin musim panas menerjang wajah mereka berdua. Seakan-akan membisikan sesuatu. Kata-kata kenangan. Kako terus menarik Natsu sampai akhirnya mereka terjatuh di suatu bukit yang dihiasi bunga-bunga lavender. Mereka berbaring dengan masih berpegangan tangan. Menatap langit biru yang seakan disediakan hanya untuk mereka. Wangi Lavender memenuhi ruang penciuman Kako.
"Indah ya? Musim Panas, Bunga Lavender, Langit biru..."
Kako terus mengoceh tanpa menyadari mata Natsu yang terus memandanginya. Gadis itulah. Obat penenangnya, pelanginya, hidupnya.
"Hei, nanti kau datang kan ke Festival?"
"Sebenarnya tidak, tapi, kalau kau bilang sangat ingin, aku mau menemanimu." Ujar Natsu, masih tidak bisa menutupi gaya sombongnya.
"aku... sangat ingin"
Natsu mendengar bisikan kecil. ia tertawa. Dasar! Apakah begitu susah berkata 'sangat ingin'.
"Baiklah, aku akan menemani anak kecil ini"
Natsu menarik hidung Kako kemudian berlari meninggalkan gadis itu. Kako yang masih memegangi hidungnya ikut berlari mengejar Natsu. Padang bunga lavender yang sepi itu kini dipenuhi teriakan teriakan kecil dari 2 remaja konyol yang berlari lari. Lavender, langit biru, Hokkaido, Musim panas. dan hari-hari bersama lelaki itu, baru saja dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hokkaido, Summer, and You
RomansaMusim panas, langit biru Hokkaido, padang rumput, dan kau. Semuanya sempurna. Natsu dan Kako adalah sahabat sejak kecil, tapi, suatu hari, setelah menyatakan perasaannya, Natsu tidak pernah kembali lagi ke Hokkaido. Kisah tentang harapan, perpisahan...