8640

862 86 1
                                    

Chanyeol menatap ponselnya dan melihat pesan Kyungsoo. Ia menjawabnya dengan singkat dan kasar sebelum akhirnya ia menonaktifkan ponselnya lagi. Ia melangkahkan kaki ke dapur. Ia melihat Luna sendirian, seperti yang ia harapkan. Dengan menepuk pundaknya, Chanyeol mundur beberapa langkah ketika Luna berbalik ke arahnya dengan pisau di tangannya.

"Oh" ujarnya, "hai Chanyeol"

"hai" Chanyeol merubah posisinya dan merapikan t-shirnya yang ia yakin adalah t-shirtnya semasa kuliah. "aku ingin minta sesuatu"

Luna menatapnya, "permintaan apa?" ia bertanya dengan hati-hati.

"bisakah kau memasak makanan kesukaan Baekhyun mala mini? Dan apakah kau mempunyai wine?" tanyanya.

"Wine.."

"untuk menemani makan malam hari ini" tambahnya.

"kurasa Baekhyun lebih baik minum air mineral saja, yeol.." gumam Luna.

Chanyeol terkejut selama beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk mengerti, "baiklah, tak ada wine. Tapi bisakah paling tidak kau membuatkan makanannya?"

Setelah meletakkan pisaunya di atas counter, Luna menyilangkan kedua tangannya, "apa yang kau coba lakukan?"

"aku hanya mencoba membuat makan malam yang menyenangkan"

"kenapa?"

"karena malam ini adalah malam terakhirku disini"

Luna mendesah, "Chanyeol, jangan. Kau tak akan membuatnya merasa lebih baik jika kau melakukan ini. Kau tahu hal ini hanya akan menyakiti hatinya, kan? Kau jadi sangat baik padanya satu malam, kemudian kau meninggalkannya keesokan harinya. Aku tahu kau hanya mencoba bersikap baik, namun ini kejam, yeol"

Chanyeol terdiam. Ia tak tahu harus bicara apa, "tapi aku ingin melakukannya. Bukan untuk menyakitinya, namun lebih kepada... berbaikan dengannya"

"apa artinya berbaikan kalau kau harus meninggalkannya demi seseorang besok?"

Mundur beberapa langkah, Chanyeol merasakan gemuruh di dalam hatinya. Hal yang dikatakan Luna benar. Dan itulah kenyataannya. Besok ia harus meninggalkan rumah ini dengan surat yang telah ditandangani oleh Baekhyun, dan tak akan kembali lagi. Ia akan meninggalkan Baekhyun dengan rumah dan sejumlah uang. Rasanya jadi semakin buruk. Ia telah berlari dari kenyataan beberapa hari ini. Sekarang, malam terakhir sebelum kepergiannya, Chanyeol tak tahu harus berbuat apa.

Sambil menelan ludahnya, Chanyeol berkata, "Luna, ini hanya untuk satu malam. Tolonglah"

Luna menatapnya dalam dalam sebelum berbalik, "baiklah"

Chanyeol ingin menghela nafas lega, "terima kasih"

Beberapa detik kemudian, Luna bertanya, "kau masih mencintainya?"

"pertanyaan macam apa itu?" Tanya Chanyeol balik.

"well, itu pertanyaan yang masuk akal"

Setelah berpikir, Chanyeol menyadari bahwa ia tidak tahu jawabannya. Ia merasa seperti ada perselisihan di dalam hatinya. Kata "rumah" tak lagi mempunyai arti yang pasti. Hari hari yang ia lalui di rumah jauh lebih menyenangkan disbanding hari hari yang ia lalui di apartemen tempatnya tinggal beberapa tahun ini. Suara tawa Baekhyun terdengar seperti suara kicau burung yang merdu di telinganya sementara suara tawa Kyungsoo terdengar seperti replika yang mencoba untuk membuatnya merasakan hal yang sama seperti ketika ia mendengar tawa Baekhyun. Matanya mungkin tampak jauh lebih lelah dibanding dengan sorot matanya dulu, namun, Chanyeol masih menangkap percikan api dalam sorot mata itu.

Seharusnya ia tak perlu ragu lagi, namun, di kepalanya-pemimpin dari semua tindakan dan prilakunya-mengacaukan jawaban yang ada di dalam hatinya dan membuangnya, membuat Chanyeol bingung dan tak bisa berkata apa-apa lagi. Hatinya berkata ya, namun kepalanya terus saja membayangkan sosok Kyungsoo.

Setelah menunggu selama beberapa menit dan tak kunjung mendapat jawaban, Luna mengangkat bahunya, "lupakan saja pertanyaanku. Aku akan memasak untukmu mala mini. Buatlah ia bahagia, walaupun untuk semalam saja"

Lilin-lilin menerangi ruangan itu, harum aroma terapi mencairkan suasana, Piring-piring tertata cantik di atas meja.

Ketika Baekhyun memasuki ruangan ini, ia menggigit bibirnya keras-keras. Ia piker ia berdarah. Ia ingin berbalik dan berlari menjauh karena hal ini tak terlihat nyata baginya, namun, begitu punggungnya menyentuh dada Chanyeol dan tangan besar Chanyeol mendorong bahunya masuk ke ruangan itu, Baekhyun tak punya alasan untuk lari.

Setelah mereka duduk, mereka langsung makan. Keheningan sempat menyusupi makan malam mereka, namun percakapan mulai bergulir dan mengisi keheningan tersebut. Suasana semakin membaik ketika Baekhyun meringis dan memuji penampilannya. Chanyeol memakai kaos polos dan celana pendek. Baekhyun memakai sebuah t-shirt dan celana piyama. Tidak ada satupun dari mereka yang menggunakan pakaian yang tepat seperti yang kebanyakan pasangan lakukan ketika mereka sedang menikmati makan malam romantis.

Dan setelah mereka selesai, Baekhyun bangkit dari kursi dan berterima kasih pada Chanyeol. Ia berencana untuk membasuh tangannya begitu ia bangkit namun ternyata Chanyeol bangkit lebih awal dan mendekatinya. Ia membawa Baekhyun ke ruang keluarga, yang juga diterangi oleh lilin yang sama dengan lilin yang ada di ruang makan.

Kemudian, ia mengambil sebuah mp3 player dan menekan tombol play. Sebuah musik lembut mulai mengalun pelan dari dalam mp3 tersebut. Saat itu, Baekhyun mulai bergetar. Ia tak dapat menahannya lagi. Ia ingin jatuh terkulai di lantai namun Chanyeol menahannya. Chanyeol menguntai jemarinya dengan jemari Baekhyun sebelum menggerakkan tubuh mereka bersama ke kiri dan ke kanan.

Saat itu adalah saat saat paling manis dalam diri Baekhyun, namun jauh di dalam hatinya, saat itu juga adalah saat yang paling menyakitkan. Dan walaupun Chanyeol menyandarkan dagunya di atas kepala Baekhyun, dan walaupun alunan musik terus berdentum seiring dengan dansa mereka, ia bisa mendengar suara tangis Baekhyun.

Sembari Chanyeol memeluk Baekhyun erat, ia menutup erat matanya dan menggigit bibirnya. Ia mencoba mengabaikan tenggorokannya yang kering dan juga suaranya yang semakin berat, diam-diam, ia menangis.

10080 indo versTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang