"Nara, buruan dong abang udah telat nih"
"Abang tuh kalau pagi kenapa ribet banget sih bang. Yang kuliah pagi kan aku, bukan abang" omelku pada lelaki paling cerewet seantero dunia lain itu.
"Kamu kuliah, abang latihan band dan latihan kali ini penting banget, jadi buruan deh." Aku tak mengacuhkannya, aku meneruskan kegiatanku di depan cermin yaitu menata poniku agar rapi dan terlihat cantik dari berbagai sudut pandang.
"Buruan kali dek" tegur Bang Farly dengan wajah penuh dengan emosi dan sebelah tangannya menjewer telingaku. Untuk sekali lagi aku jadi korban kekerasan dalam kehidupan kakak beradik.
Setelah adegan menyedihkan itu kami pun segera berangkat menuju kampus. Tidak. Hanya aku yang ke kampus, sedangkan Bang Farly pergi ke studio bandnya.
Band Bang Farly dan kawan-kawannya terbilang bermodal karena mereka mempunyai studio sendiri. Itu karena salah satu temannya berasal dari keluarga ningrat, alias kaya raya. Jadi, pada saat band mereka pertama kali di bentuk, temannya yang kaya raya itu meminta pada orang tuanya untuk dibuatkan studio band dan bingo! mereka dapatkan studio itu.
Tak tanggung-tanggung, studionya itu adalah sebuah rumah yang terbilang cukup mewah, lengkap dengan segala kebutuhan anak band. Jadi studionya itu bisa jadi basecamp juga. Nggak, nggak cuma studio aja, ada kamar, dapur, ruangan yang ada home theaternya, ada kolam renang, lengkap deh pokoknya, udah kayak hotel cap kaki badak.
Band itu juga terbentuk karena keakraban Bang Farly dan kawan-kawannya. Pada awalnya sih mereka cuma iseng-iseng aja buat band dan ikut perlombaan tapi siapa sangka, kemujuran ada di pihak mereka hingga akhirnya mereka menang. Dari situ mereka serius menggeluti bidang per-band-an itu.
"Dek udah sampai nih, turun kali"
"Oh udah sampai ya...hehe. Yaudah aku masuk ya bang, makasih bang" balasku cengengesan sambil menarik hidungnya kuat-kuat. Terdengar kalau Bang Farly mengomel panjang karena ulahku, sedangkan aku terkekeh geli karena ulahku sendiri.
Tak lama aku pun sampai di kelasku. Aku bingung duduk dimana, tapi pada akhirnya aku mengambil tempat duduk di bangku barisan ketiga. Tidak terlalu kiri, tidak terlalu kanan, tidak terlalu depan, dan tidak terlalu belakang.
"Hey!" tegur seseorang dari sebelah kananku. Yang menegurku adalah seorang cewek yang aduhai. Rambut hitamnya panjang bergelombang, wajahnya cantik, hidungnya mancung.
"Raisa?" ucapku polos tanpa dosa.
"Hahaha...lo bisa aja. Nama gue Malika." ucapnya memperkenalkan diri seraya memberi tangan.
"Hehe...nama gue Naragita, salam kenal ya." Aku pun meraih tangannya dan pada akhirnya kami pun berjabat tangan.
"Eh gue manggil lo apa nih? Nara atau gita?"
"Panggil aja Nara" jawabku seraya menebar senyum mempesona.
"Oke. Lo panggil gue Lika aja ya." Aku pun mengangguk mantap sebagai jawaban. Aku pun menghembuskan napas lega karena akhirnya aku punya teman.
******
"Akhirnya selesai juga ocehan dosen itu" celetukku dengan polosnya.
"Hahaha...eh ke kantin yuk, laper nih." ajak Lika padaku. Tanpa pikir panjang aku pun segera menyetujui tawaran itu dan segera bangkit dari kursi panasku.
Kami pun berjalan beriringan menuju kantin. Sepanjang perjalanan kami, banyak laki-laki memandangi kami, tapi aku tau tatapan-tatapan memuja itu ditujukan untuk gadis disampingku, Lika. Sedangkan aku? Tak ada tatapan untukku, yah~ aku mah apa atuh...
"Hai...boleh kenalan nggak?"
Oh my God! Suara itu...jangan bilang itu suara laki-laki nyebelin itu, batinku.
![](https://img.wattpad.com/cover/47106315-288-k643036.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh No! I'm Fallin'
Teen FictionTak pernah terpikir sedikit pun tentang kamu dalam benakku. Jangankan untuk terpikir, terlintas pun dirimu dalam anganku, tak pernah! Laki-laki yang tebar pesona kesana kemari, dengan mudah mendekati perempuan yang di inginkan. Sosok pujaan bagi per...