3. A Mission

26 4 0
                                    

Aku merebahkan tubuhku di ranjang tercintaku setelah aku membersihkan tubuhku. Tak tau apa yang ingin ku kerjakan, aku memutuskan untuk beeguling-guling ria bersama guling dan selimutku. Hal ini adalah salah satu hal favoritku untuk menghibur diri.

Memikirkan bagaimana caraku dan Aldin menjadi teman membuatku merasa sedikit geli. Karena kami memulai pertemanan seperti anak kecil. Berawal dari acuh tak acuh lalu memutuskan untuk berdamai dan menjadi teman.

Aku terus berguling-guling di atas ranjangku hingga akhirnya rasa pusing menghentikanku. Aku mengambil posisi duduk lalu merapikan poniku. Masih tak tau apa yang harus aku kerjakan, aku memutuskan untuk mengunjungi meja riasku. Aku menatap pantulan diriku di cermin dan terlihatlah seorang gadis yang biasa-biasa saja.

Namun untuk menghibur diri, aku mengambil roll rambut dan menggunakan nya pada poniku yang aduhai. Sementara poniku sedang di roll aku memainkan ponselku. Entah apa maksudnya apa yang kulakukan ini aku pun tak tau.

"Dek makan malam" teriak Bang Farly dari balik pintu kamarku. Dengan gerakan cepat aku pun segera turun melewati sosok Bang Farly yang sepertinya menungguku untuk turun bersama dan menghampiri meja makan yang sudah menggodaku dengan berkata "Jamahlah aku, Nara"

Dengan wajah seperti kucing kelaparan aku menatap makanan-makanan yang tersaji di depanku dengan mata yang berbinar-binar.

"Urusan makan aja nomor satu" sindir Bang Farly yang baru saja menjatuhkan bokongnya di kursi disampingku. Aku hanya membalasnya dengan tatapan masa bodo.

Beberapa detik kemudian kami sekeluarga pun mulai makan dengan khidmat. Aku melahap semua jenis lauk yang tersedia di depanku seperti orang yang tidak makan tiga hari. Bang Farly sempat mengomel karena bagiannya ku lahap juga, sedangkan ayah dan mama terkekeh geli melihat tingkah kami.

"Hebat ya kamu dek, baru kuliah dua hari saja sudah punya gebetan." goda Bang Farly yang tiba-tiba sudah ada di sampingku mengamati bintang bersamaku dari beranda di kamarku.

"Apasih bang. Aku nggak punya gebetan kok" balasku tak acuh.

"Yang dua hari ini nganter kamu pulang itu siapa dek?" goda Bang Farly lagi dengan menaik turunkan alisnya.

"Teman" jawabku singkat dan tanpa menoleh padanya.

"Kalau sudah jadi pacar, traktir abang ya" godanya sekali lagi yang ku hadiahi dengan cubitan ala kepiting pada perutnya yang berlemak. Bukannya menangis dia justru tertawa walaupun di sela tawanya itu dia meringis.

Tak tahan dengan godaan ala tante rumpi darinya, aku menggusurnya keluar dari kamarku. Sudah keluar dari kamarku pun dia masih menggodaku dengan berteriak-teriak. Sungguh! Ingin ku jepit bibirnya itu dengan capit kepiting.

******

"Nar gue iri deh sama lo" ucap Lika membuka pembicaraan diantara kami yang sedang menuju perpustakaan. Aku mengerutkan keningku tanda tak mengerti.

"Iri kenapa?" tanyaku pada akhirnya ketika dia terus bungkam dan tidak melanjutkan kalimatnya.

"Gue iri karena lo bisa akrab gitu sama Aldin. Gue jujur nih...sejak pertama liat dia, gue jatuh cinta sama dia"

"Hahaha..."

"Kok lo malah ketawa sih Nar?!"

"Lo lucu. Lo bilang gue akrab sama Aldin, lo nggak sadar kalau lo juga akrab sama dia? Kita berdua akrab sama dia. Dan kalau lo memang suka, yaudah deketin aja" jelasku berniat menenangkan dirinya. Namun siapa sangka dia tidak semudah itu tenang. Dia justru menunduk menyimpan wajahnya yang tak puas dengan jawabanku.

Orang yang kami bicarakan tiba-tiba hadir di tengah kami. Aku menangkap raut wajah kaget sekaligus senang dari teman baruku yang cantik itu. Aku geli sendiri melihat tingkah teman baruku yang sedang jatuh cinta itu.

Oh No! I'm Fallin'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang