Chapter 10

95 2 0
                                    

Satu minggu kemudian.

Banyak perubahan dalam satu minggu ini.

Pertama, kabar bahagianya, Raina si sahabatku itu sekarang punya pacar. Dan tebak siapa pacarnya? Rangga. Ya, Rangga Dreamband. Aku juga nggak tahu jelas kapan mereka dekat, tapi tiga hari yang lalu mereka sudah jadian. Aku sih setuju dengan hubungan mereka, Rangga sosok yang humoris, cocok dengan type-nya Raina. Raina terlihat lebih bahagia ketika jadian dengan Rangga. Yang lebih asiknya, aku mendapat traktiran selama dua hari, yang pertama dari Raina saat makan di kantin, dan yang kedua dari Rangga saat sedang latihan band. Sering-sering aja begitu, jadi kan aku bisa irit, hehe.

Kedua, ini juga kabar baik.
Aku dan Damar sudah putus. Dua hari yang lalu, aku memergoki Damar yang sedang bergandengan mesra dengan seorang cewek, disebuah mall. You know, guys? Cewek gandengan Damar itu adalah Dita. Ya, Dita mantan Rafi! Aku saja kaget saat melihatnya, aku langsung memutuskan Damar disana. Sakit? Biasa aja, karena memang dari awal aku tidak menganggapnya pacar, hanya saja aku tidak menemukan alasan untuk memutuskannya. Aku nggak nyangka aja, Dita yang bilang aku perusak hubungan orang, eh malah dia yang jadi perusak. Tapi aku sih berterimakasih banget sama Dita, gara-gara dia, aku jadi bisa putus sama si Damar! Cuma, aku kasihan sama Dita, kira-kira dia bakal jadi korban Damar nggak ya? Syukur-syukur sih kalau Damarnya tobat.

Ketiga, hmm. Aku nggak tau ini kabar baik atau kabar buruk. Yang pasti selama seminggu ini, aku menjauh dari Rafi. Aku mendelete contactnya di BBM, dan disekolah aku selalu menghindarinya. Aku sih masih terus terfikir dengan kata-kata yang terakhir Rafi ucapkan.

Flashback on

"Tunggu!" Rafi menarik tanganku

Aku menelan ludah. Perasaan ini memang benar-benar belum hilang. Mungkin perasaan ini permanen? Ah tidak-tidak! Tidak boleh!

"Lo harus tanggung jawab!" ujar Rafi

Aku mengerutkan dahiku "Tanggung jawab? Emang gue pernah bikin salah apa sama lo?"

"Lo udah bikin gue jatuh!" kata Rafi

Aku semakin bingung, "Jatuh? Kapan? Dimana? Lo nggak usah ngada-ngada deh, Kak!"

"Iya lo udah bikin gue jatuh! Jatuh cinta sama lo."

Flashback off

Jujur. Aku sangat rindu dengannya, tapi, aku bisa apa? Aku sudah terlanjur jauh darinya. Aku hanya bisa menyesal, mungkin.

One last time
I need to be the one who takes you home
One more time
I promise after that i'll lets you go

Raina menelpon. Aku mengangkatnya.

"Halo, Rain. Kenapa?" tanyaku

"Monik, cepet lo kesini!" ujar Raina dengan panik

"Kesini? Kesini kemana?" tanyaku

"Kesekolah, cepet!"

"Kenapa sih emangnya?"

"Rafi jatuh dari tangga, dia pingsan."

"Hah? Lo serius, Rain? Jangan bercanda deh!"

"Gue serius, makanya lo cepet kesini, kita di studio band!"

Aku langsung memutuskan sambungan telepon. Aku memasukkan handphone ke saku jeansku. Aku tadi memang pulang duluan, harusnya hari ini aku latihan band. Aku berlari keluar rumah, dan berlari ke pangkalan ojek.

Aku menaiki ojek, "Bang ke SMA CITRA GEMILANG ya, cepet bang!"

---

Aku berlari menuju studio band, kelopak mataku sudah di banjiri air mata yang berlinang.

Aku memasuki studio, disana ada Dimas, Rangga, Aldi, Raina--mungkin Kak Cantika sudah pulang--dan Rafi yang tergeletak di sofa studio. Aku menggigit bibir atasku, menahan tangisku yang siap meledak.

Aku mendekati Rafi, aku duduk dibawah sofa.

"Kak Rafi belum bangun dari tadi?" tanyaku

Mereka menggeleng sambil memelas.

Aku meraih tangan Kak Rafi, menggenggamnya kencang, "Kak..Bangun kak! Gue mohon."

Tidak ada jawaban dari Rafi. Aku tak sanggup lagi menahan tangis, airmataku terjun dipipi.

"Kak Rafi, bangun. Gue sayang lo kak! Gue nggak mau lo kenapa-kenapa, gue nggak mau kehilangan lo kak! Bangun ka, bangun! Gue sayang kak sama lo! Gue bohong! Gue bohong kalau gue udah nggak suka sama lo, buktinya sampai sekarang gue belum bisa lupain lo kak, gue cinta kak sama lo! Bangun kak, tolong..."

Aku menangis, aku menutup mataku dengan tanganku yang masih memegangi tangan Rafi. Aku menangis tersedu-sedu.

"Beneran lo cinta sama gue?"

Aku tercengang mendengar suara itu. Aku membuka mataku dan melihat Rafi yang baik-baik saja. Aku bingung.

"Ciye nangisnya sampai segitunya, sayang banget ya sama gue?" ledek Rafi

"Lo gapapa?" tanya gue bingung

Rafi mengerutkan dahi, "Lah emang menurut lo gue kenapa?"

Aku memasang wajah cengo "Katanya lo jatuh di tangga?"

Rafi cekikikan, begitupun dengan Dimas, Rangga, Aldi, dan Raina. Aku jadi semakin bingung melihat tingkah mereka. Memangnya apa yang lucu?

"Kok pada ketawa sih?" tanyaku dengan BT

"Gini ya Monik, gue emang jatuh, tapi gue nggak jatuh di tangga." jelas Rafi

Aku mengerutkan dahi, "Terus dimana?"

"Di hati lo" Gombal Rafi

Aku mendengus sebal "Jadi kalian ngerjain gue nih?"

"Sorry." ujar mereka bersamaan.

"Ih nyebelin banget!"

Mereka tertawa terbahak-bahak.

"Tapi yang tadi lo omongin itu jujur kan?" ledek Rafi

"Omongan yang mana?"

"Yang lo pegang tangan gue sambil nangis-nangis itu!" ledek Rafi

Wajahku memerah karena malu, "Ih, gue bete sama kalian! Titik." aku memanyun.

Rafi menggenggam kedua tanganku, "Tapi gue bersyukur ide ini berhasil, dan gue tau perasaan lo yang sebenarnya, please jangan bohongin perasaan lo lagi."

Aku tersenyum malu, "I-iya kak, gue nyesel udah pernah bohongin perasaan gue sendiri."

Rafi tersenyum, "Jadi lo mau kan, bareng-bareng sama gue terus mulai dari sekarang?"

Aku tersenyum dan mengangguk.

"Ciye!!!" teriak Raina, Rangga, Dimas, dan Aldi.

Aku tersipu malu, dan begitupun dengan Rafi. Akhirnya Cinta diam-diam ini bisa diungkapkan. Sekarang, hidupku lebih terasa indah☺

The end!

CINTA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang