Chapter 4

84 2 0
                                    

Beberapa minggu kemudian.
Aku sangat sering sekali melihat Rafi dan Dita bersama, setiap perlakuan mesra mereka membuat hatiku seperti tersayat. Entah, semakin lama aku semakin tidak mengerti lagi dengan perasaanku ini. Semakin lama semakin dalam, setiap aku mencoba untuk menghilangkan perasaan itu malah semakin dalam aku mengaguminya. Setiap saat di otakku selalu terfikir pria itu, aku tak tahu, apakah dia tak ada pekerjaan lain selain berputar-putar dalam fikiranku? Aku sudah lelah.

"Gue rasa lo bukan cuma sekedar kagum deh sama kak Rafi." ujar Raina

Aku mengerutkan dahi, tak mengerti apa yang Raina bicarakan.

"Gue rasa lo jatuh cinta deh sama Kak Rafi."

Aku terbelalak. "Jatuh cinta? Mana mungkin. Gue kenal aja kaga. Ada-ada aja lo."

"Dih, norak banget sih lu! Ya bisa aja lah. Emang lo gapernah baca novel yak? Banyak kali cerita yang mirip kaya yang lo rasain ini!"

Aku memutar bola mataku.
Jatuh cinta?
Apa iya? Ah! Sepertinya tidak mungkin. Mana mungkin aku jatuh cinta pada Rafi? Atau...emang iya? Ahhh! Sudah lah, kenapa malah membuat aku bingung.

"Udah ah, gue mau ke kelas, udah mau bel nih" ujarku lalu pergi meninggalkan kelas Raina.

---

Aku baru tersadar dari alam mimpiku.
Sejak pulang sekolah tadi aku tertidur atau lebih tepatnya ketiduran. Hm, mungkin karena terlalu lelah dengan rutinitas di sekolah. Atau lelah karena memikirkan masalah perasaanku pada Rafi yang tak kunjung aku temukan jawabannya?

Aku langsung bergegas menuju kamar mandi.

Byurrrrr!
Guyuran-guyuran air di atas kepalaku membuatku lebih fresh! Hm, lebih tenang, juga lega.

Segar sekali rasanya habis mandi.
Perutku terasa lapar. Uh, kasihan cacing-cacing di perutku belum makan sejak pagi.

Aku keluar dari kamar, dan menangkap sosok Mamah yang sedang menonton infotainment, yaaa acara gosip.-. Aku menghampirinya.

"Mah..."

Mamah menoleh ke arahku, "Eh sayang, kamu sudah bangun?"

Aku tersenyum tipis lalu mengangguk.
"Tumben kamu tidur sampe sore begini? Biasanya tidur cuma 1 jam? Kecapean ya?" tanya Mamah

Aku menghela nafas, "Iya mah, hari ini Monik capek banget."

"Emangnya ada pelajaran tambahan?"
Aku menggeleng, "Papah kemana, Mah?"

"Papah tugas ke papua, tadi mau pamit ke kamu, tapi Papah enggak tega bangunin kamu." ujar Mamah menjelaskan

Aku mengangguk mengerti "Berapa lama, Mah?"

"Sekitar dua minggu."

Aku mengangguk lagi, "Mah, menu makan hari ini apa? Monik lapar."

"Ada ayam opor tuh."

Mataku langsung berbinar, "Asik! Yaudah aku makan dulu ya, Mah!" aku pun langsung bergegas untuk makan.

Setelah selesai makan, aku masuk kamar kembali. Aku membantingkan tubuhku ke kasur, tubuhku membelakangi langit-langit kamar.

"Gue rasa lo jatuh cinta deh sama Kak Rafi."

"Gue rasa lo jatuh cinta deh sama Kak Rafi."

"Gue rasa lo jatuh cinta deh sama Kak Rafi."

"Gue rasa lo jatuh cinta deh sama Kak Rafi."

"Gue rasa lo jatuh cinta deh sama Kak Rafi."

Tiba-tiba ucapan Raina terngiang-ngiang di kepalaku.

Aku jatuh cinta?
Apa benar? Aku lupa bagaiman rasanya jatuh cinta sampai waktu kejadiaan itu.

Flashback on

Damar, salah satu anak SMP CAHAYA yang terkenal dengan playboynya. Aku sama sekali tak pernah terfikir untuk jatuh cinta padanya, tapi karena kata-kata manisnya aku menjadi terperangkap! Aku jatuh cinta padanya. Otomatis dialah cinta pertamaku. Dan sampai akhirnya kami berdua berpacaran.

Satu bulan kemudian.
Damar berubah. Dia menjadi cuek, dan cepat marah. Aku tak tahu apa yang membuatnya berubah seperti sekarang ini.

Aku duduk bersamanya di bangku taman sekolah.

"Damar, lo kenapa sih berubah begini?" tanyaku

Damar sibuk memainkan handphone-nya.

"Damar, gue tanya sama lo!" aku menggoyah tubuh Damar.

"Apa sih?" Damar menyolot.

"Kenapa lo berubah?" Aku ikut menyolot.

Damar mengerutkan dahi, "Berubah apanya? Emang gue Bima Satria Garuda!"

Aku berdecak, "Ih gue serius. Lo tuh sekarang cuek sama gue, nggak perhatian kayak dulu."

"Biasa aja."

"Ga, lo berubah!"

"Nggak!"

"Berubah!"

"Dibilang nggak ya nggak!"

"Berubah!"

"Lo tuh bawel ya! Terus mau lo apa sekarang? Putus? Ok mulai sekarang kita putus!" Damar meninggalkan ku sendiri.

"Tapi, Dam.. Damar! Tunggu! Damaaar!"

Keesokan harinya,
Aku mendapati Damar yang sedang bergandengan dengan seorang perempuan yang sudah tidak asing lagi bagiku. Itu, Sandra! Teman sekelasku.

Aku menghampirinya dengan wajah yang memerah dan tangan mengepal.

"Jadi ini alasan kenapa lo berubah,HAH?"

Damar tertawa tak karuan. "Kenapa? Lo mau marah? Lo kan bukan siapa-siapa gue lagi."

Aku semakin marah dan tanpa berfikir panjang aku langsung menampar pipi kanan Damar dengan cukup keras. "Banci lo!"

"Apa lo bilang?" Damar menantang

"Banci! Lo tuh kayak banci!"

Damar tertawa-tawa.

Aku menginjak kaki Damar dengan keras, "Ih, dasar bajingan!"

Aku berlari tanpa tujuan sambil menangis tersedu-sedu.

Flashback off

Sejak kejadian itu, aku tidak mau jatuh cinta lagi, cukup satu kali saja hatiku di patahka, aku tidak mau lagi.

Jadi,
Mana mungkin aku jatuh cinta dengan Rafi? Jika itu benar-benar terjadi, duh gatau deh. Yang pasti bakal serem banget hidupku ini.

Ah, lagi-lagi aku dibuat pusing oleh Rafi.

"Tuh cowok, gue kenal aja belum udah bikin gue pusing setengah mati aja." aku mendengus kesal.

CINTA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang