Chapter 2

117 5 0
                                    

Aku dan Raina sedang duduk-duduk di kantin, ya memang ini waktunya istirahat. Dua mangkuk bakso dan dua gelas orange juice telah siap di atas meja, tinggal diproses ke dalam lambung yang sudah berteriak.

Baru saja aku ingin melahap sesendok bakso, namun aku mengerem tanganku sampai di depan mulut dengan mulut yang aku rem saat menganga. Mataku terpaku pada sepasang manusia yang baru saja duduk didepan mejaku dan Raina. Itu Kak Rafi dan Kak Dita!

"Lo kenapa, Mon?" tanya Raina

Aku menaruh kembali bakso ke dalam mangkuk dan merapatkan mulutku. "Liat di belakang lo!"

Raina mengerutkan dahi, lalu ia menoleh ke belakang sekejap lalu kembali melihatku. "OMG! Gimana hati lo gapapa kan? Apa sekarang kita perlu ke rumah sakit?" Raina malah meledek

Aku menyodor dahi Raina sambil memelototinya.

Raina membentuk jarinya menjadi huruf V, yang bermakna 'Damai'

"Awas lo kalau ember, pokoknya yang tau ini cuma gue, lo, sama Allah! Lo bocor, gue berabe!"

Raina terkekeh "Selo aje! Selama gue ga keceplosan ya tapi!"

Aku memelototinya dan Raina cekikikan.

---

Siang ini adalah jadwal ekskul basket dan band, artinya hari ini aku dan Raina ada ekskul. Kami langsung ke tempat ekskul karena kalau pulang dahulu maka akan terlambat, jarak dari pulang sekolah dengan di mulainya ekskul hanya tiga puluh menit saja, tentu tidak cukup, karena rumahku cukup jauh, begitupun dengan Raina.

Aku mengantar Raina dahulu untuk mengganti pakaian, tentu saja dengan pakaian basketnya. Sedangkan aku, aku ekskul tetap memakai seragam sekolah.

Raina keluar dari pintu kamar mandi.

"Ayo, Rain. Takut telat nih!"

"Iya-iya bentar!" Rain merapihkan ikatan rambutnya sambil melihat di kaca wastafel. "Mau gue salamin engga sama Kak Rafi?" ledek Raina

Aku mendengus kesal, "Jangan ngomongin Kak Rafi lagi deh, gue gamau ah! Gue engga suka lagi sama dia, takut keterusan suka berabe!"

"Yakin? Yaudah buat gue aja ya Kak Rafinya?" ledeknya lagi

"Dih, ya jang....an lah!"

Raina mencolek daguku "Tuh kan, udah deh gausah bilang nggak suka kalau lo suka!"

"Raina! Nyebelin!"

Aku meninggalkan Raina. Raina mengejarku.

"Ih, tungguin gue dulu dong!" ujar Raina yang sekarang posisinya kembali sejajar denganku.

Aku melipat tanganku di dada, "Bodo, lo mah nyebelin."

Raina menyubit pipiku, "Ngambek mulu lo nenek-nenek!"

"Ih, Rain. Gue serius, gue enggak mau jadi PHO! Gue takut rasa suka gue ini keterusan jadi rasa...ah pokonya gue enggak mau punya rasa lebih sama Kak Rafi"

Raina memutar bola matanya "Ya, Mon! Gue ngerti kok!"

Aku mengangguk. Aku melirik jam tanganku, "Yaudah, gue ke studio band dulu ya, udah mau mulai nih"

"Ok, gue juga mau ke lapangan. Nanti kalau lo udah selesai latihan ke lapangan ya"

Aku pun pergi.
Ya memang jam latihan Raina lebih lama dariku sehingga setiap pulang ekskul aku yang menunggunya.

---

Aku memasuki studio band, tempat latihanku.

"Hai guys, sorry telat!"

Di dalam sudah ada Rangga si drummer, Aldi si basis, dan Dimas si gitaris. Ya, di band ini memang aku perempuan satu-satunya. Nama band-ku ini 'Dreamband', band-ku ini berdiri baru Sekitar sebulan ini menggantikan kakak senior kelas dua belas yang fokus ke ujian nasional. Ya, jadi sekarang band-ku ini yang akan menjadi andalan sekolah, walaupun sejauh ini Dreamband belum pernah tampil di atas panggung sama sekali.
Selain ada ketiga cowo itu, ada juga Kak Cantika, pelatih band-ku. Dia orang yang cantik sesuai dengan namanya, dia memang tegas tapi baik.
"Kamu telat 2 menit,Mon!" kata Cantika

"Iya, maaf ka."

"Skotjam dua puluh kali!" perintah Cantika

Aku menerima hukuman dengan ikhlas, ya begitulah hukuman dari Kak Cantika, satu menit sama dengan sepuluh skotjam atau push up.

"Udah, kak!" aku telah melaksanakan hukuman.

"Ok, sekarang kita mulai ya! Kita mulai latihan dari lagu Vierratale ya yang bersamamu."

---

Aku telah selesai ekskul, aku pun langsung menuju lapangan basket, terlihat Raina yang sedang mendribble bola dengan lihai. Hebat, baru saja satu bulan sudah selihai itu.

Raina melambaikan tangan ke arahku, aku pun membalas lambaian tangannya.
Aku duduk di bangku kayu panjang depan koridor yang biasa aku duduki.

Aku melihat sosok itu. Rafi. Ya ampun, hatiku seperti berguguran. Entah kenapa, aku melihatnya semakin hari semakin tampan. Kapan jeleknya sih lo kak?

Tunggu! Kak Rafi berjalan ke arahku. Tiba-tiba aja jantungku seperti berhenti berdetak, tanganku dingin, tenggorokanku kering. Oh God! Help me please.

Dia semakin mendekat, dia benar-benar berjalan kearahku. Aku menelan ludah, sepertinya wajahku sekarang lebih pucat dari vampire.

Rafi melihatku hanya sekilas, lalu dia beralih ke tumpukan tas yang berada disampingku. Sial! Ternyata dia bukan menghampiriku tapi mengambil tasnya. Duh, Monikaaaa! Kepedean banget sih lo!

Raina menghampiriku dan menepuk bahuku, "Woy! Nape lo?"

Aku mendengus kesal, "Udah cepet ambil tas lo! Ayo pulang."

"Kenapa sih? Kok badmood gitu?"

"Rain! Lo bisa cepet nggak! Lelet banget!"

Raina menarik tasnya, "Biasa aja kali gausah ngomel-ngomel" Raina memanyunkan bibirnya.

"Bodo!" aku berjalan meninggalkan Raina.

"Monik! Ih nyebelin banget sih, ninggalin mulu." ujar Raina dengan nada tinggi.

CINTA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang