Six

68 13 0
                                    

DUA PULUH TIGA HARI SEBELUMNYA - Portland, Oregon

Liam Payne

"Li, kau tidak terlambat?"

"Aku hanya verifikasi data, Grandpa. Tidak akan lama," Kataku sambil menggosok gigi.

"Baiklah, segera turun Grandma sudah menyiapkan sarapan." Aku mengacungkan jempolku.

Ya, aku sudah sampai di Portland, Amerika Serikat. Untuk tiga tahun kedepan aku akan tinggal bersama Grandpa dan Grandma untuk menyelesaikan kuliahku disini. Aku lumayan berhasil dalam bidang akademik, sehingga aku mendapatkan beasiswa kuliah di Portland. Sebenarnya tidak terlalu menyenangkan aku harus kuliah jauh dari orangtua, bukan, bukan karna aku tidak mau mandiri, tapi aku sangat menyukai Manchester, dan aku mempunyai banyak teman disana.

Lalu mengapa kau repot-repot mengambil beasiswa di Portland, Liam?

Ah, itu karna Dad. Dad ingin aku kuliah disini karna suasananya sangat kondusif, menurut Dad teman-temanku di Wolverhampton hanya menggangguku untuk fokus kuliah. Padahal mereka tidak menggangguku, hanya saja mereka sangat berisik, dan mereka lebih banyak menghabiskan waktu mereka di pub, dan bersama para wanita. Dad khawatir aku bisa terperosok kedalam dunia mereka.

"Morning, Grandma." Aku mencium pipinya.

"Morning, Liam. Take a sit, aku buat bacon, roti panggang, dan sosis panggang."

"Wow.. smells so good." Grandma mengambil bacon dan sosis panggang dan meletakkannya di piringku. "Thank you."

Aku langsung menyuap bacon dan omeletenya. "Ini sangat enak, rasanya tidak jauh dengan yang Mom buat."

"Your Grandma can cook so well, Liam." Kata Grandpa sambil menyuap pancakenya dan membulak-balikkan korannya.

"Thank you, Jo." Grandma tersenyum.

"It makes me falling in love more and more with her everyday." Lalu mereka berpegangan tangan.

"You both so sweet.." Pujiku.

Setelah bersarapan, aku langsung mengambil kunci mobilku dan segera berangkat ke kampus.

****

"Excuse me, Sir. Aku ingin verifikasi data untuk murid pindahan, aku harus pergi kemana?"

"What's your name?"

"Liam, Liam Payne, Sir."

"Oh jadi kau Liam murid pindahan dari Walverhampton yang ramai dibicarakan para gadis, bukan?"

WHAT. Kata-kata security di hadapanku sukses membuat mulutku menganga. "Kau bercanda?"

"Tentu tidak. Para gadis membicarakanmu sepanjang hari, tebakan para gadis itu benar tentang kau." Security itu tersenyum. "Mari aku antar."

Aku masih mencerna kata-kata security barusan sambil mengikuti langkahnya. Seingatku, aku bahkan tidak mengenal satupun mahasiswa yang berkuliah disini. Lalu bagaimana mereka tahu aku? Ah sudahlah, mungkin satpam itu hanya bercanda.

+Broken+

Hello..
finally! setelah 2 minggu bergulat dengan uas, hhholidayyy im coming for yaaa
btw, broken emang aku bikin short story gitu, terus dari D-.. sampai D-day aku bikin 2 sudut pandang tapi setelah itu sudut pandang org ke 3, dan alurnya maju mundur semoga gak kebingungan yaa hoho

wiiii thanks for all votes and comments. luv luv
but, sider please i warn you ok!

hugs,
nabil

Broken | l.pWhere stories live. Discover now