Three

110 14 3
                                    

DUA PULUH ENAM HARI SEBELUMNYA - Wolverhampton, West Midlands, UK

Liam Payne


"Liam? Where are you?"

"Still brushing my teeth!"

"Oh c'mon, kau akan ketinggalan pesawat!"

Aku bisa mendengar suara Dad memanggilku dari bawah sana. Oh bisakah ia sabar sebentar? Aku harus mensikat gigiku, aku harus memastikan gigiku bersih serta nafasku segar pada saat melakukan perjalanan jauh.

"Liam! Oh my God, hurry up!" Sekarang aku mendengar teriakan Mom.

"Wait a sec!" Aku langsung mengambil jaket, tas, dan koperku.

"Kau ini bagaimana sih? 1 jam lagi pesawatmu akan take off, kau mau tertinggal pesawat?" Dad meneguk sisa kopinya. "Ayo berangkat."

"Dadmu tidak suka berangkat mepet, lebih baik dia datang 1 jam lebih awal dan menunggu daripada terlambat 1 menit." Mom merapihkan poloku dan membantuku memasang jaket.

Aku mengingat bagaimana Dad adalah pribadi yang sangat disiplin. Ia tidak bisa melihat anak-anaknya datang terlambat kesekolah atau jika kami ada janji dengan orang lain. Meskipun yang memiliki janji adalah aku, tapi Dad akan memastikan aku datang lebih awal. Terkadang ia rela mengantarkanku bertemu dengan orang tersebut.

"Take care yourself, Liam. Jadilah anak yang baik untuk Grandpa dan Grandma, rawat mereka dengan baik.." Aku mengangguk mengerti. "Jangan lupa, sesekali kau harus memasak menggantikan Grandma, ok? Lalu carilah pekerjaan paruh waktu disela-sela kuliahmu. Dan yang terpenting jangan telat makan dan minum vitamin. Jaga kesehatanmu."

Oke Mom memberikanku wejangannya. "Alright, Mom. Aku akan memberimu kabar setiap hari. I love you so much." Aku memeluk Mom erat.

"I love you too. Bye honey." Mom mencium keningku.

"Bye Mom." Aku mencium pipi dan kening Mom.

******

Broken | l.pWhere stories live. Discover now