Stay 3H2M bersama mereka,membuat tenagaku benar-benar habis.
Mereka yang dimaksud disini adalah teman-teman sekelas kampusku-tentu saja. Tentu keadaan akan jauh lebih berbeda jika jumlah perempuan seimbang dengan laki-laki,maka aku tidak akan mempersalahkan itu.
Tapi faktanya adalah aku harus tinggal bersama 12 orang laki-laki di dalam suatu villa,yang hanya terdiri dari 3 kamar-ralat kami hanya bisa berbagi di dalam 2 kamar karena 1 kamar sudah dibooking oleh Pak James beserta keluarga (salah satu dosen kami yang memang terbilang paling dekat dengan kami-red).
Tak dapat dipungkiri,dalam hati aku pun merasa kesal karena kedua perempuan lainnya tidak ikut dalam perpisahan yang enggak resmi ini, yah mereka berdua dengan teganya meninggalkan aku sendiri.
Lucunya,Pak James juga tidak terlihat khawatir aku bakalan diterkam atau gimana-malahan berkomentar,
"Ah,emangnya elo cewek nay?"
See? Uurgh!
Jadi akhirnya aku yang perempuan sebatang kara dan enggak dianggep cewek ini, harus rela berbagi tempat tidur dengan mereka-laki laki error yang usilnya luar biasa.
Crap crap crap.
Saturday,08.30 WIB.
Tenagaku benar-benar habis tak bersisa,membuat rasanya ingin aku terlelap di dalam mimpi saat ini juga-kalau saja handphoneku tidak hilang dari peradaban barusan.
Sudah menghabiskan waktu selama 15 menit aku mencari-cari,tapi tak membuahkan hasil sama sekali.Tentu saja aku yakin kalau ini pasti kerjaan salah satu dari mereka.
Membuatku makin merasa letih saja.
Aku melangkahkan kaki dengan berat menuju kamar besar,yang terdiri dari 1 tempat tidur berukuran king size dan 2 tempat tidur berukuran single.
Suasana kamar hanya berdasarkan dari cahaya lampu di luar,namun aku bisa melihat Dia yang sedang berbaring di atas tempat tidur kingsize.
Aku menelan ludan,kemudian menghampirinya.
"Did u see my handphone,ren?" Tanyaku bernada malas.
Dia membuka matanya,untuk kesekian kalinya-memandang wajahku yang tepat berada di atasnya.
"Lo harus tanya berapa kali sama gue,nay?" Tanyanya balik dengan bernada geli.
Memang aku sudah menanyakan beribu-ribu kali padanya,dan aku pun meyakini kalau dia memang tidak tahu menahu soal handphoneku ini.
Entah kenapa beberapa hari ini,dia sedang tidak ingin berlaku usil padaku.
Kuhempaskan tubuhku pada kasur dengan cukup keras,tepat disebelah Dia berada. Posisi tubuh kubiarkan tengkurap dengan wajah menghadap bantal.
Aku butuh istirahat sebentar,sebelum mencari handphone sial itu lagi.
Tanpa di duga-duga, dia membagikan selimutnya dan menutupi setengah tubuhku seolah-olah ia memahami aku yang tidak terlalu kuat dengan cuaca dingin.
"Oh,jadi gini toh lo kalau lagi ngambek,nay?"
Dengan mata tetap terpejam,aku meladeni ucapannya.
"Gue capek,ren.Kepala gue sakit,tenaga gue abis. Gila yee jadi cewek sendiri sama lo lo pada itu rasanya gimana.."
Rentetan keluhan keluar dari mulutku.
Dia merespon segala keluhanku dengan memiringkan tubuhnya dan menghadapku, tangan kanannya menekan-nekan punggungku. Dia memijatku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable
RomanceKadangkala, jodoh selalu mempertemukan kita di situasi tak terduga. Meski dia adalah tipe yang amat berbeda dan yakin bahwa mencoba pun tidak ada gunanya. Keras kepala. Berusaha sekuat hati menyangkal perasaan yang ada. Akhirnya kalah telak untuk ka...