Yah,aku dan Reno sama-sama pekerja Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk berkarir di luar negeri.
Tidak hanya kami berdua lebih tepatnya,anak-anak yang lain juga berada disini-yah kita semua memang sudah merencanakannya dari bangku kuliah. Pokoknya setelah wisuda,kita semua harus bekerja di suatu negeri yang sama tapi di luar sana. Dan anehnya itu benar-benar terjadi.
Walaupun kita semua melamar di dalam perusahaan yang berbeda,namun di dalam kurun 1 1/5 tahun-kami sudah bisa berkumpul bersama lagi.
Di tempat yang baru.
Dan,beberapa waktu yang lalu,aku mengalami kejadian yang rada....….yah begitulah dengan Reno.
Intinya sih..
KENAPAA GUE CIUM BIBIR RENO DULUAN???!???
Argh,parahnya. Aku bisa mengingat jelas kejadian itu dan aku pun menyadari aku jelas masih SADAR dan enggak mabuk mabuk amat.
Astagaaaaa, kenapaaaaa nayaa kenapaaaaaa?!??
“Kenapa kau tidak menjalin hubungan saja sih dengan dia?” Tanya Alison yang sedang memusatkan dirinya pada segala tugas kerjaan di laptop miliknya.
Aku menggumamkan kata-kata dengan tak jelas,membuat Alison menghadapkan pandangannya ke arahku.
“Naya..kalian saling menyukai. Aku yakin itu. “ Ungkap Alison polos.
Aku mendecak tak percaya.
“Kau bertindak seakan-akan kau seorang cenayang-…..” Aku mendorong kursi kantorku yang mempunyai roda pada keempat kakinya,bergerak mendekati arah dimana kubikel Allison berada-yah tepat berada di kubikel sepetak milikku. “-..Dia seorang playboy,Allison. Dia lelaki yang paling freak yang pernah kutemui. Isi dari kontak teleponnya kebanyakan adalah wanita dan dia bertindak sesuka hati-tidak,aku tidak pernah mengerti dirinya. Dia aneh.”
Alison menatapku geli.
“Maaf kalau aku mengatakan ini,tapi kau sendiri juga aneh.”
Aku mengamuk dan mencengkeram rambut sebahu blonde milik Allison dan berpura-pura untuk memakannya.
“Kalau kau mengatakan sekali lagi hal itu,Allison- aku akan memakan rambut indahmu yang tampak seperti cotton candy ini.”
Allison yang tampak seperti gadis vintage tahun 80an itu merengut.
Gadis ini sungguh cantik,sekilas ia tampak seperti Marilyn Monroe. Hanya saja,kacamata bertengger pada hidungnya.
“Temuilah Reno.Dan jujurlah pada perasaanmu. Perusahaan tempat dia bekerja hanya berselang 15 menit dari tempat kita menginjakkan kaki.” Allison berkata dengan sungguh-sungguh.
Tapi,aku belum siap..
Pada akhirnya dengan anggukan pelan,aku menguatkan tekadku untuk menemuinya sehabis pulang kerja.
*****
Dengan agak kikuk aku memasuki gedung perusahaan tempat Reno bekerja. Aku tidak memberitahu kedatanganku sama sekali,karena sebenarnya aku tidak menyetujui gagasan ini.
Jadi aku pun memainkan sebuah games pada diriku sendiri yaitu, akankah aku bertemu dengannya.
Kalau aku tidak akan berpapasan dengan Reno,berarti aku tidak akan berkata jujur dengan apa yang kurasakan.
Tapi,kalau takdir mempertemukan aku dengan Dia-well…..-pokoknya aku harus menguatkan batinku mulai dari sekarang.
Aku merebahkan diriku pada sofa berbahan kulit yang berada pada lobby gedung tersebut.
Terlihat banyak orang lalu lalang,dan tampak sebagian pula sedang duduk di sofa yang telah disediakan membicarakan bisnis secara terbuka.
Dengan gugup kuketuk-ketukkan jari telunjukku pada handphone yang tengah kugenggam,mataku dengan liar mencari-cari sosok familiar yang tiap hari kurindukan,tapi kusangkalnya berkali kali juga.
Ah,Aku melihat sosoknya!
Dia berbalut kemeja biru laut dengan kancing atas sudah terbuka dan dasi pun sudah dilonggarkan sehingga tampak lebih santai.
Seakan akan mengalami sesak nafas,kuhembuskan nafas berkali kali dengan panjang.
Oke,berarti aku akan jujur kepadanya nanti..
Baru aku hendak berdiri dan menghampiri Reno,namun kudapati Reno tidak sendiri.
Dia bersama perempuan berwajah oriental dengan kulit kuning langsat.
Perempuan itu bergelayut mesra pada lengan reno,sampai membuatku refleks membuang pandanganku jauh jauh.
Harusnya aku sudah mengira..
Kalau ternyata ciuman saat itu..memang hanya ciuman sebatas perempuan dan laki-laki yang kelewat batas. Tapi jelas hanya itu..tidak ada arti lebih.
Aku terlalu banyak berharap.. yah memang salahku sendiri berharap pada seorang playboy kakap seperti Reno.
Tubuhku merosot lemas pada sofa yang ku duduki, entah kenapa aku merasa sangat bodoh..
Sampai kapanpun..aku tidak akan pernah mengerti dirinya,Allison.
****
( Menyukai seorang playboy emang paling paling dan paling dah.. thankyu for reading! -)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable
RomanceKadangkala, jodoh selalu mempertemukan kita di situasi tak terduga. Meski dia adalah tipe yang amat berbeda dan yakin bahwa mencoba pun tidak ada gunanya. Keras kepala. Berusaha sekuat hati menyangkal perasaan yang ada. Akhirnya kalah telak untuk ka...