Chapter 12 - Memeluk Angkasa

898 46 6
                                    

Haloooo...

Sebelumnya mau trima kasih dulu buat yg udah baca, baik itu yg meninggalkan jejak ataupun ga. Tau ada yg baca aja Tara udh seneng bgt. Aplg ada yg ninggalin jejak..

Terus makasih buat yg selalu vote dari chap awal @ran_22 @rahayuyahya @paddlepopchoc @irmafriana jg @Daniellawowor

Dan buat yg pernah komen... untukmu @rahayuyahya yg ngakunya lebih disetiain sm Angkasa, dan jd alasan knp Angkasa smpet nolak Libra mhehe

Jg untukmu @paddlepopchoc yg udh tebak2 berhadiah alur ceritaku bakal ky gimana, dan sayangnya itu bener, hueee T.T aku harus banyak belajar lg mngenai hal ini..

Makasih makasih. Thank u all #bow

aku brencana mau kasih dedikasi, tp msh ga tau caranya gegara tampilan wattpad ganti melulu. Jadi maklum aja kalo cm skedar sebut nama dsini ya...

Yaudah, happy reading aja...

***

Aku menahan napasku saat akhirnya mataku kembali bersibobrok dengan netra cokelat terang miliknya yang kusukai.

Ternyata dia benar-benar nyata berada disana, membuatku pada akhirnya bisa menatap wajah itu lagi. Wajah yang sama seperti bertahun-tahun lalu. Wajah yang pemiliknya kurindukan setengah mati.

Lihatlah, dia benar-benar berengsek, bukan? Muncul dan menghilang seenak perutnya sendiri. Sama sekali tak memedulikan perasaanku yang hancurlebur karena perbuatannya.

Kurasakan sebuah elusan lembut di surai hitam kelam milikku. Dia menyentuhku sebanyak yang dia mau. Dan aku hanya berdiri diam. Bergeming seraya menatapnya lekat. Mengabaikan musik yang mungkin telah berganti, mengabaikan tatapan keheranan dari orang-orang di sekeliling kami. Tapi apa peduliku. Aku lebih peduli pada masalah yang belum terselesaikan dengan bocah tengik ini.

"Apa kabar, My Baby Lili?" Dia menyapaku dengan suara rendah. Ada senyum jenaka yang terbentuk di bibirnya.

Aku tersentak ketika panggilan 'kesayangan' itu ia layangkan padaku. Seketika aku tersadar dengan apa yang sudah kulakukan.

Rasa marah itu secara perlahan naik ke permukaan dan kembali menguasai diriku.  Bak lava yang dipendam di dasar bumi yang menunggu untuk disemburkan, seperti itulah amarah yang sudah kupendam dan mengendap sedari dulu, menunggu untuk bertemu dengan objeknya.

Aku menatapnya dengan tajam, menatap sosoknya yang terlihat baik-baik saja. Tidak sepertiku yang menjalani kehidupan dengan tertarih-tatih dan hati terluka karenanya.

Kurasakan air mata mulai menggenang disela-sela kantung mataku, mengaburkan pandanganku akan dirinya. 

"Libra..."

Dia menyebut namaku dengan pelan dan dalam sekali. Tetapi aku hanya memberinya tatapan tajamku sekali lagi sebelum akhirnya ku lepas rengkuhannya lalu berlari pergi meninggalkan dirinya.

***

"Libra!"

Aku mengabaikan dirinya yang mengikutiku seraya meneriakkan namaku berkali-kali. Tetapi mungkin karena pada dasarnya tenaga wanita tak lebih besar dari kaum pria, pada akhirnya dia berhasil mencekal pergelangan tanganku.

"Libra, aku mohon dengerin penjelasan aku...,"

Aku berdecih sambil melepaskan cekalannya dengan paksa.

"Dengerin apa? Penjelasan yang mana?" Aku berkata dengan nada lemah padanya. "Penjelasan kenapa lo ninggalin gue gitu aja? Iya?"

"Libra--"

"Mau lo tuh sebenernya apa sih, Kak? Setelah lo nolak perasaan gue dan lo ninggalin gue gitu aja. Terus tiba-tiba lo posting foto di instagram, suruh gue buat nunggu elo. Dan sekarang, surprise... tanpa rasa bersalah lo tiba-tiba muncul di hadapan gue. Lo emang gak peduli sama sekali ya sama perasaan gue, Kak."

PACAR SEWAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang