Lesson 1 : Class of Troubles

474 27 0
                                    

Hai, namaku Xi Lu Han. Aku kelas 2 SMA Internasional Beijing. Kelasku adalah kelas 2-1 dan aku adalah ketua kelasnya.

Bisakah kalian membayangkan seperti apa rasanya menjadi seorang 'pemimpin' di kelas kalian? Sebagian dari kalian pasti akan berpikir hal itu menyenangkan. Ya, itu memang menyenangkan jika teman-teman satu kelas kalian memiliki karakter yang sama : patuh, rapi, disiplin, dan tenang. Sayangnya hal seperti itu tidak terjadi di kelasku.

Jika kalian masuk ke dalam kelasku, kusarankan dulu supaya kalian berdoa supaya tidak sakit jiwa atau tidak memiliki masalah pendengaran dengan telinga kalian. Karena hanya satu hal yang bisa kukatakan pada kalian, kelasku sangat BERISIK dan KACAU.

Aku sendiri sebenarnya tidak tahan dengan perilaku teman-teman di kelasku ini. Tapi wali kelasku, Li Jung Feng, memberikan sebuah 'kehormatan' besar kepadaku untuk mengurus dan memimpin kelasku ini beserta 'makhluk-makhluk' yang ada di dalamnya.

Saat jam pelajaran sajalah aku bisa menemukan kedamaian di kelas ini. Tapi begitu waktu istirahat, kelasku mungkin sudah hampir sama ramainya seperti pasar di Shanghai. Mainan pesawat kertas berterbangan di setiap sudut kelas (oke, ini kekanakan tapi itulah faktanya), meja dan kursi berantakan, papan tulis penuh dengan coretan asal-asalan, dan hal-hal kacau lainnya.

"Hei, kalian jangan egois gitu dong! Lihat Lu Han, wajahnya terlihat murung sekali," kata salah seorang teman sekelasku Meng Jing Teng. Murid nakal yang prestasinya bahkan tidak pernah mencapai nilai 7.

Semua teman sekelasku memperhatikan wajahku. Seketika wajahku pun langsung memerah karena tiba-tiba mereka jadi melihat ke arahku.

"Lu Han, maafkan kami ya," kata Meng Jing Teng seraya menghampiriku dan mengulurkan tangannya ke arahku.

Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba minta maaf? Apakah mereka sudah menyadari kekacauan yang telah mereka perbuat selama ini? Aku yang masih kebingungan hanya balas menjabat tangan Meng Jing Teng.

"Maaf ya Lu Han," kata Meng Jing Teng. PLOKK. "kami melakukan ini karena kami peduli padamu. Hahaha! Sekarang perang terigu! Siapa yang mau terigu?!" serunya sambil berlari mengejar teman-teman yang lain setelah menemplokkan seplastik terigu ke atas kepalaku.

Bagus, sekarang aku pasti sangat kotor. Bagaimana aku pulang nanti? Orang-orang pasti mengira aku adalah orang yang sedang berulang tahun yang habis dikerjai oleh teman-temannya. Atau kemungkinan yang terburuk adalah aku pasti dikira anak yang habis ditindas!

Kelasku ini sangat beruntung karena di jam pelajaran terakhir yang seharusnya Fisika ini, gurunya tidak masuk. Jadi silakanlah kalian nikmati saat-saat berharga seperti ini sebelum kalian menyesalinya. Sebenarnya aku tidak yakin kalau guru Fisika yang mengajari kami tidak masuk karena kebetulan. Karena tidaklah aneh jika ada guru yang tidak masuk mengajar di kelas kami.

Apakah kalian masih menanyakan alasannya? Tentu saja karena perangai teman-teman di kelasku ini yang sudah kelewat bandel. Jelaslah banyak guru-guru yang tidak tahan berlama-lama mengajar di kelas kami dan juga banyak yang absen mengajar.

Kupikir, satu-satunya alasan para guru masih ada yang mau mengajar di kelas kami adalah karena ada dua orang murid paling berprestasi di sekolah ini, yaitu aku (maaf pamer) dan seorang siswi di kelasku. Yah, aku memang sih sering menjuarai beberapa olimpiade nasional dan tidak sedikit juga yang internasional, hahaha. Tapi menurutku memang itulah alasan mengapa guru-guru di sekolah ini rela mengorbankan tenaga mereka hanya untuk mengajariku yang rajin dan teman-temanku yang bandel ini.

PLUKK!

Haah, sepertinya hari ini memang hari keburuntunganku. Coba tebak, aku dapat dua plastik terigu sekaligus dalam sehari! Hebat, kan?

Love and Bestfriends (Super Class Leader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang