Worst Becomes Best

638 30 5
                                    

Sebuah pengalaman masa kecil dari junpino

------

Bisa dikatakan masa terindah saat kecilku juga masa terburuk dihidupku.

Kenapa?

Oke, kembali ke masa dimana aku masih seorang bocah berumur 11 tahun (kira-kira).

***

Masih kuingat jelas, waktu itu aku hanyalah anak kutu buku. Seorang anak yang pendek, giginya agak maju, memakai kacamata dan selalu menunduk ketika berjalan maupun bertemu orang. Masa iitu, aku adalah bahan bully-an. Sejak kelas 4 atau 5 SD aku selalu jadi bahan bully-an jadi jangan kaget.

"Jijik gua sama dia, pulang gua mesti mandi kembang 7 rupa deh. Amit-amit bola ini bekas di pegang dia. Iyuh."komentar seorang anak perempuan yang rambutnya panjang dan wajahnya cantik.

Dan .. harus kuberitahu dia sedang berkomentar tentang aku.

Aku tersenyum perih. Dalam hati aku menangis keras, dan berteriak ingin pindah sekolah dari sini.

"Jangan deket-deket dia tahu, jijik."komentar anak perempuan yang lain sambil menunjuk kearahku.

Kadang kala, bukan hanya perkataan kasar yang mereka lontarkan padaku. Kadang aku menerima perlakuan lain salah satunya dilempari bola basket secara sengaja sampai hidungku berdarah.

Lucu sekali. Ini sekolah umum tapi tingkah mereka seperti pemilik sekolah ini. Yah, aku tahu aku jelek, aku tahu aku gak bisa bergaul, aku tahu aku ini sedikit -- atau mungkin agak?-menjijikan. Aku menangis dalam hati sedikit iri dengan wajah mereka yang cantik, putih dan giginya tidak maju. Mereka juga kaya. Gaya berpakaian mereka elegan, memakai handphone blackberry( yang terkenal zaman itu). Aku meringis sakit, perih namun aku bungkam.

Yang dapat kulakukan adalah menunduk dan menghibur diri.

Aku ingat, kala itu ada satu orang yang selalu menghiburku, memelukku dan menyemangatiku. Selalu membelaku di sekolah ketika anak-anak lain membullyku. Selalu berdoa dan mengatakan aku cantik. Dia malaikat dan bidadari di hidupku. Dia IBUKU.

Kala itu, ibuku-biasanya kupanggil mama - berbicara menyemangatiku.

"Jangan pikirin mereka, kamu harus bersyukur kamu masih punya otak yang pintar. Rajin belajar, dan buktiin ke mereka kalau kamu yang selalu dibully bisa menjadi orang sukses. Ujian udah dekat, jangan turunkan prestasi kamu disekolah. Mungkin mereka cuma iri karena kamu bisa raih ranking selama ini."

Yah, mungkin..

Bukannya aku sombong atau ingin pamer. Tapi hanya inilah satu-satunya yang bisa kubanggakan dari masa SD-ku. Aku (sangat amat bersyukur) hampir selalu mendapat ranking satu walau kadang aku diposisi ranking dua atau tiga.

Mulai dari sanalah, aku menutup mata dan telinga atas pembullyan. Bertekad sepenuh hati akan menunjukkan pada mereka yang selalu membullyku. Bertekad sepenuh hati, akan membanggakan mamaku. Bertekad sepenuh hati akan membela mamaku yang selama ini anaknya dibilang tidak mirip dia--well,wajah mamaku itu cantik banget loh. Dan mama juga sering maju ketika melihat bekas pembullyanku. Hem, pernah satu kali aku ditampar satu cowok. Bukannya aku bangga. Aku sedih dan malu. Perih namun bersikap biasa. Dan ketika pulang, aku berkata seakan itu berita dari televisi. Esoknya, mama mendatangi anak cowok itu. Membelaku.

And the game started.

***

Ujian Nasional kian hari kian dekat.

STOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang