Melody Season

2.1K 140 5
                                    

H-25...

Sudah tiga hari lama nya semenjak kejadian perestuan lelaki yang amat aku cintai, Faris bersama adik ku Naomi. Rela? Tentu tidak. Hati ini sakit dan memberontak meminta dirinya kembali kepada diriku.

Bertahun-tahun aku bersama nya, merajut cinta dan kasih bahkan kalau saja naluri bawah sadar ku tak menghentikannya mungkin saat ini didalam perut ku sudah ada janin tak berdosa akibat perbuatan ku dengan Faris.

Tetapi kejadian dua tahun lalu saat aku melihat dengan mata kepala sadar ku bahwa Faris dengan tega nya berselingkuh dengan adik cantikku, Naomi. Sungguh aku tak mampu berkata maupun bertindak hanya tangis dan sesak yang ku rasakan.

Aku melihatnya, kala itu di sebuah ruang VIP bar milik Faris. Dengan mesra nya Faris mencium Naomi dihapadan ku. Ingin sekali aku memukul, memaki dan meluapkan segala sesak yang ada didalam diriku namun aku tak sanggup. Bahkan hanya untuk mengucap pun aku tak mampu yang terjadi hanya aku membanting pintu ruangan itu dan berlari keluar bar.

Faris mengejarku hingga sampai diparkiran mobil.

"Mel tunggu mel..aku bisa jelasin ini semua. Ini ga seperti yang kamu lihat Mel"

Aku mengacuhkan nya dan terus berjalan menuju mobil ku sampai akhirnya Faris mendapati tangan ku dan menggenggam nya, membawa aku kedalam dekapan nya. Aku menangis, terisak. Sakit sekali rasanya.

"Mel, sayang aku bisa jelasin semuanya Mel. Dengerin aku dulu"

Aku meronta dalam pelukan Faris. Memukuli nya sebisa dan semampu sisa tenaga yang aku miliki. Demi Tuhan, mulai detik ini aku membenci lelaki yang memeluku dengan paksa ini.

"cukup, Faris. Lepasin aku. Aku benci sama kamu"

Aku bisa terlepas dari pelukan Faris namun tangan Faris masih terus menggenggam tangan ku. Aku berusaha melepaskannya namun tak bisa.

"Mel, aku bisa jelasin semua. Aku sama Naomi ga ada hubungan apapun, Mel."

Plak...

Aku menampar Faris. Ya, aku menampar nya dengan tangan ku. Tapi aku rasa tamparan itu tak sebanding dengan pengkhianatan diri nya kepadaku. Aku pergi, memasuki mobil ku dan meninggalkan Faris yang masih berdiri mematung sambil memegangi pipi nya yang tadi aku tampar.

Di dalam mobil aku menangis terisak sambil menyetir. Aku tau ini bahaya tapi ego ku mengalahkan semuanya. Aku membelokan mobil ku menuju sebuah taman, Taman Menteng.

Taman ini ramai seperti biasanya dan ditaman ini pula aku bertemu dengan Faris kala itu. Aku memarkirkan mobil ku ke lantai paling atas. Pikiran ku kacau dan tak terkendali. Bersembunyi dan menyendiri seperti ini lah cara paling baik yang bisa aku lakukan.

Aku keluar dari mobil setelah sampai pada lantai paling atas. Duduk diatas kap mobil dan terlentang memandang langit. Air mata ku tak mampu lagi untuk keluar bahkan sesak didada ku tak tau sampai sesesak apa, sakit. Aku memegangi dadaku yang sesak dan sedetik kemudian aku bangkit dari berbaring dan memandang sosok yang ada dihadapan ku.

"Kamu siapa?" tanya ku dengan hati-hati.

Seseorang itu membawa papan skateboard , memakai t-shirt hitam dibalut kemeja flanel. Ia berambut pendek rapih model jaman anak sekarang.

"lo yang siapa, seenak nya markir mobil di lahan mainan gue"

Aku berdiri dan merapihkan baju ku. "maaf, aku ga tau kalau ada yang main skateboard malam-malam begini dengan minim cahaya"

"lo..Melody ya?" tanya nya sambil menunjuk wajahku dengan jari telunjuk nya.

Aku mengangguk. "iya, ko kamu tau aku? Kamu siapa?"

Dia berbalik dan mulai memainkan skateboard nya. Aku menatap nya bingung, bagaimana bisa bermain skateboard tanpa penerangan lampu?

"hei, ini gelap bagaimana bisa kamu main ditempat gelap"

Ia berhenti dan berjalan kedekat ku sambil membawa papan skateboard nya. "bawel banget sih?"

Aku tersentak kaget. "eh..em.."

"yang main gue bukan lo, tau?" ucap nya ketus dan berjalan menuruni tangga kebawah.

"eh mau kemana? Tunggu!"

Aku mengejar nya sampai pada dilapangan basket. Ramai, itulah suasana lapangan basket di taman menteng saat itu.

"woi By, siapa tuh?" ucap seorang laki-laki berbadan kurus tinggi kepada orang misterius diatas tadi.

"ga tau, cewek galak yang bawel" ucap orang misterius itu yang mungkin bernama Roby

"Biondy, sejak kapan lo punya penguntit gini sih haahaha" ucap seseorang lainnya, perempuan.

Ah jadi namanya Biondy, aku pikir Roby atau Ruby atau siapalah. Nama yang bagus.

Aku menatap keseliling lapangan takut kalau nanti aku akan di bully akhirnya aku berjalan mundur perlahan.

"mau kemana Melody Laksani?" ucap Biondy tanpa melihat diriku.

Aku tergagap dan berhenti seketika. Memandang keseliling ku dan semua orang yang tadi tertawa melihat ku kini terpaku dan terdiam. Bahkan beberapa memasang wajah terkejut entah karna apa.

"Sh*t!! Ini Melody Laksani? Si pengusaha batu bara itu? Anjrit lo ketemu dimana By?" ucap seorang laki-laki kepada Biondy.

"nemu, diatas. Dia ganggu lahan bermain gue" ucapnya santai sambil mengacuhkan pandangan terkejut ku atas ucapannya. "Dia lagi galau, kasih dia hiburan gih guys"

Hei, apa-apaan dia? Dari mana dia tau aku sedang galau? Bukan, maksud ku apa dia menyadari kalau aku sedang sedih?

Biondy mengacuhkan ku dan kembali bermain dengan skateboard nya. Sementara aku masih berdiri ditempat semula dan berusaha untuk pergi dari tempat ini sekarang juga.

Satu persatu dari teman Biondy mengajak ku berkenalan, namun tidak dengan Biondy, ia masih asik dengan papan skateboard nya. Aku berusaha tersenyum dan beramah tamah dengan orang-orang baru ini. Aku tak tau harus bicara apa sementara orang yang membawa diriku mengikutinya sampai disini malah mengacuhkan diriku.

"aku harus pulang" ucapku sambil berdiri. "terima kasih atas obrolan ringannya, permisi"

"Hati-hati, Mel. Kapan-kapan main kesini lagi ya" ucap Mario cowok berbadan tinggi dan kurus.

Aku hanya membalasnya dengan acungan ibu jari ku dan berjalan kembali menuju mobil ku. Biondy? Dia sama sekali tak bicara lagi kepadaku.

Aku mencoba melupakannya sampai detik ini. Sekarang sampai aku mengubur kenangan indah ku bersama Faris malam ini dan mencoba melupakan pertemuan tak sengaja ku dengan Biondy.

Begitu kisah ku, kisah dua tahun lalu yang menyakitkan dan masih menorehkan luka pada hati terdalam ku. Faris, aku tak menampik bahwa aku merindukan nya namun membenci nya. Aku sadar diri bahwa aku tak boleh bersikap seperti ini terus sampai akhirnya restu itu kuberikan untuk adik tercinta ku, Naomi.

Naomi, ia juga harus menanggung rasa sakit ku dengan aku memaksanya menjadi Model. Itu hanya untuk menutupi kisah tragis yang aku alami sebagai salah satu balas dendam ku kepada dirinya. Jahat memang, tapi aku menginginkan pembalasan untuk Naomi dengan memaksa nya menjadi Model. Aku tau benar bahwa Naomi sangat benci dengan dunia Modeling karna bagi nya dunia itu harus memakasanya untuk tidak go public mengenai hubungannya dengan Faris. Adil bukan? Aku yang tersakiti dan Naomi yang tersiksa karna kepalsuan status hubungannya dengan Faris demi menjaga reputasi karir nya.

Mengenai Biondy, aku sudah tidak pernah lagi berjumpa dengannya semenjak dua tahun lalu. Seperti apa penampilan dia sekarang? Apa masih setia dengan papan skateboard kesayangan nya itu? Yang pasti, untuk pertama kali berjumpa dengan Biondy dia orang yang menyebalkan dan serba tau.

Beauty and LuckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang