bab satu

9.1K 235 21
                                    

Willi berjalan menyusuri lorong sekolah. Hari Senin pertengahan Juli. Suasana sekolah baru masih lekat terasa di hatinya. Setelah liburan 4 minggu, tubuhnya masih belum bisa beradaptasi dengan rutinitas pagi. Ia berjalan kebingungan mencari kelas 1-4. Ia berharap banyak teman- temannya yang ikut pindah ke sekolah ini, untuk membantunya beradaptasi. Tak lama mencari ia akhirnya menemukan ruang kelas itu. Ia pun melangkah masuk agak ragu- ragu. Matanya berusaha mencari siapapun yang ia kenal.

"Halo Indra, Fiona, kalian sekelas juga... Asik..."

Willy sumringah melihat mereka berdua, seolah menjadi mentari paginya. Willy berjalan agak berlari menghampiri mereka sambil menenteng 3 tas plastik berisikan berbagai macam barang- barang yang dicari selama 3 hari terakhir, berkat acara ospek. Memakai pakaian serba putih dengan celana panjang meminjam saudara sepupunya yang ketat, membuat postur kaki Willy terlihat padat dan tidak nyaman.

"Will, gak salah celana lu? Ketat amir sexy loh kali lu..." Indra setengah tertawa dengan celana Willy yang terlalu ketat itu.

"Iyah... Minjem juga. Kan kalian tahu gua gak demen celana putih. Fifi.. Ketemu juga akhirnya... Di kelas ini pula."

"Iyah... Sekelas ama kalian adalah hadiah buat gua..." Fifi menjawab sumringah.

"Eh... Udah siap bawaan kalian?" tanya Willy.

"Udah lah... Mau cari mati kali kalo gak komplit." jawab Indra.

Tak lama kemudian terdengar bel sekolah berbunyi. Semua murid kelas 1 segera berkumpul di lapangan. Dimulailah petualangan selama 5 hari ospek yang melelahkan mereka. Setiap hari hingga malam mereka di buru mencari berbagai macam barang yang aneh. Karena seringnya mencari barang- barang dengan Indra dan Fiona, maka mereka pun tambah dekat satu sama lain.

Senin berikutnya, mereka sudah mulai pelajaran. Willy dan Indra sudah mengantisipasi menempati bangku paling belakang, dengan Fiona duduk di bangku sampingnya.

"Sori, bangku ini masih lorong?" tanya satu siswi dengan ramah ke arah Fiona.

"Masih kok, mau duduk di sini? Yuk duduk. Aku Fiona."

"Aku Fabiola. Hai guys." rasanya kepada Willy dan Indra.

"Halo Fabiola, aku Indra." Indra agak tersipu malu bersalaman.

"Hai, aku William, tapi lebih di panggil Willy aja." Bel sekolah berbunyi, semua murid pun menempati tempat duduknya. Mereka melihat seorang guru pria memasuki ruang kelas.

"Selamat pagi anak- anak. Nama saya pak Danang, bapak akan menjadi wali jelas kalian. Bapak mengajar mata pelajaran bahasa Inggris. Bapak ingin kalian memperkenalkan diri. Mulai dari kamu." sambil menunjuk seorang murid yang duduk di pokok depan.

Willy tidak terlalu memperhatikan satu persatu teman- temannya, hingga ia memperhatikan satu murid lelaki, berpostur cukup tinggi dan berotot namun tidak terlalu berlebihan, kulit kuning langsat, paras tampan dengan rambut ikal sedang, berjalan tenang. Semua mata murid perempuan tertuju padanya, mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini.

"Nama Saya Narendra Pradiharjo, saya hobby olah raga, renang ama ngegym dikit2. Aku ... (dengan melempar senyum menawannya) ... masih jomblo."

Terdengar siulan dan teriakan- teriakan: 'MAU DOOONG' dari rasa siswi.

"SSST... Udah udah... Tenang yah, nanti soal asmara tunggu lulus kuliah dulu." jawab pak Danang.

Giliran Willy maju setelah beberapa siswa dan siswi maju memperkenalkan diri.

"Pagi, saya William Putra Pratama, dipanggil Willy aja. Saya hobby fotografi, desain grafis, ama suka lompat- lompat gitu deh..." Ada terdengar tawa tertahan, sementara pak Danang bertanya,

2 Sisi Koin 2 Sisi Cinta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang