Niall P.O.V
Cahaya matahari menembur kaca jendela kamarku yang mau tidak mau memaksaku untuk segera bangun. Sebenarnya Hari Minggu adalah hari malas-malasan bagiku. Tapi tuntutan profesi memaksaku untuk tetap professional. Tapi kali ini aku benar-benar tidak ingin pergi kekantor.
Aku pun meraih iPhoneku dimeja untuk menelfon Elisa , sekerttarisku.
OTP
Niall : hallo El ?
Elisa : iya pak ada apa ?
Niall : saya izin hari ini untuk tidak masuk kerja. Saya sedang sakit.
Elisa : baik pak. Lalu bagaimana jika ada Client yang ingin bertemu bapak ?
Niall : bilang saja saya lagi keluar kota.
Elisa : oh baik pak kalau begitu.
**
Sekitar pukul 11 siang , aku pergi ke Sungai Thames , barangkali ini hari keberuntunganku bisa bertemu Jessie disana.
At Thames
Aku berjalan perlahan menyusuri pinggiran Sungai , tepat ditempat aku dan Jessie dulu , berdiri seorang perempuan yang sedang menerima telfon mengenakan jaket bulu , kaca mata , jeans dan sepatu high heels hitam. Awalnya aku ingin ke tempat itu , tapi yasudahlah. Aku berdiri agak jauh darinya. Kemudian aku membentangkan kedua tangan dan menutup mataku.
Karena disini sepi aku pun berteriak. “JESSIE CHRISTIAN WILLIAM AKU MERINDUKANMU”
Tiba-tiba seorang perempuan menepuk pundakku dari belakang dan berkata, “permisi , apa anda memanggil saya ?”
Sontak aku membalikkan badanku. “ah maa…” , ucapanku terpotong karena yang menepuk pundakku ini adalah Jessie.
“Jessie ?”
“Niall ?” , timpalnya seraya memelukku dan aku pun membalas peluknya erat.
Aku memeluknya dengan rasa rindu yang amat dalam. Ini sungguh kejutan terbesar dalam hidupku.
***
Jessie P.O.V
Aku sampai di London pukul 10.00 , kemudian aku langsung check in dihotel untuk menaruh barang-barangku. Sekitar pukul 11.00 aku pergi ke Thames berharap berteemu Niall disana.
Di sana aku berdiri tepat dimana Niall menyatakan perasaannya padaku dibawah guyuran hujan. Aku langsung menelfon Mama dan Paman untuk menyampaikan bahwa aku sudah berada di London. Tapi saat aku menelfon Mama , aku terkejut dengan orang yang aku rasa dia meneriaki namaku.
“JESSIE CHRISTIAN WILLIAM AKU MERINDUKANMU” , teriak lelaki yang letaknya tidak jauh dariku sedang menutup mata dan membentangkan kedua tangannya.
Aku langsung mematikan telefon dan menghampiri lelaki tersebut sembari melepas kacamataku. Aku berdiri tepat dibelakangnya lalu menepuk pundaknya.
“permisi , apakah anda memanggil saya ?” , ujarku.
Kemudian lelaki itu membalikkan badannya seraya berkata “eh maa..”
“Niall ?” , aku memotong ucapannya.
“Jessie ?”, dia langsung memelukku erat.
“bagaimana kabarmu ? aku sangat merindukanmu Jess.”
“aku baik Yell. Aku juga sangat merindukanmu” , aku jingkrak-jingkrak dalam peluknya masih tidak bisa menyembunyikan rasa gembiraku.
“tunggu , kenapa kau tak menghubungiku lagi setelah kau pindah ke New York ?” , dia melepas pelukan dan memegang kedua lenganku.
“maaf Yell , sebenarnya ini juga berat bagiku. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, Mama bilang kami tidak akan kembali lagi ke London dan menetap di New York. Setelah aku fikir , aku lebih baik pergi dari hidupmu dan membiarkanmu mencari yang lain”, aku menundukkan kepalaku.
“hey. Apa kau tidak mengingat kata-kataku saat kita berpisah di Bandara ? aku akan selalu mencintaimu dan hingga saat ini pun aku masih mencintaimu Jess.” , timpal Niall.
“maafkan aku , aku juga mencintaimu Niall.” , aku kembali memeluknya.
“sudah sudah yang terpenting kita sudah dipertemukan kembali oleh Tuhan.” , dia mengusap-usap punggungku.
“eh ngomong-ngomong kamu tambah cantik deh” , goda Niall melepas pelukku kemudian memperhatikanku mulai ujung kaki hingga kepala.
“haha ini tuntutan profesi Yell. Kalo bukan karena ini ya aku masih seperti dulu” , ujarku sembari membenahi rambutku yang sedikit berantakan.
“profesi ?”
“Direktur. Sejak kepergian Papa , akulah yang melanjutkan Perusahaannya.”
Lalu ? kenapa kamu bisa berada disini sedangkann kamu seorang Direktur disana ?”
“rencananya aku kesini untuk mengontrol keadaan perusahaan Papa yang di sini yang sekarang dipegang kendali sama Paman.”
“wah nampaknya kita bisa menjadi Partner Jess” , Niall menjulurkan tangannya untuk mengajakku bersalaman.
“maksut kamu ? “, tanyaku sembari meraih tangannya.
“yep. Setelah One Direction Vacum , aku membantu mengurusi Perusahaan Papa.” , Niall melepas tangannya.
“Vacum ? lalu yang lain bagaimana ?”
“haha tidak usah bertanya. Ayo ikut aku.” , Niall menggandenga tanganku berjalan menuju mobil , akupun hanya bisa mengikuti langkahnya. Entah aku mau diajak kemana.
***
YOU ARE READING
Penantian Diujung Senja Part 2
FanficIni adalah kelanjutan dari Part Penantian Diujung Senja , yang ini pertemuannya atau Part 2 nya. Selamat Membaca