Kunci

863 44 16
                                    

Aku hanya punya dua pilihan; mati di ruangan ini lalu dijadian hiasan dalam toples, atau masuk kedalam lubang gelap ini. Jantungku berpacu, darahku mengalir deras, bulu kudukku berdiri. Aku takut, benar-benar takut.

Kaki kanan ku mulai masuk ke dalam lubang pintu itu. Aku bisa merasakan udara dingin yang merambat dari ujung jemari kaki kananku, membuatku yakin ruangan dibawah sana pastilah sangat dingin.

Kaki kiriku kini menyusul masuk, tinggal badanku yang ragu-ragu kudorong masuk. Kututup mata, hidung, serta mulutku. Aku bisa merasakan tubuhku jatuh, masuk keruangan ini.

"Aw." Kataku ketika tubuhku jatuh ke lantai keras yang sungguh dingin. Aku melihat sekeliling, mencari petunjuk.

Ruangan ini cukup luas, penuh dengan lemari pendingin berwarna kelabu. Aku mencoba berdiri, berjalan mendekati salah satu lemari es berlabel merah. Aku menggosok kedua tanganku yang kedinginan, lalu membuka lemari itu.

Terkejut bukan main saat yang kutemukan adalah bangkai-bangkai manusia utuh dengan seragam pasien rumah sakit. Mereka dilipat agar cukup didalam sana. Bibir pucat, mata yang setengah terbuka, mengerikan.

Lemari es itu buru buru kututup. Aku ngeri.

Di pojok ruangan ada sebuah pintu yang digembok. Aku harus temukan kuncinya, jika aku mati disini aku juga akan dilipat dan dibekukan dalam lemari es disini.

Pasti kunci itu terdapat di dalam salah satu lemari es. Aku memberanikan diri untuk membukanya lagi, menggeser mayat-mayat itu perlahan. Mengecek saku celana atau baju mereka, siapatau kuncinya ada disana?

Ini lemari pendingin yang terakhir, pasti kuncinya ada disini. Aku yakin.

Pintu lemarinya kubuka perlahan, dengan hati-hati dan teliti ku cari kunci itu disetiap sudut lemari es, disetiap saku, tapi tidak ada.

"Halo gadis malang."
Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang menggema diseluruh ruangan.
"Aku tahu kau sempat mencariku kan. Aku misty. Selamat datang, dan selamat menikmati permainan. Aku tahu kau sedang mencari sebuah kunci bukan? Kau memang cerdas. Kunci itu menang terletak disalah satu lemari itu...tapi kau tidak akan menemukan di saku pakaian mereka. Akan kuberi kau satu kode; pancaindera."

Kulit, telinga, mata, lidah, dan hidung. Kunci itu bisa saja di selipkan dibawah kulit, tapi hatiku berkata bahwa kunci itu disimpan dilidah salah satu mayat disini.

Terpaksa, aku harus membuka satu persatu mulut mayat beku ini. Tanganku yang bergetar membuatku kesulitan. Kulit mereka yang kaku, dingin, kusentuh. Mulut mereka yang beku kupaksa terbuka, demi mendapatkan satu kunci berkilat.

"Sudah kudapatkan."
Logam bergerigi itu sudah kudapatkan. Setelah sekian banyak rahang mayat yang kubuka secara paksa, akhirnya kutemukan juga benda ini.

Tanpa ba-bi-bu, langsung kumasukkan kunci itu pada lubang gembok. Kunci itu kuputar, hingga terdengar bunyi krek. Pintunya terbuka, aku siap menuju ruangan berikutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Horror AddictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang