Memori Di Dalam Foto

1.2K 48 1
                                    

Misty sudah tertidur dikamarnya. Aku yang sejak tadi terjaga, merasa tidak nyaman berada dirumah ini. Rasanya ada yang memperhatikanku, padahal dirumah kayu ini hanya ada kami berdua. Aku dan Misty.

Jam masih menunjukkan pukul 10.10, yang berarti malam masih panjang. Aku yang tidak bisa tidur merasa bosan dan butuh pekerjaan.

Aku melihat sekeliling rumah, dan sebuah album foto menarik perhatianku. Memang tidak sopan jika mengambil barang milik orang lain tanpa ijin, tapi aku tidak peduli. Lagipula Misty sudah tertidur kan(?)

Aku menarik album tebal itu dari laci, meletakkannya diatas pahaku. Debu yang berwarna putih menyelimuti album ini, pasti album ini sudah lama sekali tidak dibuka.

Aku mulai membuka halaman pertama dari album ini. Disana tertulis "Misty family album" tulisannya terlihat berantakan, mungkin Misty yang menulisnya saat dia masih kecil.

Album itu dipenuhi foto-foto polaroid, Misty saat itu masih sangat lucu, polos, dan menggemaskan. Waktu itu rambut Misty berwarna cokelat tua, sama dengan warna rambut ayahnya. Sedangkan rambut ibunya berwarna hitam.

Hampir sebagian album diisi foto-foto Misty dan ibunya. Nyaris tidak ada foto bersama ayahnya.

"Zure..." Suara Misty terdengar dari belakangku, "Maaf, aku tau ini lancang..tapi" "Tidak apa-apa kok,aku tidak marah" Misty memotong ucapanku.

"Kenapa kau terbangun?" Aku bertanya sambil mengembalikan album itu ketempatnya.
"Hanya mimpi buruk" jawabnya.
"Zure, aku ingin bercerita padamu tentang keluargaku. Tapi kau harus janji akan merahasiakannya.." Tiba-tiba Misty memegang bahuku, dan menatapku serius.
"Tentu. Aku janji" kataku.
Dia terlihat mengambil nafas, kemudian bersiap-siap untuk cerita.

"Kau adalah satu-satunya temanku, dan kau satu-satunya teman yang akan tau cerita ini. Sudah lama sekali aku merindukan keluarga kecilku yang utuh. Yang penuh tawa, dan aku tak pernah lepas dari pelukan hangat mereka..Dulu kami keluarga biasa yang normal. Orang-orang bilang aku mirip dengan ayahku, ditambah dengan warna rambut kami yang sama. Aku bangga dengan itu! Tapi itu dulu...Sebelum ayahku berubah menjadi psikopat yang mengerikan. Sejak ayah berubah dan membunuh sahabatku, rasa benci ini tumbuh. Bahkan memiliki warna rambut yang samapun aku tak mau! Sebenarnya aku ingin membakar album itu, karena album itu selalu membuatku rindu..Rindu akan kebersamaan dan kasih sayang mereka"

Aku memeluk Misty yang tidak bisa menahan emosinya, air matanya tidak dapat ia tahan. Semuanya jatuh, membasahi pipinya.

"Semuanya akan kembali Misty..." kataku yang mencoba meredakan emosinya.
"Tapi ayahku tidak akan kembali seperti dulu, dia sudah gila!" Emosi Misty lagi-lagi memuncak.
"Bahkan dia sedang dalam misi membunuh ibuku. Jika ia berhasil, misi selanjutnya pasti membunuhku" lanjut Misty. Tangisnya menjadi-jadi.

Ditengah keadaan kami yang seperti ini, kurasa nasib kita sedang buruk. Listrik rumah ini mati. Tidak ada lilin, tidak ada senter. Benar-benar gelap.

Horror AddictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang