Aku terdiam duduk di bangkuku, mendengar ocehan senior yang tak lain adalah Kevin. Dia sedang menjelaskan tentang letak gedung dan ruangan sekolah ini.
Dua hari setelah kejadian itu. Dimana aku meninggalkan Rama di UKS.
Dan kemarin, Rama tidak masuk. Begitu juga hari ini.
Aku menoleh ke samping, seharusnya ada Rama yang membeo ucapan senior dengan nada khas dirinya. Seharusnya, sekarang aku sedang mengolok - olok senior bersamanya. Seharusnya sekarang kami tertawa sampai senior terganggu. Seharusnya ...
Sial, aku merindukannya.
Aku mengela nafas dan melipat tangan di atas meja untuk menjadi tumpuan kepala. Karena bosan, aku menutup mataku.
"Kiera?"
Aku bergumam dan kembali fokus dengan anganku.
Aku berharap Rama ada disampingku dan mengutarakan lelucon jadi aku tidak mengantuk seperti ini.
Knock knock.
Aku berdecak karena ada orang yang mengetuk mejaku dengan tidak sabaran.
"Kiera, berdiri di depan kelas." Ucapnya dingin. Aku mendongak dan langsung bertatapan dengan Kevin, pemilik suara. "Sekarang," lanjutnya kaku.
Dengan enggan aku berjalan ke depan kelas. Aku bisa mendengar langkah kaki Kevin yang seirama denganku. Seakan menunggu.
"Kak, gue permisi ke toilet bentar," pintaku ketika aku sudah sampai di depan kelas. Aku hiraukan tatapan dingin dan tak suka dari Kevin.
"Berani juga ya, lo."
Aku mengernyit. Ada apa dengan Kevin? Mengapa dia sebegini dinginnya padaku.
"Pangeran lo, gaada lagi. Sayang."
Kali ini bukan Kevin, tapi kakak pms yang aku tau akhirnya bernama Vanessa.
Aku membelalakkan mata melihat Vanessa yang tiba - tiba merangkul pinggang Kevin. Tidak sampai situ, dia juga menyandarkan kepala di dada Kevin.
"Apa? Lo juga gini kan sama pangeran lo" katanya.
Aku menarik nafas lemah. Tidak ada gunanya melawan Vanessa. Toh Kevin tak akan membelaku.
"Mau lo apa, kak?" Tanyaku setelah berperang memilih kalimat tersopan yang bisa aku ucapkan pada Vanessa dan Kevin.
"Mau kita," Vanessa membuka suara, namun menggantungkan kalimatnya. Dia menatap Kevin, meminta persetujuan. Dan ketika Kevin mengangguk, senyumannya merekah. "Lo bersihin perpustakaan!" Lanjutnya dengan nada riang gembira.
Aku mengangguk - angguk dan beranjak dari kelas tanpa sepatah katapun.
Meninggalkan Kevin dan kisahku bersamanya.
Apa aku terlalu lebay?
***
"Capeek" teriakku frustasi. Suaraku menggema. Perpustakaan ini cukup besar, namun teknologi modern membuat ruangan kaya ilmu ini terbengkalai.
Bukannya aku tidak suka, tapi aku mempunyai alergi terhadap debu (seharusnya Kevin tau ini, tapi sepertinya dia tidak peduli). Tapi, buku disini banyak yang menarik.
Aku menyusun buku - buku pilihanku diatas meja. Menumpuknya jadi satu dan mengangkat tumpukan itu ke rak paling bawah. Agar aku tak susah mencari buku itu nantinya.
Brakkk!!!
Aku membulatkan mata dan kaget ketika melihat sosok itu. Buku ditanganku jatuh dan menimbulkan bunyi berisik yang membuat sosok itu memutar badan.