"Oh God I love you! Ahhhh"
Aku dan dia terus mendesah mengiringi sodokan penisnya dikemaluanku. Sebentar lagi aku akan keluar.
"Im ahhhhh go ohhhh ing to cummmhhhh"
Aku mencengkram bahunya, tanganku beberapa kali terpeleset karena keringat. Wajahnya yang awalnya mendongak, menunduk dan mulai menciumi leherku.
"Hold eughhh a second ohhh baby please"
Setelah mengatakannya di depan bibirku, dia mengangkat wajahnya dan kembali menciumi setiap jengkal leherku. Aku tidak bisa menahannya lagi ketika dia menggigit telingaku dengan lembut.
"Aaahhhhhh" aku orgasme. "Maaf" lirihku setelahnya.
Dia tersenyum lalu mencium bibirku kuat dan menaikkan tempo gerakannya. Aku mulai terangsang lagi dengan permainan tangannya di payudaraku.
Kepalaku pusing. Kenikmatan yang aku rasakan seakan ingin membunuhku. Aku mendesah sekuat yang aku bisa, dan lemas setelah orgasme lain yang aku dapatkan.
"Ohhhh. Baby youre the best!"
Tepat ketika dia orgasme.
•••
Aku terbangun karena merasa aneh. Seseorang mengecup bibirku tanpa henti dan kakinya menggesek kakiku dengan cepat.
Sial, jangan buat aku horny sepagi ini.
"Berhenti!" Pekikku kesal. Aku membuka mata dan melihatnya yang sedang tersenyum lebar.
"Good morning, honey!"
"Rama, berhenti!!" Aku mencoba menjauh darinya, tapi yang terjadi adalah dia menindih tubuhku. Lagi.
Brakk!!!
Kami berdua menoleh ke arah pintu, dimana suara itu berasal.
"Kiera. Sekolah"
Kevin, berdiri didepan pintu kamarku yang terbuka dengan rahang mengeras. Terdengar bunyi gemeretuk yang menandakan dia mengetuk - ngetukkan giginya.
Rama dengan sikap tak acuhnya menciumku tepat di bibir dan langsung berdiri, tanpa malu dengan kenyataan bahwa dia telanjang di depan Kevin.
"Kevin, menurut gue lo harus mulai menjaga privasi Kiera. Gue sih no problem mau lo liat pas kita make out juga sih peduli gue. Selama Kiera ngga keberatan tentunya" ucap Rama sambil mencari - cari pakaiannya di seluruh ruangan. Masih dalam keadaan telanjang. Sayang, juniornya tidak tegang seperti yang aku suka.
Aku langsung melototi Kevin yang mengepalkan tangan -siap untuk memberikan bogemnya kepada Rama.
Aku tidak tahu sejak kapan aku lebih membela Rama dari Kevin.
Semenjak kejadian waktu MOS, tentu saja hubunganku dengan Kevin merenggang, bahkan ketika dirumah dia seperti stranger.
Bukan aku yang menjauh. Bahkan ketika dia mabuk yang dia lakukan bukan menyerangku melainkan berendam di dalam bathtube.
Sudah beberapa bulan dari kejadian MOS dah sudah saatnya aku move on. Aku kan tidak mungkin memohon pada Kevin untuk bersikap biasa, sedangkan yang dari awal salah adalah Kevin. Bukan aku.