Do I Stop?

81 3 0
                                    

Setidaknya Andrew meminta nomor hp ku. Tentu saja aku merasa lega, karena apa yang aku lakukan sekarang tidak sia-sia. Apalagi dia meminta nomor ku di depan dua bedebah centil itu. Hingga akhirnya aku ingat lagi, dia meminta nomor hp ku karena ingin tahu lebih jauh tentang Laura. Rasa sesak dan pilu sedikit terasa kembali di benakku setiap aku teringat hal ini. Aku pun pulang ke rumah dengan rasa senang dan sedih. Ya, mungkin Tuhan tidak ingin aku merasakan kesenangan atau kesedihan yg berlebihan, sehingga Dia membuat ini semua terasa imbang.

Sepanjang perjalanan pulang aku memikirkan lagi strategi apa yang harus ku pasang saat chatting dengan Andrew. Pastinya hal ini jangan sampai ketahuan Laura. Karena aku takut dia sulit untuk mengerti apa yang akan kulakukan. Apalagi sisi licikku muncul. Karena aku ingin memanfaatkan keadaan ini untuk lebih dekat dengan Andrew. Jelas sajalah, kami bertukar nomor hp.

Hingga akhirnya aku tiba di rumahku. Hp ku menderingkan ada pesan baru yang masuk, saat satu kaki ku baru melangkah menginjak lantai ruang tamu. Seperti kalian yang tidak sabar menunggu pesan darinya, aku langsung mengambil hp ku dari kantung skinny jeans yang ketat ini. Ya benar, pesan ini dari Andrew. "Winona, nama mu kan? apa panggilan akrab yang bisa kusebut untukmu?"
Rasanya aku ingin dia memanggilku dengan panggilan sayang. Tapi bagaimana, dia tidak pasti dengan namaku, apalagi sekarang dia bertanya nama panggilan akrabku. Kemudian dengan cepat aku balas pesan itu,"Terserah kamu saja. Tapi orang-orang biasa memanggilku Nona."
"Nona, Non? ANonymous?"

Melihat pesan dari Andrew itu aku menjadi khawatir, mungkin dia sudah memasang detector pada akun ask.fm miliknya. matilah awak!! Sekarang Aku harus membalas pesan apaaaa???

"Cukup Nona saja. Tidak lebih, hihi." Balasku

"Baiklah Nona. Beritahulah aku segalanya yang kau ketahui tentang sahabatmu itu!" Paksa andrew (mungkin dengan nada sedikit menggoda sebenarnya) *haha

Sebetulnya ini tidak mudah bukan untuk menceritakan tentang salah satu orang yang berharga dalam hidupmu begitu saja ke orang lain. Apalagi orang itu yang kau kagumi. Lumayan lama ku memutar otak untuk mengambil keputusan tepat, sebelum aku salah melangkah. Ya, akirnya kubalas pesan tersebut dengan sedikit berat hati, "Laura Cole, sahabatku sedari kecil. Ia pernah tinggal di London saat SMP. Kemudian kembali ke Bradford dan bersekolah di Wittscott Academy sekarang. Ia suka makan permen lollipop, karena memang ternyata dia mengidap penyakit darah rendah yang didiagnosis sejak empat tahun lalu. Sangat tertutup, tidak begitu suka keramaian. Kami jarang pergi ke tempat ramai, karena dia benci kebisingan."

"Wow, seperti itukah dia? Ternyata memang jarang ku temui gadis sepertinya." Tanggap Andrew

"Sebetulnya banyak. Seperti yang kau tahu, mereka lebih suka mengumpat, menghindari keramaian. Mungkin itu penyebab kau jarang menemui spesies seperti itu," gurauku.

"Ya, memang. Cuma itu saja yang kau bisa ceritakan?"

"Yup. Maaf sebelumnya. Aku tidak bisa memberitahumu lebih jauh lagi. Seperti yang sudah kubilang, dia sangat tertutup. Sebagai sahabat yang baik, aku tidak bisa berbagi tentangnya begitu saja kepada orang lain," balasku.

"Baiklah, aku mengerti. Aku kira, aku bisa tahu lebih banyak tentangnya darimu. Mungkin aku bertanya dengan sumber yang salah," cakap Andrew. Membaca pesan tersebut seketika hatiku tersontak kaget. Jujur saja kalimat tersebut sangat menyindirku. Tapi tetap belum mengubah image ku terhadapnya.

Seketika aku bertanya kepada Andrew apa tujuan dia yang sebenarnya, "Jika kamu tidak keberatan menjawab ini. Sebetulnya apa tujuanmu terhadap Laura?"

"Aku hanya ingin kenal lebih banyak macam wanita di sekolah, bahkan di dunia. Dialah salah satu hal baru yang ingin ku cari tahu," balas Andrew

Stalker (Amateur)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang