Guess, I Wouldn't stop

47 0 0
                                    

Seminggu berlalu, setelah aku berkirim pesan dengan Andrew. Membaca pesan terakhir darinya, seperti meninggalkan clue untukku. Karena aku tidak pernah menjalin hubungan spesial dengan seorang kawan lelaki, membuatku bertanya-tanya apakah harus mereka mengenal berbagai jenis wanita di dunia ini?? Yang akhirnya membuatku beranggapan bahwa memang Tuhan benar-benar menyisakan sedikit pria yang bisa setia.

Kalau bisa dibilang, aku benar-benar taboo dengan apa yang namanya cinta. Kecuali untuk jatuh cinta. Sering kualami berkali-kali, tapi tidak pernah berlanjut lebih jauh lagi.

Back to Andrew's message, mengenal banyak wanita?? Haruskah seperti itu? Bahkan kali ini dia ingin mencari tahu tentang wanita seperti Laura. Akupun masih men-stalk Andrew lewat berbagai macam jejaring sosial yang ada. Hasilnya masih sama saja. Aku hanya bisa menjadi pengagumnya yang bukan rahasia lagi mungkin. Karena jika Andrew menebak hampir semua siswi di Wittscott Academy adalah fans nya mungkin benar (salah satunya aku).
Buktinya jelas sekali jika Andrew tidak tertarik denganku, kami tidak pernah lanjut saling chating setelah pesan terakhir itu. Akupu juga masih tidak bercerita dengan Laura kalau ternyata dialah yang beruntung.

Tetapi, akhirnya Laura tahu bahwa aku telah berkirim pesan dengan Andrew. Setelah ia meminjam handphone ku, yang ternyata dia membaca pesan tersebut.
"Wow, pesan dari Andrew??!" tanya Laura.

"Iya. Kau sudah baca isinya?"

"Ini sedangku baca," kata Laura yang sambil membaca pesan itu dengan serius.

"Kuharap kamu mengerti maksud dari pesan itu," pintaku

Kemudian Laura melihatku dengan tatapan serius dan berkata, "mengapa tidak dari kemarin kamu bercerita denganku tentang ini?"

Akupun menjawab pertanyaan itu dengan berusaha memberi penjelasan yang bisa ia terima, "Kau sudah baca hingga terakhirkan? Setelah itu kami tidak saling berkirin pesan lagi. Kamu sudah baca apa yang Andrew katakan terhadapku kan?? Dia bilang kalau aku sumber yang salah untuk mengetahui lebih jauh tentang dirimu. Terutama, ia juga mau mengenali banyak macam wanita. Memangnya kamu tidak berpikir kalau seperti itu sama saja dia menganggap bahwa setiap wanita itu benda kan??"

"Apa kamu cuma iri saja karena kau kehilangan kesempatan emasmu, Nona?"
Cukup! Pertanyaan itu membuatku cukup geram. Tapi aku masih berusaha menjelaskan lagi, "terserah apa yang kamu pikirkan. Tapi setelah membaca pesan itu dan selalu menguntitinya lewat setiap media sosial. Aku rasa, aku cukup tahu siapa dia yang sebenarnya. Dan kau, Laura. Kau sahabatku. Bagaimana mungkin aku bisa membiarkanmu menjadi sample seperti barang percobaan saja?"

Kemudian Laura menatapku dengan senyum manisnya, walaupun aku tidak yakin kalau itu senyum palsu atau tidak, dan berkata, "kamu memang yang terbaik Nona. Aku sangat sayang kamu. Terimakasih yaaa."

Ia mengatakan itu sambil memelukku. Kemudian meninggalkan kelas. Akupun langsung memeriksa handphone ku,
"Ya, Laura, sama-sama."

Stalker (Amateur)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang