Pain

63 9 1
                                    

Plaakk

Suara itu lagi, ya suara yang selalu kudengar saat mereka pulang. Suara itu berasal dari ruangan yang hanya terpisah oleh tembok dari kamarku. Bahkan satu tembok.

Tanganku dibasahi setetes air. Aku sedang dalam ruangan,dan ini sedang tidak hujan jadi tidak mungkin bocor, ini air mata. Aku tidak kuat lagi, setiap mereka pulang, bukan kebahagian dan canda tawa yang mereka bawa melainkan pukulan,tangisan,dan caci maki.

Sungguh,jika aku bisa lari aku akan lari. Jika aku bisa mati sekarang aku akan, tapi aku tidak mau bunuh diri. Kau tau kenapa? Itu akan memperburuk keadaan. Saling menyalahkan akan ada dimana-mana.

Tuk tuk tuk..

Aku yakin pasti itu kakaku, kakaku satu-satunya yang menyebalkan namun dia selalu ada saat aku sedih, dan ia tau pasti bagaimana perasaanku. Karna dia merasakan sakit yang sama denganku. Dia Justin Drew Bieber, dan ya namaku Jasshilla Drew Bieber, hampir sama dengan namanya.

"Masuklah" ujarku, dia membuka sedikit pintunya dan melonggokan kepalanya kedalam kamar. "Hey" sapanya dengan sedikit senyuman diwajahnya,yang kutau itu fake smile. Aku sangat mengerti akan itu. Aku menggeser sedikit untuk memberikannya sedikit tempat .

"Hey,dont cry kid" dia mengusap mataku dan menarikku kedalam dekapannya. "Kita merasakan perih yang sama besarnya, kau tidak sendiri. Kau punya aku" aku hanya mengangguk,masih tenggelam dalam tangisku.

"Stay strong shil" dia mengusap lembut rambutku dan beranjak dari kasurku. "Kau mau kemana?" "Aku akan segera kembali"

Justin kembali dengan gitar ditangan kanannya dan menutup kembali pintu kamarku.
"Kau mau kunyanyikan kan?" Aku mengangguk dan mengusap air mataku.

Ya aku beruntung punya kaka sepertinya,lagu-lagu yang ia ciptakan mampu membuatku sedikit merekahkan senyum diwajahku disaat-saat seperti ini. Tapi dia tetap saja bisa jadi menyebalkan,kau tau dia sering meminjam uangku untuk membeli alat musik baru maupun biaya daftar perlombaan.

Ini lagu untuk kita berdua, dengarkan dan berhenti menangis untukku. Mengerti?
Aku hanya mengangguk. Kulihat dia mulai memainkan gitarnya tangan kirinya yang memetik dan kanannya yang memainkan kuncinya. Kau tau,dia kidal.

Across the ocean
across the sea
Starting to forget the way you look at me now
Over the mountains
across the sky
Need to see your face
I need to look in your eyes

Ide gila sepintas lewat diotakku. Sudahlah lupakan,aku tidak mungkin melakukannya.

Through the storm and
through the clouds
Bumps on the road and
upside down now
I know it's hard, babe,
to sleep at night
Don't you worry
'cause everything's gonna be alright, ai-ai-ai-aight
Be alright, ai-ai-ai-aight

Aku tersenyum, lagu yang ia ciptakan selalu saja seperti ini. Mampu melukiskan senyum pada siapapun yang mendengar.

Through the long nights
And the bright lights
Don't you worry
'cause everything's gonna be alright, ai-ai-ai-aight
Be alright, ai-ai-ai-aight

You know that I care for you
I'll always be there for you
I promise I will stay right here, yeah

Aku mengambil handphoneku dan merekamnya. Setidaknya saat dia tidak ada, aku akan bisa selalu melihatnya.

Through the sorrow, and the fights,
Don't you worry
Everything's gonna be alright

"Nah aku sudah menyanyikanmu,mana sini jatahku"
"What? Kau meminta uang?"
Aku berpikir, apa-apaan anak ini. Masih saja menyebalkan.
"Tidak tidak,aku bercanda. Tapi kapanpun aku butuh,tolong kasih aku pinjaman ya hahaha" aku melemparnya dengan bantalku dan apa-apaan dia tidak ikhlas menyanyikanku.
"Tidur ya anak kecil bweek" dia menjulurkan lidahnya dan tentu saja aku melemparnya pakai bantalku lagi.

Aku merebahkan tubuhku diatas ranjangku dan yang benar saja, aku tidak bisa tidur.

Dan tentang ide gilaku tadi. Oh tidak tidak. Tapi aku ingin melakukannya. Bahkan sangat ingin.

Long way homeWhere stories live. Discover now