Hari ini Ali pulang lebih cepat dari biasanya. Seperti biasa ada Mbak Ana langsung menyuguhinya menu makan siang, laki-laki itu makan dengan damai tanpa banyak bicara seperti mengomentari rasanya yang terlalu asin, porsi nasinya yang terlalu banyak atau tidak ada menu makanan berkuah di meja, tentu saja hal itu disertai dengan candaan dan Mbak Ana tahu betul bahwa anak majikannya ini anak yang cukup ceria.
"Tumben pulang cepet, Mas." ujar Mbak Ana sepelan mungkin sambil meletakan segelas air putih.
"Pengen," jawab Ali di sela-sela kunyahan. "Guru les aku udah dateng belom, Mbak?"
"Belum, Mas. Biasanya dia datang duluan, ya."
"Iya, tau nih. Liat aja kalo dateng telat aku aduin ke Mama." Ali melirik jam tangannya, sudah pukul empat sore. Padahal biasanya Prilly sudah nongkrong di kamar Ali dengan tatapan jengahnya.
Selesai makan, Ali langsung beranjak ke kamar dan hal pertama yang ia lakukan adalah menyalakan komputer untuk bermain game online. Kamarnya sengaja tidak ia kunci untuk berjaga-jaga barangkali Prilly nanti datang. Dua jam ia bermain hingga menyelesaikan dua ronde, Prilly belum juga datang dan Ali tidak tahu kenapa ia begitu gelisah. Laki-laki itu log out dari akun game-nya dan mengambil ponsel untuk menghubungi Prilly.
Lo dimana?
Baru satu menit setelah pesan itu terkirim, Ali langsung berdecak karena tidak mendapat balasan, ia segera mengambil jaket dan kunci mobil sampai ponselnya kembali bergetar dan kontak Prilly muncul di notifikasi.
Gue masih kerja. Kayanya gue ke rumah lo agak telat. Kerjain aja latihan soal yang kemarin belom beres.
Ali menghela napas, tapi ia tidak mengurungkan niatnya untuk pergi. Laki-laki itu tahu kemana tempat tujuannya. Disamping mengajar les untuk Ali, satu minggu lalu Prilly sudah meminta izin pada Melisa untuk mengurangi sesi belajar dengan Ali, perempuan itu membuat jadwalnya padat di hari-hari tertentu agar tidak menganggu aktivitas les dengan Ali. Memang akan lebih melelahkan, tapi Prilly selalu optimis bisa melakukannya dengan maksimal.
Ali menemukan Prilly sedang mengelap meja-meja pelanggan yang baru saja keluar dari restoran cepat saji yang cukup terkenal di Jakarta, dan mengumpulkan sampah-sampah bekas makanan menjadi satu. Ali hanya menunggu di sisi jalan, bersandar diluar setelah memesan minuman. Ia tidak berniat menghampiri Prilly dan hanya memperhatikan perempuan itu dari kejauhan.
Hari ini Prilly kebagian shift pagi, jadi pukul empat sore ia sudah bisa berkemas pulang. Baru saja Prilly ingin menghubungi Ali dan mengatakan bahwa ia sudah selesai, laki-laki itu menghadang jalannya.
"Dor."
Prilly tertegun, sedikit terkejut tapi ekspresinya tetap saja datar. "Wow, kaget.""Huu, korupsi jam kerja lo! Liat aja gue aduin Mama!"
Prilly melotot tidak terima. "Eh, gue udah izin ya sama Bu Melisa!"
Ali hanya membuat ekspresi meledek yang dihadiahi tinjuan usil dari Prilly. "Ya udah ayo cepet balik ah, les nya jangan lama-lama ntar malem gue mau mabar soalnya!"
"Hidup lo emang ngga produktif banget, Li. Sumpah." gumam Prilly sambil mengikuti Ali masuk ke dalam mobil melalui pintu sebelahnya.
Mereka sudah berada di dalam mobil, Ali baru saja hendak menyalakan mesin motornya sampai ponsel miliknya bergetar dan kontak Melisa muncul di layar. Tanpa basa-basi, Ali langsung mengangkat panggilan. "Halo, Ma?
"..."Dahi Ali mengerut. "Apaan? Jemput siapa? Marsha?"
"..."
"Lah, emang dia di Jakarta ngapain? Berapa hari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIV[D]ATE
FanfictionDimata Ali, perempuan itu lebih dari sekedar orang yang mengajarinya mata pelajaran eksak di sekolah. Prilly, perempuan itu guru privat dalam kehidupannya. Ilmu yang paling Ali pahami dari Prilly adalah bagaimana cara mencintai perempuan itu. [+} st...