Part 5

5.6K 58 1
                                    

Part 5

Nostalgia

"Doll promise me, kamu nggak akan pacaran sama siapa pun kalau bukan sama aku. Janji juga kamu cuman bakal nikah sama aku ya",

 matanya penuh dengan harapan sedangkan tangannya menggenggam kedua tanganku dan sebuah senyum hangat terpancar dari bocah lelaki di depanku. kurasa senyumnya bisa dikatakan ajaib karna dengan mudahnya aku pun ikut tersenyum bersamanya.

"Prommise you  Phi",

kurasa sekarang aku sudah berada di pelukannya yang hangat. Kudengar ada suara hiruk piruk selagi Phi menenggelamkanku dalam pelukannya. Banyak kilat cahaya mengarah pada kami. Kurasa malam itu hanya sebuah mimpi ketika Phi memintaku untuk menikahinya, karna pagi ini aku datang menemuinya dan yag kudapat hanyalah kenyataan pahit bahwa Phi dan seluruh keluarganya sudah kembali pulang ke rumah mereka. Aku baru saja mengenalnya selama seminggu di pernikahan Aunty Emma. Tak sadar sebutir air menetes melewati pipiku. Aku menangis dan terus berlari menjauh sampai aku merasakan kalau aku telah menabrak sesorang. Setelah mengetahui siapa orang yang kutabrak, aku langsung menghambur kedalam pelukannya. Karna, kurasa aku kehilangan orang yang paling kusayang.

Sejak saat itu aku tak pernah melihat bocah itu kembali kedalam kehidupanku lagi. Bahkan lebih bodohnya lagi aku tak pernah bertanya siapa nama aslinya, karna dulu setelah dia bertanya siapa namaku dia langusng memutuskan untuk memanggilku doll dan aku pun dengan senyum lebar menerima panggilan baruku itu. aku pun tanpa persetujuannya memanggilnya dengan panggilan Phi yang berasal dari singkatan Prince. Yah, aku berharap dia benar - benar seorang pangeranku.

Aku terbangun karena mimpi masa kecilku tadi. Sudah lama aku tak pernah memimpikan Phi lagi. Kenapa tiba- tiba aku memimpikan kau lagi Phi? Aku sangat merindukanmu. Memang dulu aku hanya  bocah berumur 3 tahun tapi aku bisa merasakan kalau aku mencintaimu.

 Aku mengerjapkan mataku beberpa kali dan aku menyadari ruangan ini bukanlah kamarku. Kurasa sekarang masih malam, karna belum ada secercah sinar matahari yang menembus masuk ke dalam kamar ini. Ku periksa jam tangan yang bertengger di pergelangan tanganku, aktivitasku berhenti ketika menyadari sebuah hembusan nafas yang berada sangat dekat dengan leherku. Dengan takut- takut aku berusaha melirik ke arah kananku.

Dan yang kudapati adalah wajah Kei yang bersembunyi dileherku dan tangannya yang memeluk tubuhku dengan erat. Aku menahan nafas beberapa detik ketika menyadari posisi kami yang bisa membuat orang lain slaah paham. Aku pun berusaha melepaskan diri dari pelukannya, semakin keras aku berusaha melepaskan diri darinya semakin dalam dia menarikku kedalam pelukannya.

Dengan geram, akhirnya aku mencubit lengan berototnya yang melingkar dengan mannis ditubuhku. Aku mendengar dia mengerang kesakitan karena ulahku.  Dia pun melotot ke arahku, walaupun samar - samar aku bisa mengetahui kalau sekarang dia sangat marah. Oke, seharusnya aku yang marah kepadanya karna dia memelukku sangat erat tadi.

"Apa, huh? Kalau kau tak memelukku tadi aku tak akan mengganggu tidurmu",

aku tak mendapatkan respon darinya. Dia malah asyik melanjutkan tidurnya kembali. Aku tak suka jika ada seseorang yang mengacuhkanku seperti ini, aku pun mengguncang -ngguncang tubuhnya. Dan sekarang kuara dia benar-benar marah, karna dia langsung bangun dari tidurnya dan terduduk di disampingku. Aku pun mengikutinya,

"antarkan aku pulang, ini sudah larut malam Kei.."

aku merengek kepadanya. Apalagi jurus seorang perempuan kalau tidak merengek yang menangis. Namun hanya sebagian kurasa.

"aku sudah bilang padamu bukan, mulai hari ini kau akan tinggal dan tidur bersamaku Miss Cyrilla dan hebatnya kau telah menyetujuinya".

Mendengar perkataannya aku langsung memanyunkan bibirku. Aku baru teringat kalau sebelum aku tertidur tadi dia sudah mengatakan mengenai hal ini. Aku terdiam cukup lama, tak tau apa yang harus kuperbuat lagi. Walaupun dengan berat hati akhirnya aku membuka suaraku kemabali

Fake of Love?Where stories live. Discover now