Part 16

1.3K 71 5
                                    

Aku bisa melihat senyuman yang mengejek itu diarahkan tepat didepan wajahku.

"Sudah kubilang bukan"

Dia berlalu dari depanku dengan cara jalannya yang angkuh. Membiarkan aku terpaku dimeja kerjaku.

Ada sesuatu yang nyeri didadaku. Seperti ada ribuan jarum yang menusuk disana.

Terdengar berlebihan mungkin. Tapi itulah yang kualami sekarang saat Dea melangkahkan kakinya memasuki ruangan Kei.

º•○●º•○●º•○●º•○●º•○●º•○●

Keisya POV

Entah apa yang mereka berdua bicarakan di ruangan terkutuk itu. Aku berusaha menguatkan hatiku supaya tidak melarikan diri dari tempat ini dan pergi sejauh-jauhnya dari mereka berdua.

Bagaimana bisa beberapa saat lalu aku berfikir untuk berbaikan dengannya sedangkan saat ini aku ingin pergi menjauh darinya. Aku bingung dengan semua rasa ini. Aku tidak bisa mendefinisikannya dan aku juga tidak berani untuk mencari tau lebih lanjut apa yang sedang kurasakan.

Tak lama kemudian, pintu ruangan Kei terbuka. Mereka berdua berjalan beriringan meninggalkan kantor. Kei sama sekali tidak melihat ke arahku, bahkan melirik saja tidak! Aku benar-benar sebal kepadanya. Kenapa dia dengan mudahnya mau keluar berduaan dengan Dea dan mengacuhkanku begitu saja? Huft, dasar playboy!

Aku menyobek-nyobek kertas yang ada ditanganku sekarang sampai menjadi beberapa potongan tak berbentuk, mermasnya menjadi satu lalu melemparkannya ke tempat sampah yang berada di samping mejaku karena saking geregetannya dengan Kei.

Ini sudah hampir jam dua belas malam dan Kei masih belum pulang. Walaupun aku masih sebal dengannya aku tetap menunggunya pulang. Entah apa yang aku lakukan sekarang, aku hanya ingin menyelesaikan semua omong kosong ini.

Oke, oke.. calm down.. aku tahu sekarang aku sangat khawatir. Tentu saja. Semenjak dia pergi berdua dengan Dea dari kantor tadi dia tidak kembali lagi dan belum pulang sampai sekarang.

Aku meremas kedua tanganku gelisah.

Apa yang mereka lakukan berdua hingga selarut ini?

Apakah Kei tidak akan pulang malam ini?

Apakah mereka bercinta?

Membayangkan itu semua membuat perutku mual. Aku lemas mendengar otakku menyeruakkan kemungkinan terkahirnya.

Terdengar suara pintu apartemen terbuka, aku segera menghampiri Kei yang terlihat berjalan sempoyongan. Bau khas alkohol menguar dari mulutnya. Tanpa banyak bicara aku langsung memnuntunnya menuju kamar kami. Merebahkan tubuhnya dikasur. Melepaskan jas, sepatu, kaus kaki, serta jam tangannya. Tak lupa juga aku melepas ikat pinggang yang melilitnya.

Aku tau kebiasaannya untuk menaruh dompet di saku belakangnya. Maka dari itu aku berusaha merogoh saku belakangnya untuk mengeluarkan dompetnya dan meletakkan benda itu di nakas.

Sebelum menyelimuti tubuhnya, aku melepaskan dasi yang terkalung dilehernya karena dia terlihat tidak nyaman. Sekarang aku lebih memilih untuk diam dan menghempaskan tubuhku disampingya untuk tidur. Mungkin besok aku bisa mengomelinya sepuas hatiku.

Tidak biasanya aku terbangun sepagi ini. Aku melirik ke arah jam digital yang terletak disanping tempat tidur.

Masih jam empat pagi rupanya.

Kuperhatikan Kei yang sedang memelukku, dia sudah menanggalkan kemejanya dan hanya mengenakan boxer saja. Aku memejamkan mataku beberapa saat menikmati pelukan yang sudah lama tidak aku dapatkan.

Fake of Love?Where stories live. Discover now