Ahyoung sekali lagi mengelap keringat yang kini hampir membasahi sekujur tubuh sempurnanya. Di tatapnya sekali lagi gambar dirinya yang terlihat lelah di cermin besar luang latihan. Untuk hari ini latihannya cukuplah, tubuhnya sudah benar-benar terasa lemah bergerak nonstop selama 3 jam, di tambah program diet yang membuat perutnya kini meronta-ronta ingin diisi.
Ahyoung mengambil handuk kecil dan botol minum yang berada di sisi kanan dari ruangan, saat tak sengaja gadis itu bertatap mata dengan Taehyun yang baru saja memasuki ruangan latihan. Dia membungkukkan badannya dan berusaha menyapa dengan suara ceria. Namun Alih-alih menjawab, Taehyun malah langsung melewatinya menuju alat pemutar musik seolah tak ada orang yang menyapa. Deg. Jantung Ahyoung mulai berdegub kencang, mungkin karena bawaan lapar seketika rasa kesal berkecamuk di pikirannya. Dengan sekali hentakan dia membawa diri secepatnya lari dari ruangan itu.
Taehyun yang kini sedang uring-uringan karena perkara cinta tak berbalasnya berusaha menghindari untuk bertemu orang hari ini. Ia sadar diri dengan kepribadiannya yang kadang membuat orang tersinggung meski ia tak melakukan apapun. Apalagi dengan situasi sekarang, hatinya sedang terasa kacau. Wanita yang sejak lama di sukainya sejak sekolah menengah atas menolaknya mentah-mentah meski kini ia sudah debut sebagai salah satu idol di agensi yang ternama. Persetan dengan gadis trainee yang menyapanya, saat ini ia sedang malas memasang fake face. Segera di kuasainya ruang latihan dengan bunyi musik hiphop 130 BPM. Di pejamkanlah matanya untuk terlarut dalam musik. "Memang siapa dia berani-beraninya membuatku uring-uringan seperti ini, heh." Batinnya sebal.
Ahyoung yang sudah setengah jalan meninggalkan gedung agensi, tiba-tiba menyadari bahwa ia meninggalkan ipod-nya diruang latihan. Kalau bukan di dalam ipod tersebut ada beberapa rekaman suaranya, ia tidak akan repot-repot berbalik untuk mengambilnya kembali. Bukannya terlalu berlebihan, hanya saja Ahyoung belum terlalu percaya diri dengan suaranya.
Taehyun mulai bergumam tidak jelas, saat seseorang telah membuat keributan mondar-mandir di sekitarnya. Padahal sudah jelas-jelas sejak tadi ia telah memberikan aura tidak bersahabat pada gadis trainee itu.
" Ya, sedang apa kau disini? Apa kau tak tau kalau disini sedang ada sunbae-mu?!"
Taehyun yang bisa di katakan duduk di pojokan, mulai berdiri menghampiri Ahyoung yang sedari tadi berjongkok di depan kursi ruang latihan. Ahyoung yang masih di selimuti rasa kesal pun hanya menundukkan kepala tanda meminta maaf seadanya, kemudian kembali melanjutkan aktifitas mencari ipod-nya."YA!! Apa kau tidak punya sopan santun sama sekali." Taehyun berteriak kesal tepat di sebelah Ahyoung yang menatapnya kaget. Belum sempat Taehyun melanjutkan omelannya kepada Ahyoung, tiba-tiba handphonenya berbunyi. Terlihat wajah ragu saat ia memastikan siapa yang memanggilnya, namun tetap saja ia menekan tombol hijau pada layar.
" Wae," Tatapan taehyun yang awalnya ragu, tiba-tiba berubah menjadi devil face.
"Kau kira wanita hanya dirimu saja? Dengar, apa kau kira aku seserius itu tadi? Heh. Maaf kau salah." Wajah taehyun terlihat makin bengis, dan menuntut Ahyoung untuk segera pergi saja,mtanpa perduli dengan ipodnya yang tak kunjung ia temukan.
Taehyun tak habis pikir Jaera akan bertanya "Apa kau baik-baik saja?" terhadapnya. "Apa menurutmu aku begitu tergila-gila padamu?! Bisa-bisanya kau mengkhawatirkan aku. Cih, apa karena aku sahabatmu jadi kau mengkhawatirkan aku?! Perdulikan saja sana cinta pertamamu itu sampai kiamat tiba." Umpat Taehyun di kepalanya.
Saat Ahyoung ingin berbalik meninggalkan Taehyun, tiba-tiba tangan Taehyun menahannya. Laki-laki itu memberikan handphonenya pada Ahyoung dan memberi isyarat untuk berbicara pada handphone tersebut.
"Yoebseoo.." Ujar Ahyoung ragu.
Segera setelah itu, kembali di rebutnya handphone yang baru berapa detik berada di depan Ahyoung. Gadis itu hanya membeku bingung, namun tiba-tiba matanya membulat saat menangkap benda putih di sudut ruang latihan. Yup, itu ipodnya.
" Apa kau dengar? Bahkan sekarang aku telah bersama wanita lain, jadi kau tak perlu mengasihaniku." Taehyun mematikan ponselnya dengan penuh emosi, rasa kesal, menyesal, dan... ARGH!!! Ia melempar handphonenya ke sembarang arah. Ahyoung yang akhirnya menemukan ipodnya, segera terloncat menghindar ketakutan dan membuat ipodnya yang sudah di genggam terjatuh kembali.
" Mau kemana kau?!" Teriak taehyun, dan membuat ahyoung terbeku di tempat.
"Bisa belikan aku beberapa bir di mini market? Ah aniy, belikan aku bir di mini market sekarang." Taehyun segera merubah kata permintaan menjadi sebuah kata perintah.
"Sekarang?!" Taehyun membentak Ahyoung yang segera berlari keluar kemudian.
"SIAL! Mimpi apa aku semalam, kenapa aku terjebak dalam situasi seperti ini. Oemma untuk pertama kalinya aku berharap ingin pulang ke rumah. Nguaa. Lebih baik aku melihat ahjussi tercintanya oemma ketimbang melihat sunbae bengis yang sedang menyulitkanku saat ini." Ahyoung terus saja mengumpat kesal sembari membawa dirinya menuju mini market di depan gedung latihan.
Setelah memberikan sekantung bir pada Taehyun, Ahyoung membungkukkan badan untuk pamit pulang. Sekali lagi, taehyun menahan Ahyoung dengan satu teriakan saja.
"Pinjamkan aku ponselmu.." Taehyun mulai menelpon sebuah nomer pada handphone yang baru saja mendarat di tangannya.
"Mino hyung, aku tunggu kau di ruang latihan dance. Selesaikan urusanmu, dan cepat kita pulang sebelum aku membuat kekacauan." Sembari membuka kaleng bir, Taehyun mengingatkan Mino yang sedang membuat proyek bersama Tablo. Dan setelah itu, tanpa rasa terima kasih Taehyun mengembalikan handphone tersebut pada Ahyoung. Lagi. Saat Ahyoung ingin berbalik, Taehyun kembali meminta handphone tersebut dengan nada kasar.
"Aku lupa menghapus nomer Mino hyung." Ujarnya sembari mengembalikan handphone Ahyoung untuk yang terakhir kali.
"APA!!!! KENAPA AKU BISA BERTEMU DENGAN SUNBAE TAK BERADAB SEPERTI DIA!!!" Teriak Ahyoung di kepalanya, dan pergi dengan emosi yang meluap-luap.
"Untuk pertama kalinya aku membenci seseorang selain Ahjussi, suami Oemma. Hah. Dan sekarang apa?! Karena sunbae menyebalkan itu, ipodku masih tertinggal di ruang latihan." Rutuk Ahyoung pelan dan segera menarik selimut dengan kasar membuat suara grasak-grusuk yang di yakini akan membuat dua teman sekamarnya terganggu.
Sementara itu di ruang latihan, Taehyun yang dalam keadaan sedikit mabuk menyempalkan earphone di telinganya. Di utak-atik nya lah, ipod yang di temukannya di lantai, ia tahu ini pasti punya gadis tadi.
Taehyun mencoba untuk melarutkan dirinya pada dentingan piano lagu Color Ring milik grupnya. Detik berikutnya perasaan kesal yang sedari tadi bersarang di dadanya, melemah menjadi rasa menyesal. Iringan piano dengan suara merdu seorang gadis, makin menenggelamkan hatinya ke dalam larutan kepedihan.
"Kenapa dengan bodohnya aku menolak perhatian dari Jaera tadi. ARGH!"
Bukan hanya kehilangan cinta pertamanya, Taehyun juga kehilangan sahabatnya. Jaera, gadis pintar yang selama sekolah tak pernah turun dari peringkat 1 seangkatan. Selama ini Taehyun berada di sekitar Jaera, mengikutinya. Berharap akan mendapat puing-puing cinta dari Jaera meskipun gadis itu sejak awal hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat. Terlebih dari sakit karena cinta di tolak, jauh di lubuk hatinya, ia menyesali semua perasaan yang pernah di berikannya pada Jaera. Seandainya saja sejak awal ia bisa datang pada jaera murni sebagai sahabat, mungkin tak akan ada hal serumit ini di antara mereka berdua.
"Ya, kau kenapa." Suara serak Mino yang hampir menggema di ruangan menyadarkan rentetan penyesalan Taehyun. Karena terlarut dalam musik ia tak menyadari ternyata sejak tadi Mino sudah duduk disampingnya.
"Diamlah, ayo pulang." Taehyun berdiri sembari melepas earphone yang ada di telinganya.
"MUSIK MACAM APA INI!! Benar-benar membuat perasaanku jelek." Taehyun mengumpat keras berjalan keluar ruangan. Mino hanya menggelengkan kepalanya dan mengikuti Taehyun dengan senyum tipisnya, ia tahu temannya satu ini pasti sedang ada masalah.
Just wanna say. Sorry for everything.
Karena pada akhirnya, akulah yang salah. Aku dengan segala kesombonganku, tak pernah mampu mengungkap bahwa mencintaimu adalah sebuah kesalahan terbesar yang pernah ku perbuat dalam persahabatan kita.-NTH