"Kau baik-baik saja Angeline?" Niall berbalik ketika aku kembali ke tempat duduk ku.
"Entahlah." Aku mengangkat bahuku.
"Kenapa? Karena kelompok?" Tanya Vira. Aku hanya mengangguk kecil.
"Memangnya kau sekelompok dengan siapa?" Niall bertanya.
"Dengan Harry, Zayn, dan Summer. Aku saja tidak dekat dengan mereka. Apalagi mereka selalu mem-bully ku. Itu akan membuatku malas latihan untuk paduan suara. Lebih baik drama!" Kesalku.
"Tenanglah, Angeline. Pasti Harry akan memilih untuk latihan di rumah kami. Jika ada apa-apa, kau bisa lapor padaku." Vira menepuk pundakku dengan lembut.
"Ya, Vira benar. Berhubung aku sekelompok dengan Vira, kau juga bisa lapor padaku jika Harry dan teman-temannya berani macam-macam denganmu. Dan aku tidak akan segan-segan untuk menghajar mereka satu persatu." Niall menatapku, membuatku merasa lebih tenang.
"Aku sangat ber-terima kasih pada kalian karena kalian sangat peduli padaku." Aku tersenyum. Vira dan Niall mengangguk.
"Tapi sialnya.... Kami sekelompok dengan Clista. Dan Louis si pengacau. Mau jadi apa kelompok paduan suara kita, Niall?" Vira menengok ke arah Niall.
"Entahlah. Paling nilai kelompok kita yang paling jelek. Lalu kita disuruh bernyanyi sendiri-sendiri. Ugh, sial." Gumam Niall kesal. Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah Niall dan Vira.
Mereka begitu lucu. Mungkin jika mereka menjadi sepasang kekasih, mereka akan dinobatkan sebagai pasangan ter-romantis. Vira dan Niall memang sangat cocok menurutku.
Vira's POV
Bel sekolah pun berbunyi, tanda bahwa sekolah telah berakhir. Aku berjalan bersama Niall keluar kelas. "Kau ada acara hari ini?" Tanyaku.
"Tidak. Ada apa? Kau ingin mengajakku berkencan ya? Oh Vira. Kau sangat romantis." Niall mencolek hidungku.
Aku memutar mataku, "kau terlalu percaya diri, Niall. Aku ingin memintamu untuk mengajarkanku bermain gitar."
"Bukannya kau bisa?"
"Just a little bit." Aku mengangkat bahuku singkat.
"Okay. Aku mau mengajarkanmu." Niall tersenyum pada Vira.
"Dirumahku saja ya?" Tawarku.
"Sure! Tapi, apa dirumahmu ada cemilan atau semacamnya?" Niall menjulurkan lidahnya, memasang wajah jahil yang menyebalkan. Tapi aku justru merasa senang ketika Niall menjahiliku. Entah kenapa. Kau pasti juga sama seperti ku. Ketika dijahili orang yang kau suka, kau pasti merasa senang.
"Tentu saja ada." Aku membalas Niall, menjulurkan lidahku ke arahnya. Aku menjerengkan mataku.
"Jelek." Gumam Niall. Tiba-tiba Niall mengecup pipiku dengan singkat lalu berjalan mendahuluiku. Ia menaruh beberapa bukunya di loker.
Deg.
Deg.
Deg.
Jantungku berdegup kencang ketika bibirnya yang hangat menyentuh pipiku.
Jantungku berdegup kencang ketika ia menatap mataku.
Jantungku berdengup kencang ketika ia menyentuh tanganku, pipiku.
Aku harap, aku dapat mengulang semua momen indah itu bersamanya. Lalu memberhentikan waktu agar aku dapat terus bersamanya.
Aku sampai tersenyum sendiri dibuatnya. Hanya Niall yang bisa membuatku seperti ini. Hanya dia yang bisa membuat detak jantungku tidak karuan.
"Hey! Jangan melamun." Niall menyenggol lenganku. "Kau melamunkan aku ya?" Niall menatapku dengan jahil.
"Kau ini kenapa percaya diri sekali sih?" Aku mengerutkan keningku.
"Kau pikir aku tidak tahu? Sudah, ayo kita kerumahmu. Aku sudah tidak sabar ingin makan cemilan." Tiba-tiba Niall menggandeng tanganku. Membuat pipiku memerah lagi. Ugh, stop it!
Kami pun keluar dari sekolah. Sepanjang perjalan kerumahku, aku dan Niall terus bercanda. Apapun kami tertawakan. Well, memang tidak terlalu lucu. Tapi setiap aku mendengar Niall tertawa, aku jadi ikut tertawa. Karena menurutku, tawa Niall sangat lucu dan keras. Ia menertawakan apapun. Terkadang aku bingung dengan Niall.
Sesampainya dirumahku, Niall langsung merebahkan tubuhnya di sofa.
"Mau minum apa, tuan?" Aku bertunduk singkat di hadapan Niall, seolah-olah aku adalah pelayan nya.
"Segelas teh manis juga cukup. Terima kasih, nona cantik." Niall juga menundukkan kepalanya, lalu ia tersenyum ke arahku.
"Oke. Pesananmu akan datang dalam 3 menit." Aku berjalan ke arah dapur, meninggalkan Niall sendiri.
"Ini teh nya, tuan." Aku menaruh segelas teh di meja yang ada dihadapan Niall.
"Thank you. Tunggu. Kenapa teh nya ada dua? Aku hanya minta satu, nona cantik." Niall mengerutkan keningnya.
"Yang satunya untukku, bodoh." Aku tertawa kecil lalu duduk disebelah Niall. Aku meneguk teh itu.
"Tunggu sebentar ya. Aku mau mengambil gitar."
Lalu aku meninggalkan Niall. Aku menaiki anak tangga, berjalan ke arah kamarku untuk mengambil gitarku.
"Kenapa dua?" Niall menatapku bingung ketika aku membawa dua buah gitar.
"Yang satu untukku, satunya lagi untukmu." Aku memberikan gitar itu pada Niall.
"Tidak perlu," Niall menyenderkan gitar itu di sofa yang lain. "Duduklah."
Aku pun menurut dan langsung duduk disebelah Niall sambil memangku gitarku.
Tiba-tiba saja Niall memelukku dari belakang. Tangannya menyentuh tanganku. Lalu ia memainkan senarnya, menghasilkan alunan nada yang indah.
Nafas Niall berhembus dengan lembut di pipi kiri ku. Lama kelamaan, Niall menaruh dagunya di pundak kiri ku. Wajahku dan Niall sangatlah dekat. Lagi-lagi detak jantungu tidak karuan.
Sekitar 10 menit berlalu. Kami kembali ke posisi biasa. Aku tetap memegang gitarku. "Cobalah. Pasti kau bisa." Niall menatapku lembut.
Dengan itu, aku mencoba memainkan gitarku sambil bersenandung kecil. "See? Kau bisa melakukan itu." Ujar Niall.
"Yaa. Ini berkatmu juga. Thanks." Gumamku lembut sambil tersenyum kecil. "Yeep." Niall mengedipkan sebelah matanya. Oh tidak. Pasti pipiku sudah memerah sekarang.
Angeline's POV
Aku membereskan buku ku lalu memasukkan beberapa buku ke dalam lokerku. Niall dan Vira sudah pulang. Jadi aku hanya sendiri.
"Hey nerd!" Teriak seseorang dari belakangku. Aku menengok dan menemukan si jambul aneh. Ia sedang.......menatapku?
"Kau berbicara dengan siapa?" Tanyaku dari jauh.
Si jambul aneh itu berjalan mendekati ku. Sekarang ia berada di hadapanku. "Tentu saja dengan kau, nerd!" Bentak nya
"Bisakah kau pelankan suaramu?"
"Memangnya kenapa? What's your problem huh?" Tanya si jambul itu dengan nada menantang.
"Terserah." Aku berbalik menghadap loker dan langsung menutupnya dengan kencang. Tentu saja karena si jambul aneh itu menjengkelkan!
Baru aku ingin berjalan, tiba-tiba ada yang menarik tanganku dengan kasar. Oh sial.

YOU ARE READING
Hidden Feeling
FanfictionBagaimana jika seorang gadis dicintai oleh lima laki-laki? Apakah gadis itu akan memilih salah satu diantara mereka? Dan akankah dia menyadari sebuah perasaan tersembunyi yang sudah ia pendam sejak lama itu? (One Direction FanFiction by MinD)