"Zayn sedang bicara denganmu, sialan!" Bentak wanita berambut brunette itu. Yeah, Summer. Aku kira Harry.
"Sudahlah, Summer." Zayn menatapku dengan tajam, "kapan kita bisa latihan?"
"Terserah." Gumamku singkat pada Zayn.
"Dimana kita latihan?"
"Terserah."
"Bisakah kau menjawab selain 'terserah'?!" Suara Zayn meninggi. Oh no. Kau sudah membuatnya marah, Angeline. Siap-siap saja. Mungkin ia akan menggunakan jambul anehnya untuk menghantam wajahmu.
"Tidak." Ucapku singkat lalu berbalik. Seseorang menarik tanganku dengan kasar lalu mendorongku ke loker.
"Dengar ya, nerd. Besok kita latihan di rumahku sepulang sekolah. Jika kau tak datang, aku tidak akan segan-segan untuk menyiksamu." Bisik Harry dengan tatapan yang tajam. Bagaimana si keriting ini bisa tiba-tiba datang?!
Aku hanya dapat menatap Harry dengan tatapan biasa. Setelah mendorong tubuhku ke loker, Harry, Zayn, dan Summer pergi begitu saja.
Airmata yang kutahan sejak tadi akhirnya keluar juga. Dorongan Harry cukup keras dan membuat punggungku sangat sakit.
Aku pun berjalan sambil menghapus airmata yang terus membasahi pipiku. Sekolah sudah sangat sepi. Jadi tidak ada yang melihatku menangis. Tak lama, ada seseorang yang meneriakkan namaku. "Angeline!"
Aku berbalik, "Louis?" Aku mengerutkan keningku.
Louis sedikit berlari dan menyamakan langkahnya denganku. "Kau menangis? Karena Harry?"
"Ti- tidak. Aku tidak menangis." Aku menghapus airmata ku.
"Jangan berbohong. Apa yang Harry lakukan padamu?" Tanya Louis lagi.
"Apa pedulimu?" Ketusku lalu berjalan mendahului Louis. Aku dapat merasakan bahwa Louis terdiam ditempat ia berdiri. Aku tidak mempedulikannya dan terus berjalan sambil menangis.
Dan tak lama kemudian, aku sampai ditempat parkir sekolah. Aku langsung masuk ke mobil dan pulang.
Pikiran ku masih hancur. Besok aku harus latihan dengan Harry dan kawannya yang menyebalkan juga tukang menyiksa. Aku juga masih bingung dengan Louis.
Kenapa ia bertanya padaku? Kenapa ia peduli padaku? Apa Louis menyukaiku? Ah apa-apaan kau Angeline! Louis kan sudah punya Deleika.
Dan Vira pernah bercerita padaku. Walaupun Louis jahil, menjengkelkan, dan pengacau, tapi ia adalah orang yang menghibur, romantis dan setia. Begitu kata Vira.
Pikiranku semakin tak terkontrol. Aku mengerem mendadak ketika seorang laki-laki berjalan dihadapanku sambil membaca buku. "Oh God.... Liam?" Aku mengerutkan keningku, memastikan bahwa lelaki itu Liam.
Liam menengok ke arahku. Tapi tatapannya bukanlah tatapan marah, seperti tatapan bingung. Liam pun berjalan dan menghampiriku.
Ia mengetuk kaca pintu mobilku. Aku membukanya. "Kau hampir membunuh seorang lelaki tampan yang sedang menyebrang sambil membaca buku, nona." Kata Liam sedikit tertawa.
"Ma- maaf. Aku benar-benar tidak sengaja, Liam. Pikiranku sedang hancur." Aku menundukkan kepalaku.
"Lebih baik kau parkirkan mobilmu dan kita bicara di café yang ada disebrang sana." Ajak Liam. Ada apa dengan orang ini?
Aku menuruti kata Liam. Lalu kami masuk ke sebuah café yang tidak terlalu besar tetapi tempatnya sangat nyaman.
Aku terduduk di sebuah sofa berwarna merah di hadapan Liam. "Ceritakan padaku kenapa kau bisa hampir menabrakku tadi." Liam menatapku.

YOU ARE READING
Hidden Feeling
FanfictionBagaimana jika seorang gadis dicintai oleh lima laki-laki? Apakah gadis itu akan memilih salah satu diantara mereka? Dan akankah dia menyadari sebuah perasaan tersembunyi yang sudah ia pendam sejak lama itu? (One Direction FanFiction by MinD)